Rabu, 25 Juni 2008

Fatwa mengenai Salafiyyun Ma'zun

Tulisan ini dikumpulkan oleh: Al-Ustadz Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih Abu Ramadhan " Wajib Mengikuti Salaf "; Bukan Membentuk Golongan yang Dinamakan “As-Salafiyyun” Oleh: Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahulloh Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku.” Hadits ini memberi arti bahwa apabila muncul banyak golongan di tengah-tengah umat, maka jangan berafiliasi kepada satu golongan pun. Dulu muncul sekte-sekte, seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Syi’ah, bahkan Rafidhah. Lalu, akhir-akhir ini muncul Ikhwaniyyun, Salafiyyun, Tablighiyyun, dan kelompok lain yang semisal. Letakkanlah semua kelompok ini di samping kiri dan teruslah melihat ke depan, yaitu jalan yang ditunjukkan oleh Nabi saw, “Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin.” Tidak diragukan, wajib atas semua kaum Muslimin untuk mengambil paham salaf; bukan berafiliasi pada golongan tertentu yang disebut “As-Salafiyyun”. Yang wajib adalah hendaknya umat Islam mengambil paham salafus shalih; bukan membentuk golongan yang dinamakan “As-Salafiyyun”. Berhati-hatilah terhadap perpecahan! Ada jalan salaf; ada pula golongan yang disebut “As-Salafiyyun”. Apa yang wajib? Mengikuti salaf! Mengapa? Karena ikhwah As-Salafiyyun adalah kelompok paling dekat dengan kebenaran. Tidak diragukan. Akan tetapi, permasalahan mereka seperti kelompok lainnya. Sebagian individu kelompok ini saling menyesat-nyesatkan, membid’ahkan, dan memfasikkan. Kami tidak mengingkari hal ini apabila benar mereka layak untuk itu. Akan tetapi, kami mengingkari terapi bid’ah-bid’ah tersebut dengan cara ini. Yang wajib adalah pemimpin-pemimpin kelompok ini berkumpul. Hendaknya mereka mengatakan, “Di antara kita ada Kitabullah ‘Azza wa Jalla dan Sunnah Rasul-Nya. Marilah kita berhukum pada keduanya; bukan pada hawa nafsu, pendapat-pendapat, dan tidak pula kepada Fulan dan Fulan.” Setiap orang bisa salah dan bisa benar meski seberapa banyak ilmu dan ibadahnya. Akan tetapi, jaminan kema’shuman hanya pada agama Islam. Nabi saw memberikan petunjuk dalam hadits ini untuk menempuh jalan yang menyelamatkan manusia; bukan berafiliasi kepada kelompok apa pun, kecuali kepada jalan salafus shalih, yaitu sunnah Nabi saw dan para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=33 " Peringatan Syaikh Muhadist Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahulloh dari Sikap Ta’ashub Terhadap Figur dan Dampak dari Perpecahan " Saya sangat menyayangkan ketika datang kepadaku salah seorang ikhwan Salafi dari sana. Dia mengunjungiku di sini (Yordania) dan ikut bergabung dengan sebagian saudara-saudara kita yang bermajelis. Ikhwan itu berasal dari jamaah Salafiyah di Hijaz. Barangkali kebanyakan jamaah dari Hijaz terbagi menjadi dua kelompok seperti yang saya sebutkan di sana, yaitu di Abu Dhabi. Jamaah yang bersama kami tidak menyibukkan diri dengan urusan politik. Namun,ironisnya mereka menyerang Salman dan Safar dengan sengit sekali serta berprasangka buruk kepada kedua orang ini. Saya telah berdiskusi dengan mereka—orang-orang yang berprasangka buruk tersebut—dan saya ingkari mereka dengan keras bahwa sikap ini tidak boleh. Kita wajib mencari kemungkinan lain apabila kita dapati dari mereka sebagian pendapat yang menyelisihi perkara yang telah kita ketahui sebagai jamaah—misalnya. Dakwah salafiyyah tidak mengenal ta’ashub terhadap figure atau pendapat tertentu. Akan tetapi, dakwah salafiyyah senantiasa mengikuti hujjah, bukti, dan dalil. Inilah sikapku hingga saat ini. Sebelum saya sendiri berhubungan dengan dua orang yang disebutkan tadi (Syaikh DR.Salman bin Fadh Al-Audah dan Syaikh Safar al-Hawali), mereka bersama kita dalam berdakwah. Akan tetapi, terkadang mereka memiliki pandangan lain dalam beberapa aspek yang tidak diikuti oleh ikhwan lainnya. Terkadang pula mereka memiliki sebagian ijtihad pada sebagian masalah furu’ yang menjadi objek pandangan mereka. Kebenaran terkadang ada pada mereka dan terkadang juga ada pada selain mereka. Maka dari itu, tidak selayaknya apabila perbedaan dalam sebagian masalah furu’ini menjadi sebab perpecahan. Kita semua mengetahui bahwa para sahabat Nabi saw yang disebutkan oleh Al-Qur’an Al-Karim sebagai sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia pun juga pernah berbeda pendapat dalam sebagian masalah. Apabila kasus itu terjadi pada hari ini, pasti akan terpecahlah barisan disebutkan oleh sikap ta’ashub serta tidak mau kembali kepada ushul (prinsip). Inilah pendapatku mengenai masalah ini. Sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=25 " Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Hafidzahulloh Mengenai Kesesatan Syaikh Sayyid Quthub dan Syaikh Hasan Al-Banna " Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya, “Sebagian pemuda membid’ahkan Syaikh Sayyid Quthub dan melarang untuk membaca kitab-kitabnya. Mereka juga mengucapkan perkataan yang sama terhadap Hasan Al-Banna dan menuduh sebagian ulama sebagai Khawarij. Alasan ucapan mereka ini adalah untuk menjelaskan kesalahan kepada umat manusia. Padahal hingga sekarang, mereka ini baru menuntut ilmu. Saya mengharap jawaban dari Anda agar lenyap keraguan pada kami dan orang-orang selain kami agar perkara ini tidak menjadi kebiasaan umum!” Beliau menjawab: “Segala puji hanyalah milik Allah semata. Wa ba’du. Tidak boleh membid’ahkan dan memfasikkan kaum Muslimin berdasarkan sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Hai musuh Allah’ padahal kenyataannya tidak demikian, maka ucapan itu akan kembali kepadanya.” “Siapa yang mengkafirkan seorang muslim, maka tuduhan itu akan menimpa salah satu di antara keduanya.” “Ada seseorang yang melewati orang lain yang berbuat dosa. Lalu dia mengatakan, ‘Demi Allah! Allah tidak akan mengampunimu. Allah berfirman, ‘Siapa orangnya yang bersumpah bahwa Aku tidak mengampuni Fulan? Sesungguhnya Aku mengampuninya dan Aku hapus amal perbuatanmu.’.” Saya katakan bahwa sesungguhnya Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna termasuk ulama kaum Muslimin dan termasuk juga pembela dakwah. Dengan perantara keduanya, Allah telah menolong dan memberikan hidayah banyak orang dengan dakwah keduanya. Tidak dapat diingkari, mereka memiliki usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itulah Syaikh Abdul Aziz bin Bazz memintakan grasi untuk Sayyid Quthub ketika ditetapkan hukuman mati atasnya. Akan tetapi, permintaan grasi itu tidak dikabulkan oleh Presiden Jamal Abdun Nashir—semoga Allah memberian apa yang berhak diterima. Ketika keduanya terbunuh, masing-masing dari keduanya dinyatakan sebagai syahid karena dibunuh secara zhalim. Orang-orangpun bersaksi atas kejadian itu. Tanpa dapat dipungkiri, berita kejadian itu disebarkan dalam berbagai tulisan dan buku. Para ulama pun kemudian menyambut kitab-kitab keduanya. Allah telah memberikan manfaat melalui kedua tokoh itu. Sejak lebih dari dua puluh tahun, tidak seorang pun menuduh negatif terhadap keduanya. Banyak para ulama salaf juga mengalami kejadian seperti yang menimpa Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna. Di antara mereka adalah An-Nawawi, As-Suyuthi, Ibnul Jauzi, Ibnu Athiyyah, Al-Khithabi, Al-Qisthalani, dan masih banyak yang lainnya. Saya telah membaca buku yang ditulis oleh Syaikh Rabi’ Al-Madkhali dalam membantah Sayyid Quthub. Saya lihat, dia (Syaikh Rabi’) membuat judul-judul yang sebenarnya tidak ada pada Sayyid Quthub. Lalu, Syaikh Bakar Abu Zaid hafizhuhullah membantah buku tersebut. Demikian juga, Syaikh Rabi’ menyerang Syaikh Abdurrahman (Abdul Khalik) dan menuduh perkataannya banyak kesalahan yang menyesatkan, padahal tanpa dapat diingkari keduanya cukup lama bersahabat. Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” & diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=109 “ Nasihat Wajibnya Husnuzhan Kepada Para Da’I dan Ulama “ (Fatwa Al-Allamah asy-Syaikh Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz Rahimahulloh) Wajib bagi para penuntut ilmu dan ahli ilmu untuk senantiasa berhusnuzhan kepada saudara-saudaranya; para ulama. Wajib pula atas mereka untuk berbicara dengan baik dan menghindari perkataan yang buruk. Para dai yang menyeru kepada Allah memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga, para ulama memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Wajib membantu tugas mereka dengan kata-kata yang baik, cara yang baik, dan prasangka yang baik lagi bersih; tidak dengan bengis dan kaasar serta mencari-cari kesalahan dan menyebarluaskannya agar orang-orang menjauhi si Fulan dan si Fulan. Seorang penuntut ilmu dan seorang penanya wajib meniatkan hatinya untuk kebaikan dan meniatkan untuk mencari manfaat serta bertanya mengenai sesuatu yang memang penting baginya. Apabila dia menjumpai kesalahan atau kesamaran, maka hendaknya dia bertanya dengan ramah, bijak, dan niat yang baik hingga lenyap kesamaran tersebut. Setiap orang bisa salah bisa benar. Tidak ada manusia yang ma’shum selain para rasul ‘alaihimush shalatu wassalam. Saudara-saudara kita, para dai di negeri ini—kerajaan Saudi Arabia; mereka memiliki hak pada masyarakat agar dibantu dalam kebaikan dan agar pula selalu disikapi dengan husnuzhan. Apabila ada dai yang salah, maka harus dijelaskan kesalahannya dengan cara yang baik dan saling memahami dengan niat memberikan manfaat; bukan dengan niat mencemarkankan nama baik dan menyebarkan aibnya. Ada sebagian orang yang menulis bulletin maupun article tentang sebagian dai. Artikel tersebut sangat buruk. Tidak pantas seorang penuntut ilmu menulisnya. Sebab, dai tersebut salah dalam ucapannya atau diduga salah dalam ucapannya. Tidak pantas menggunakan cara tulisan buruk itu. Seorang penuntut ilmu yang menginginkan kebaikan hendaknya menanyakan sesuatu yang samar baginya itu degan cara yang baik. Para da’I tidak ma’shum; baik itu para pengajar maupun penceramah; baik saat ceramah maupun saat seminar. Di antara contoh kejadian tersebut pada hari ini atau pada hari kemarin adalah apa yang dilakukan terhadap sebagian dai, seperti Muhammad Aman Al-Jami, Syaikh Salman Al-Audah, Syaikh Safar Al-Hawali, Syaikh Falih bin Nafi’ Al-Harbi, Syaikh Rabi’ bin Hadi, dan dai-dai lainnya yang dikenal memiliki akidah dan biografi yang baik serta dikenal pula termasuk Ahlussunnah wal Jamaah. Maka tidak sepantasnya menyakiti salah satu mereka. Apabila seorang penuntut ilmu menyangka bahwa salah seorang mereka salah atau memperlihatkan kesalahan, maka tidak sepantasnya dia mencemarkan kehormatan dai tersebut dengan kesalahan itu atau dia su’uzhan kepadanya. Akan tetapi, hendaknya dia mendo’akan dai tersebut agar mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah. Hendaknya pula dia menanyakan sesuatu yang tidak jelas baginya hingga lenyap ketidakjelasan dengan dalil yang tidak bias dipercaya, yaitu firman Allah dan sabda Rasul. Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=2 Aslinya merupakan rekaman yang diambil dari situs: http://audio.islamweb.net/islamweb/index.cfm?fuseaction=ReadContent&Audio " Fatwa Syaikh kami yang mulia Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Hafidzahulloh: Salaf adalah Hizbullah Yang Beruntung, Adapun Penamaan Dengan As-Salafi Atau Al-Atsari Tidak Ada Asal Usulnya " Seseorang bertanya, “Wahai Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, kami mendengar sebagian orang mengatakan, ‘Tidak boleh intisab “menyandarkan diri” pada salaf dan Salafiyyah dianggap sebagai salah satu hizb ‘golongan’ yang hidup pada masa tertentu.’ Apa pendapat Anda mengenai pernyataan ini?” Sayikh Shalih AL-Fauzan menjawab, “Iya! Salaf adalah hizbullah ‘golongan Allah’. Salaf adalah golongan, akan tetapi ia adalah hizbullah. Allah berfirman: “Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung”. (Al-Mujadillah [58]: 22) Barangsiapa menyelisihi salaf, maka mereka adalah golongan-golongan sesat lagi meyimpang. Golongan itu sendiri bermacam-macam. Ada golongan Allah (hizbullah) dan ada golongan setan (hizbusy syaithan) sebagaimana tercantum di akhir surat Al-Mujadilah. Ada hizbullah dan ada hizbusy syaithan. Golongan pun beragam. Barangsiapa berada di atas manhaj Al-Kitab dan As-Sunnah, maka dia adalah hizbullah. Sebaliknya, barangsiapa berada di atas manhaj sesat, maka dia adalah hizbusy syaithan. Engkau tinggal memilih; mau menjadi hizbullah atau menjadi hizbusy syaithan! Pilih sendiri!” Kemudian Syaikh Hafizhuhullah ditanya, “Wahai Syaikh—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, sebagian orang mengembel-embeli di belakang namanya dengan As-Salafi atau Al-Atsari. Apakah ini termasuk bentuk penyucian terhadap diri sendiri? Atau apakah memang sesuai dengan syariat?” Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhuhullah menjawab, “Yang wajib adalah seseorang mengikuti kebenaran. Yang wajib adalah seseorrang mengkaji dan mencari kebenaran serta mengamalkannya. Adapun dia menamai dirinya dengan As-Salafi atau Al-Atsari dan yang semisal, maka tidak ada alasan untuk dapat mengklaim dengan nama ini. Allah Yang Maha Mengetahui berfirman: “Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hujurat [49]: 16) Menamakan diri dengan As-Salafi, Al-Atsari, dan yang semisal adalah tidak ada asal-usulnya. Kita melihat pada substansi nyata; bukan perkataan, penamaan diri, maupun pengakuan. Terkadang, seseorang mengatakan kepada orang lain, ‘Ia salafi’, padahal orang tersebut bukan salafi (pengikut manhaj salaf). Atau juga mengatakan, ‘Ia atsari’, padahal orang yang ditunjuk bukan atsari (pengikut atsar salaf). Sebaliknya, seseorang adalah salafi (pengikut manhaj salaf) dan atsari (pengikut atsar salaf), namun tidak mengatakan, “Aku ini atsari, Aku ini salafi.’ Hendaknya kita melihat pada substansi nyata; bukan pada penamaan maupun klaim pengakuan. Seorang muslim harus komitment dengan adab terhadap Allah swt. Tatkala orang-orang Arab Badui mengatakan, ‘Kami telah beriman!’ Allah mengingkari mereka. Allah berfirman: “Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman’, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’.” (Al-Hujurat [49]: 14) Allah mengingkari orang-orang Arab Badui yang menyifati diri mereka sebagai orang beriman. Padahal, mereka belum sampai pada tingkatan beriman. Mereka baru saja masuk Islam; itu pun masih diliputi keraguan. Orang-orang Arab Badui itu datang dari pedusunan. Mereka menganggap diri mereka sudah lama menjadi orang beriman. Padahal tidak! Mereka baru saja masuk Islam. Apabila mereka melanjutkan keislaman mereka dan mau belajar, maka keimanan pun akan masuk ke dalam hati mereka sedikit demi sedikit. Allah berfirman: “Padahal iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.” (Al-Hujurat [49]: 14) Kata lamma “belum” menunjukkan sesuatu yang masih menjadi harapan. Maksudnya, iman baru akan masuk tapi engkau sudah menganggap beriman dari pertama kali sebagai bentuk penyucian terhadap diri sendiri. Maka, tidak perlu engkau mengatakan, ‘Aku salafi! Aku atsari! Aku begini dan begini!’ Hendaklah engkau mencari kebenaran dan mengamalkannya. Perbaiki niatmu! Allah-lah Yang Maha Mengetahui substansi nyatanya.” Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=89 dikumpulkan Dari buku: Beda Salaf dengan Salafi, Terbitan: ISLAMIKA, atau Kitab aslinya Kasyfu Al-Haqaiq Al-Khafiyyah ‘Inda Mudda’I As-Salafiyyah karya Al-Allamah Asy-Syaikh Mut’ab bin Suryan Al-‘Ashimi Hafidzahulloh.

Pertanyaan-pertanyaan penting

Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang Assalamu’alaikum. WR. WB. Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, Bolehkah kita menisbatkan diri memakai gelar As-Salafy atau Al-Atsary begitu pula dengan Salafiyyun?, Mohon penjelasannya serta bolehkah kita mengikuti Manhaj Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari yang mengusung manhaj Murji’ah kontemporer!, Al-akh Abu Taufik (Kp.Rancamaneuh, Tigaraksa) Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, pertanyaan bagus sekali Sesungguhnya ya Ikhwah fillah kita tidak boleh menisbatkan diri kepada As-Salafy atau Al-Atsary cukup dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah saja sebab Syaikh Al-Allamah DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan Hafidzhahulloh mengatakan bahwa Salaf adalah Hijbulloh sedangkan menamakan dirinya dengan As-Salafy atau Al-Atsary serta Salafiyyun tidak ada asal usulnya serta termasuk bid’ah sepengetahuan ana, wallohu’ ta’ala a’lam untuk lebih jelas antum baca saja buku yang alhamdulillah bagus walaupun buku ini dicela alias di tahdzir sama tokoh taqdis dan muqodas serta muqaliddun dikalangan kaum salafiyyun ma’zun karena buku ini dilengkapi fatwa ha’iah kibarul ulama yang alhamdulillah dengan ijin Alloh Rabbul ’Izzati telah diterjemahkan kedalam buku bahasa Indonesia dengan judul Beda Salaf dengan Salafi Harusnya sama Kenapa Beda!, Karya: Syaikh Al-Allamah Mut’ab bin Suryan Al-’Ashimi Hafidzahulloh, Terbitan: Islamika, untuk masalah siapakah Ali Hasan al-Halabi serta Khalid al-Ambari silakan antum baca saja buku tentang judul bukunya adalah Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, Terbitan: Pustaka MIM dan masalah Kitab yang setahu ana karangan Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari sarat dengan Faham Murjiah yang mana seharusnya para Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan masalah iman adalah pembenaran dihati, diucapkan dilisan dan diamalkan dengan anggota badan itulah yang benar bukan yang didengungkan oleh sang salafiyyun ma’zun yang mana mereka juga bukan mendukung jihad para ulama dan mujahidin tetapi mencela ulama dan mujahidin yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka, innalillahi wa innalillahi rojiun, apakah ini yang dinamakan dengan manhaj salaf ya ikhwah!, silakan antum rujuklah buku Karya: Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dengan judul: Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terbitan:Pustaka. Atstsuguur, halaman: 37-38 catetan kaki yang ke.4-5, silakan antum baca kedua buku tersebut yakni buku Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, serta buku Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Barakallohu’ fiik. Wassallam. Assalamu’alaikum. WR. WB Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, buku apa yang perlu dibaca untuk masalah Dakwah dan Jihad, mohon penjelasan, serta Majalah apa yang bagus dibaca untuk umat Islam mengenai Dakwah dan Jihad sebab ana pernah baca Majalah As-Sunnah yang Mottonya kalau tidak salah upaya menghidupkan sunnah tapi malah memadamkan cahaya sunnah, mohon penjelan antum, Syukron!. (Abu Yusuf, Balaraja). Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, setahu ana buku serta kitab yang patut antum baca adalah karya ulama dakwah tauhid seperti karya: Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh, Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah Rahimahulloh beserta muridnya Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh, serta bacalah buku karya Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh serta muridnya Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Ali bin Khudhair al-Khudhair Rahimahulloh, serta bacalah pula buku karya Masyayikh yang berada di Ha’iah Kibarul Ulama serta Al-Lajnah Ad-Da’imah beserta buku dari Tandzim Anshorus Sunnah Muhammadiyah, Mesir, juga antum bacapula buku tentang nasihat At-Taujihat Al-Manhajiyyah 3 Idha’at ala Thariqil Jihad (Terj. dari Buku Dari Usamah Kepada para Aktifis), Terbitan: Kafayeh, Buku Ayaturrahman Fii Jihadil Afghan, Karya: Syaikh Al-Allamah Mujahid DR. Abdullah Azzam Rahimahulloh, Terbitan: Kafayeh, juga antum bacapula Buku Karangan Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Al-Faqih Mujahid Abu Muhammad ’Ashim Al-Burqawi Al-Maqdisi Hafidzahulloh dengan Judul Mereka Mujahid tapi Salah langkah, Terbitan: Jazera, juga 2 buku yang sangat bagus sekali yakni tentang Buku Muslimah Berjihad Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Yusuf Al-’Uyairi Rahimahulloh, Terbitan: Islamika, juga Buku Melawan Penguasa Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Abdul Mun’im Halimah, Terbitan: Jazera, silakan saja atum baca buku tersebut insyaAlloh banyak faedah ilmu, untuk masalah Majalah silakan yang patut antum baca lebih baik baca saja Majalah An-Najah serta Majalah Ummatie dan Majalah Gerimis, insyaAlloh tidak kalah isinya dan mutunya dari majalah pengekor thoghut sang Salafiyyun Ma’zun yakni Majalah aneh bin ajaib pengekor Murji’ah Kontemporer seperti Majalah As-Sunnah, Majalah Asy-Syari’ah, Majalah FATAWA, Majalah Al-Furqon, Majalah Adz-Dzakhiirah, Majalah Salafy, dll, Barakallohu’ Fikk. Wassallam. Dikumpulkan oleh pertanyaan ini oleh: Al-akh Muhajirin al-Anshori.

Senin, 23 Juni 2008

Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak

" Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak " Oleh Hartono Ahmad Jaiz Menjelang tahun ajaran baru, banyak orang tua yang sejak awal mencari-cari tahu, mana sekolah yang baik untuk anak-anaknya. Ada yang bertanya-tanya kepada sanak saudara, handai taulan, dan kenalan. Ada yang membuka-buka halaman iklan di majalah, koran, dan sebagainya. Ada juga yang bertanya kepada dukun, walau sudah diberitahu oleh para da’i bahwa bertanya ke dukun itu haram, bahkan shalatnya tak diterima selama 40 hari. Lebih dari itu, kalau datang ke dukun, lalu menanyakan sesuatu, kemudian mempercayainya maka ia telah tidak mempercayai wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ilklan-iklan tentang sekolah atau tempat pendidikan pun bermunculan di mana-mana. Ada yang lewat media cetak formal, media elektronik, dan ada yang lewat slebaran. Bahkan spanduk, pamflet dan brosur-brosur disodorkan kepada masyarakat secara beramai-ramai di sana-sini. Semuanya menjanjikan ini dan itu, serba bagus, serba baik, serba tidak sesat, walau mungkin sekali justru punya misi penyesatan, dan menjerumuskan ke neraka. Para orang tua masa kini tampaknya ditarik dari arah sana-sini untuk menyerahkan anak-anaknya ke sekolah yang diiklankan di mana-mana. Dari yang paling kecil untuk masuk TK (Taman Kanak-kanak) Nol Kecil, Nol Besar, SD/ Madrasah, SMP/ Tsanawiyah, SMU/ Aliyah, D2,D3, S1, S2, sampai yang paling tua ke S3; semuanya diiming-imingi kemudahan, fasilitas, dan jaminan mutu plus tidak sesat. Kata-kata “tidak sesat” memang tidak ditulis, tidak diucapkan, tetapi yang jelas semuanya tidak ada yang mengakui kesesatannya. Padahal, betapa banyak orang tua yang sudah capai-capai menyekolahkan anaknya, misalnya ke Ma’had Al-Zaitun di Indramayu Jawa Barat, ternyata harus menyesal dan mencabut kembali anaknya, karena adanya perubahan sikap anaknya yang ogah shalat berjama’ah, melawan ajaran Islam yang dulunya diajarkan orang tua sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan semacamnya. Karena memang Ma’had Al-Zaitun itu jelas didirikan oleh kelompok NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX) yang fahamnya menyimpang lagi sesat. (Lihat buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan 18, tahun 2008). Penyesatan dan Pemurtadan Ada orang tua seperti Ade Armando –yang corak pemikirannya model JIL (Jaringan Islam Liberal) dan suka menulis di koran Republika—(waktu lalu, kini di Majalah Madania?) yang menjadi bangga tapi kebanggaan yang tidak pada tempatnya, setelah menyekolahkan anaknya kemudian anaknya menawar kepada bapaknya untuk pilih masuk Kristen saja. Ketika ayahnya menanyakannya, anak itu menjawab, di sekolahnya SD Paramadina ( Yayasan yang di antara tokohnya Dr Nurcholish Madjid, Dr Komaruddin Hidayat dan lainnya waktu lalu) di Pinggiran Jakarta (Parung Bogor) menampilkan sinterklas (salah satu simbol di Kristen) yang lucu. Sedang di Islam, mboseni (membosankan), alasannya, karena bedugnya berisik, dalam penampilan di sekolah itu. Salah satu orang tua yang bangga dengan anaknya yang ingin murtad itu adalah Ade Armando dan perasaannya itu dia tulis di koran Republika, bahkan mengharapkan agar sekolah model (pemurtadan) itu dijadikan percontohan. Di samping iklan-iklan serta tulisan dan ocehan yang model-model membanggakan pemurtadan semacam itu, orang tua masih secara gencar dijerumuskan oleh penulis-penulis yang tidak bertanggung jawab dari segi keimanan Ummat Islam. Mereka gencar menyuarakan pemurtadan dengan cara-cara licik, di antaranya ditulis di kolom-kolom surat kabar kristenisasi, misalnya surat kabar Kompas. Contoh nyata adalah tulisan Ulil Abshar Abdalla tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal) dari Lakspedam NU di Kompas Senin 18 Nopember 2002 bulan Ramadhan 1423H yang berjudul Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam. Di antaranya Ulil Abshar Abdalla menulis: “Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non Islam, sudah tidak relevan lagi.” “Agama adalah urusan pribadi; sementara pengaturan kehidupan publik adalah sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui prosedur demokrasi.” “Menurut saya, tidak ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dan sebagainya.” “Menurut saya, Rasul Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah).” (lihat Kompas Senin 18 Nopember 2002). Terhadap tulisan Ulil itu ada reaksi keras dari Ummat Islam. Di antaranya di Bandung ada pernyataan yang disampaikan kepada pers, (2/12/ 2002) dari “Ulama dan Ummat Islam Jabar, Jateng dan Jatim”. Tulisan Ulil itu menurut pernyataan tersebut dinilai telah menghina Alloh, Islam, dan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Sesuai syari’at Islam, oknum yang menghina dan memutarbalikan diancam dengan hukuman mati. Penjelasan kepada pers di Bandung itu dihadiri Ketua Umum FUUI (Forum Ulama Ummat Islam) KH Athian Ali M Da’i, Ketua PPP Reformasi Jabar H Rizal Fadhillah SH, pengamat politik Herman Ibrahim dan sejumlah pimpinan Ponpes, menurut berita ‘detikcom’ yang ditulis M Munab Islah Ahyani dengan judul Ulil Abshar dinilai Hina Islam. Kenyataan di masyarakat, sampai-sampai, mertua Ulil Abshar Abdalla sendiri, A. Mustofa Bisri tokoh NU menulis di Kompas, Rabu 04 Desember 2002 dengan judul: Menyegarkan Kembali Sikap Islam, Beberapa Kesalahan Ulil Abshar Abdalla. Tulisan sang mertua yang kiai ini diakhiri dengan ungkapan: “…saya tidak melihat tulisan Ulil kali ini dimaksudkan untuk mengutarakan pikiran, bahkan wacana sekalipun. Saya yakin kalau membaca lagi tulisannya, dia akan menyesal, minimal agak menyesal, atau saya mengharapkan begitu.” Sehari sebelum artikelnya dimuat, Ulil Abshar Abdalla sempat mengemukakannya dalam Dialog Ramadhan di Masjid Kampus UGM (Universitas Gajah Mada) Jogjakarta. Saat itu sempat saya bantah, dan bahkan Ismail Yusanto juga membantahnya, sampai-sampai agar Ulil bertobat sebelum mati nggluntung, kata Isma’il. Saya (Hartono Ahmad Jaiz) katakan, “Menurut Al-Qur’an, apabila ada sesuatu yang diperselisihkan (hal yang tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) pun kita disuruh untuk kembali kepada Alloh dan Rasul-Nya. Suruhan ‘agar dikembalikan kepada Alloh dan Rasul-Nya’ itu ternyata orang Yahudi pun menyetujuinya, dalam Piagam Madinah, ayat 23. Apakah Anda yang Muslim malah tidak mau? Dan kenapa justru yang telah Alloh tetapkan lewat Al-Qur’an seperti hukum-hukum pernikahan, qishosh, hudud dan lainnya malah Anda mau kembalikan kepada kondisi dan situasi? Itu namanya terbalik,” kata saya. Mengenai penulis-penulis yang menyesatkan, sering sekali penulis-penulis yang mengaku Islam, bahkan mengajar di perguruan tinggi Islam menjajakan tulisan yang berisi pemurtadan. Mislanya menggencarkan pemahaman pluralisme agama, menganggap semua agama sama, sejajar, paralel, masuk surga semua, hanya beda teknis. Lalu mereka membujuk para penyelenggara pendidikan, agar pendidikan agama di sekolah diubah menjadi teologi pluralitas, yang dalam bahasa gampangnya adalah pemurtadan atau kemusyrikan model baru. Dengan nyinyirnya mereka menjerumuskan para penyelenggara pendidikan dan para orang tua untuk mengikhlaskan anak-anaknya supaya ke neraka. Lain lagi golongan-golongan yang sesat lagi menyesatkan. Mereka pandai membuat istilah-istilah, slogan-slogan, bahkan nama-nama yang menarik dan bisa membungkus kesesatannya. Ahmadiyah misalnya, menamakan markasnya dengan “Al-Mubarok” yang artinya “yang diberkahi” di Parung, pinggir Jakarta-Bogor. Itulah Ahmadiyah Qadyan yang disebut JAI (jemaat Ahmadiyah Indonesia. Kemudian Ahmadiyah lainnya membuat nama sekolahnya dengan nama PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) di antaranya besar juga sekolahannya di Jogjakarta. Itulah Ahmadiyah Lahore atau GAI (Gerakan Ahmadiyah Indonesia). Dua-duanya, Ahmadiyah Qadyan (JAI) dan Ahmadiyah Lahore (GAI) adalah murtad semua alias kafir. Itu telah difatwakan oleh Mujamma’ Al-Fiqih Al-Islami OKI (Organisasi Konferensi Islam), Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam), dan MUI (Majelis Ulama Indonesia). Ahmadiyah Qadyan dan Ahmadiyah Lahore sama-sama murtad Keputusan Muktamar II Mujamma’ al-Fiqh al-Islami (Akademi Fiqih Islam) di Jeddah, Desember 1985 M tentang Aliran Qadiyaniyah, antara lain menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qath’i dan disepakati oleh seluruh ulama Islam bahwa Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.Teks Keputusan tersebut adalah sebagai berikut: إِنَّ مَاادَّعَاهُ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَد مِنَ النُّبُوَّةِ وّالرِّسَالَةِ وَنُزُوْلِ الْوَحْيِ عَلَيْهِ إِنْكَارٌ صَرِيْحٌ لِمَا ثَبَتَ مِنَ الدِّيْنِ بِالضَّرُوْرَةِ ثُبُوْتًا قَطْعِيًّا يَقِيْنِيًّا مِنْ خَتْمِ الرِّسَالَةِ وَالنُّبُوَّةِ بِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّهُ لاَيَنْزِلُ وَحْيٌ عَلَى أَحَدٍ بَعْدَهُ، وَهذِهِ الدَّعْوَى مِنْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ تَجْعَلُهُ وَسَائِرَ مَنْ يُوَافِقُوْنَهُ عَلَيْهَا مُرْتَدِّيْنَ خَارِجِيْنَ عَنِ اْلإِسْلاَمِ، وَأَمَّا الَّلاهُوْرِيَّةُ فَإِنَّهُمْ كَالْقَادِيَانِيَّةِ فِي الْحُكْمِ عَلَيْهِمْ بِالرِّدَّةِ، بِالرَّغْمِ مِنْ وَصْفِهِمْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ بِأَنَّهُ ظِلٌّ وِبُرُوْزٌ لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ. “Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya secara qath’i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorangpun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pegikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad SAW”. (Keputusan Mujamma’ al-Fiqh al-Islami –Akademi Fiqih Islam– Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H / 22-28 Desember 1985 M). Permainan nama ataupun slogan Kembali ke masalah nama-nama yang nampak “Islami” memang tampaknya merupakan salah satu jalan untuk mengelabui masyarakat. Jaringan Islam Liberal (JIL) pun membuat slogan, “Islam yang membebaskan”, seakan Islam yang benar, yang anti pemurtadan adalah membelenggu. Syukurlah istilah itu ditimpa istilah baru lagi dengan website tandingan yang slogannya, “Islam yang membebaskan dari sistem kekufuran”. Permainan nama untuk memasarkan diri sambil menutupi kesesatannya, rupanya ada biangnya, yaitu LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Tadinya bernama Lemkari yang dilarang karena kesesatannya, setelah ganti nama dari Darul Hadits dan Islam Jama’ah yang semuanya itu adalah dilarang pemerintah. Akhirnya mereka memilih ganti nama dengan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Padahal justru sebenarnya adalah lembaga propaganda pengkafiran terhadap Ummat Islam. Karena setiap orang Islam yang bukan golongan LDII mereka anggap sebagai kafir dan najis. Mereka ini juga mendirikan pesantren, tentu saja meraih anak didik dari para orang tua. Kalau sampai orang tua memasukkan anaknya ke pesantren LDII atau membolehkan anaknya ikut pengajian LDII, maka resikonya, apabila orang tua tidak mau ikut masuk ke LDII maka dianggap najis pula oleh anaknya itu. Dan ketika orang tua itu meninggal dunia, maka si anak tidak akan mau mensholatinya. Kalau toh mau mensholatinya, maka tanpa wudhu sebelumnya, disengaja memang hanya untuk pura-pura mensholati. (Lihat buku-buku LPPI Jakarta tentang sesatnya LDII). Orang-orang Islam yang di luar jam’ahnya dinyatakan sebagai: n Orang kafir n musuh Alloh n musuh orang iman n calon ahli neraka n tidak boleh dikasihani. Di antaranya ditulis: 1. Dalam Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8, berbunyi: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,” 2. Untuk menyikapi orang di luar jama’ah LDII yang telah dianggap kafir itu dikemukakan ayat yang sebenarnya memang untuk orang kafir, tetapi di makalah itu untuk menegaskan orang di luar jama’ah LDII adalah kafir, dan larangan menikah dengan orang selain jama’ah LDII. Maka ditulis di baris selanjutnya: “…ingatlah firman Alloh: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ . سورة النساء 144 “Hai orang orang iman jangan menjadikan kamu kekasih pada orang-orang kafir yakni selain orang iman.” Dan diberi dorongan bahwa ternyata didalam jama’ah masih banyak sekali perawan-perawan, rondo-rondo yang cantik, yang barokah yang siap dinikahi dan banyak pula joko-joko, dudo-dudo yang ganteng dan tidak kalah gagahnya daripada orang-orang luar jama’ah. (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah, h/97, halaman 9). Ahmadiyah, LDII dan sebagainya Di MUI (Majelis Ulama Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) itu masih dianggap aliran sesat karena dianggap sebagai reinkarnasi Islam Jama’ah. Islam Jamaah sudah ada fatwa tentang kesesatannya. Di Munas MUI ke-7, LDII dipersamakan dengan Ahmadiyah. Memang bukan di dalam fatwa, namun dalam rekomendasi MUI tentang aliran sesat. Di mana disebutkan di situ, Ahmadiyah dan LDII. (KH Ma’ruf Amin, Ketua Komisi Fatwa MUI, Majalah Sabili, Jakarta, No 23 Th XIII, 1 Juni 2006/ 20 Jumadil Awal 1427, halaman 9). MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan bahwa aliran sesat seperti Ahmadiyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan sebagainya agar ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat. Bunyi teks rekomendasi itu sebagai berikut: “Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah. MUI mendesak Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap munculnya berbagai ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam, dan membubarkannya, karena sangat meresahkan masyarakat, seperti Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sebagainya. MUI supaya melakukan kajian secara kritis terhadap faham Islam Liberal dan sejenisnya, yang berdampak terhadap pendangkalan aqidah, dan segera menetapkan fatwa tentang keberadaan faham tersebut. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.” (Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005, halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah). Ahmadiyah ataupun LDII sama-sama mengkafirkan orang Muslim, hingga wanita Ahmadiyah atau LDII tidak boleh dinikahi oleh orang Islam (yang bukan golongan mereka). Ini pada hakekatnya adalah membuat syari’at baru, mirip dengan nabi palsu, Musailamah Al-Kaddzab yang diserang oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dengan 10.000 tentara yang dipimpin panglima Khalid bin Walid, hingga nabi palsu itu tewas bersama 10 ribuan pengikutnya yang murtad. Sedang sisanya yang masih hidup dari jumlah pengikut nabi palsu 40 ribu orang itu kemudian masuk Islam lagi setelah yang 10-an ribu orang murtad pengikut nabi palsu itu jadi bangkai di Kebun Bangkai atas serangan Muslimin. Sekolah dan misinya Sekolah-sekolah lain yang tampaknya tidak sesat pun masing-masing punya misi. Ada misi yang masih dalam kebenaran, dan ada pula yang sudah tidak mempedulikan kebenaran. Kalau sekolah itu berlabel Islam, atau dari oraganisasi Islam, atau di bawah lembaga Islam pun, setelah diketahui bahwa itu tidak termasuk dalam aliran sesat, masih perlu dilihat pula.. Apakah mereka itu teguh dalam mendidik murid-murid/ mahasiswanya dengan Islam yang benar. Apakah memang diterapkan shalat berjama’ah, berpakaian muslim/ muslimah, dijaga pergaulan antara lelaki dan perempuan, atau tidak. Kalau satu sekolah/ pesantren/ perguruan tinggi sudah ragu-ragu dalam menerapkan peraturan tentang pakaian muslim/ muslimah, itu pertanda misi Islamnya setengah-setengah. Dalih apapun yang mereka kemukakan, sudah bisa dibaca bahwa Islam dianggap lebih rendah dibanding duit dan semacamnya. Walaupun itu sekolah unggulan, terkemuka, dan sangat banyak muridnya, namun itu jelas mendidik untuk ragu-ragu, bahkan agar munafik dalam ber-Islam. Biar dari luar masih digolongkan Islam, namun tidak disebut fanatik oleh orang yang anti Islam. Begitulah kira-kira arah kemunafikannya. Sekolah-sekolah negeri/ umum yang memang justru sebagian pengelolanya ada yang menggunakan kesempatan untuk memusuhi Islam, selayaknya tidak laku di negeri Muslim ini. Sekolah-sekolah negeri/ umum sekarang sudah banyak yang kalah bersaing dengan sekolah-sekolah swasta. Apabila sekolah negeri/ umum tidak memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkan pendidikan yang Islami, maka kemungkinan besar akan makin ditinggalkan oleh masyarakat. Mereka akan lebih pilih sekolah swasta walaupun mungkin biayanya lebih tinggi, asal lebih Islami, pergaulan lelaki perempuan tidak bebas, tidak tawuran, tidak terkena narkoba, dan tidak jadi preman-preman berbaju sekolah. Dilema menyekolahkan anak masa kini, mereka yang menginginkan anaknya agar jadi ulama yang sholih atau sholihah, tahu-tahu kalau salah tempat pendidikannya justru jadi pentolan aliran sesat, atau justru jadi liberal, mementingkan filsafat, dan oke-oke saja untuk maju bersama dengan barisan pemurtadan, dan jadi tukang demo untuk membela kekafiran dan kesesatan. Contoh nyata, kelompok yang menyebut diri mereka AKKBB dikenal berdemo di Monas Jakarta 1 Juni 2008 untuk membela kafirin Ahmadiyah. Demikian pula yang ingin anaknya agar jadi ilmuwan yang tangguh, kalau salah dalam memilih sekolahan, tahu-tahu terpengaruh oleh kebiasaan tawuran, terkena narkoba, pergaulan bebas lelaki perempuan, dan jauh dari agama, bahkan anti Islam. Berupaya memilih tempat pendidikan anak yang terbebas dari pemurtadan, kesesatan, kemunafikan, kemunkaran, dan pergaulan bebas, adalah wajib bagi para orang tua yang akan menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya, bahkan juga diri sendiri ketika mau berkuliah. Di samping itu perlu disertai do’a, bermunajat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, agar ditunjuki jalan yang benar dan diridhoi-Nya. Kalau tidak, maka berarti orang tua pada hakekatnya adalah membiarkan anaknya untuk diyahudikan atau dinasranikan atas biaya dari orang tua itu sendiri atau atas biaya dan susah payah diri sendiri. Betapa ruginya. (dimodifikasi dari buku Ada Pemurtadan di IAIN dan lainnya).

Hukum Menyekolahkan Anak ke Sekolah Kristen/Katolik

Hukum Menyekolahkan Anak ke Sekolah Kristen/Katolik Soal : Assalamu’alaikum wr wb. Sekarang ini saya akan menyekolahkan anak-anak saya untuk tahun ajaran baru. Ada yang baru mau dimasukkan ke SLTP dan ada yang akan ke SMA (kini SMU). Saya merasa terpengaruh ungkapan teman, katanya anak-anaknya bisa pandai karena disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik. Katanya, sekarang anak-anaknya disiplin dan pandai. Sedang setiap harinya juga masih mau shalat, hanya saja mesti selalu diingatkan. Padahal dulunya anak-anaknya itu rajin shalat dan mengaji, sekarang sudah jarang mengaji, dengan alasan banyak kesibukan sekolah. Tetapi, orang tua itu berkilah, walau demikian, ia upayakan dengan diadakan les privat agama Islam. Satu segi saya tertarik akan kedisiplinan dan kepandaian anak teman itu. Hanya saja saya khawatir, jangan-jangan nanti anak saya kalau saya sekolahkan ke sekolah non Islam seperti dia, akibatnya tidak taat agama (Islam) atau bahkan ganti agama. Bagaimana sebenarnya menurut Islam. Atas jawabannya saya sampaikan terimakasih. Wassalam Jawab: ‘Alaikumus salam wr wb. Perlu diketahui, sekolah-sekolah Kristen atau Katolik diakui oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional, sering tidak jujur dan mengkilahi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Seperti yang pernah diungkapkan kepada para utusan KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) April 1998 ketika mempersoalkan masalah “kecurangan mereka itu” kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiranto Arismunandar. Dijelaskan bahwa sekolah-sekolah Kristen sering menyodorkan blangko kepada wali murid untuk diisi bahwa wali murid merelakan anaknya disekolahkan di sekolah Kristen atau Katolik tanpa diberi pelajaran agama yang dipeluk si anak. Jadi anak-anak Muslim sama dengan “dipaksa” untuk membuat perjanjian rela tidak dididik pelajaran Agama Islam. Dengan demikian, pelajaran agama yang disampaikan pada murid hanya agama Kristen atau Katolik, sekalipun muridnya Muslim. Di samping pelajaran agama Kristen/ Katolik itu disampaikan secara lisan, tidak mustahil diadakan praktek agama itu pula. Maka murtad lah si murid yang Muslim itu dari agamanya, Islam. Ketika ia mempraktekkan ibadah Kristen atau Katolik itu berarti ia sudah murtad secara perbuatan (fi’li), karena walau keadaannya karena terpaksa namun sebelumnya dia sudah ada perjanjian untuk patuh dan rela. Sedang kalau praktek ibadah itu diyakini kebenarannya pula maka sudah masuk ke murtad I’tiqadi (keyakinan) yaitu sebenarnya murtad. Dari kenyataan kasus ketidak jujuran yang telah diakui oleh pihak pemerintah seperti tersebut di atas, maka menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram. Karena akan menjerumuskan anak untuk menjadi murtad. Sedang murtad itu justru lebih buruk dibanding kafir biasa. Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6). “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim/ 66:6). Di samping kenyataan tidak jujur alias curang seperti tersebut di atas, ada watak dasar dalam hati mereka yang sudah dijelaskan Allah dalam Al-Quran, hingga kita perlu berhati-hati, karena memang mereka tetap akan berusaha memurtadkan kita dan keluarga/ anak-anak kita. Allah berfirman: وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(120). “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah/ 2:120). Mengenai keinginan agar anak jadi disiplin dan pintar dengan disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik, itu perlu diluruskan. Apakah tidak ada sekolah lain terutama sekolah Islam yang mendidik disiplin dan menjadikan pintar murid-muridnya? Kalau jarang adanya, maka justru menjadi kewajiban umat Islam untuk mengadakannya, di antaranya dengan memasukkan anak-anak Muslim ke sekolah Islam, hingga sekolahnya subur, dana menjadi cukup, gurunya terjamin, hingga akhirnya maju dengan baik. Sebaliknya, kalau anak-anak Muslim justru disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik maka berarti Muslimin itu menyuburkan sekolah-sekolah yang justru memurtadkan anak-anak Muslim . Jadi sama dengan mendanai pemurtadan. Seandainya sama sekali tidak ada sekolah selain Kristen dan Katolik yang bisa diharapkan mendidik anak-anak menjadi disiplin dan pintar pun masih tidak diperkenankan memilih ke sekolah yang memurtadkan itu. Karena, nilai kedisiplinan dan kepintaran itu menurut Islam hanya keduniaan yang nilainya kecil sekali dibanding akherat. Hingga orang yang lebih memilih dunia ketimbang akherat itu termasuk orang yang celaka. فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37). وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38). فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى(39). Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS An-Naazi’aat/ 79: 37-39). Oleh karena itu di dalam kaidah ushul fiqh ditegaskan: دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ Dar’ul mafaasidi muqoddamun ‘alaa jalbil mashoolihi. (Menolak mafsadat/ kerusakan lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan/ kebaikan). Kerusakan yang paling fatal adalah kerusakan di akherat yaitu masuk neraka, maka jauh lebih harus dicegah. Sedang kerusakan di dunia saja harus dicegah, apalagi kerusakan di akherat. Kesimpulan: 1. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram berdasarkan ayat-ayat Al-Quran. 2. Menyekolahkan anak ke sekolah Kristen atau Katolik akan menyuburkan pemur-tadan. 3 Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan memiskinkan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan memundurkannya. 4. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan mewariskan ge-nerasi murtad. Wallahu a’lam. (Fatwa haramnya menyekolahkan anak ke sekolah Kristen/ Katolik telah dikeluarkan oleh BKSPP (Badan Kerjasama Pondok Pesantren), Januari 1994, para ulama di Kudus Jawa Tengah, dan rekomendasi rapat kerja nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) 24-26 November 1992. Lihat buku Bila Hak Muslimin Dirampas oleh H ¨ Hartono A Jaiz, 1994, hal 42-47). ( Pengasuh/ Media Dakwah, Juni 1998)

Tantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur

Tantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur Hal: Surat terbuka, tantangan mubahalah Kepada Yth. Bapak Ahmad Syafii Maarif dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid) di mana saja berada Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk (Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya). Setelah saya memahami fatwa-fatwa tentang kafirnya Ahmadiyah (Qadyan dan Lahore) yang dikeluarkan oleh Mujamma’ Al-Fiqh Al-Islami –lembaga OKI Organisasi Konferensi Islam–, Rabithah Alam Islami, dan MUI (Majelis Ulama Indonesia), namun di Indonesia ada manusia-manusia yang terang-terangan membela Ahmadiyah, di antaranya Bapak Ahmad Syafii Maarif mantan Ketua Umum PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah, dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mantan Ketua Umum PB (Pengurus Besar) Nahdlatul Ulama; dan setelah fatwa-fatwa itu saya fahami bahwa Ahmadiyah itu menodai Islam, maka saya selaku seorang Muslim menantang mubahalah (do’a saling melaknat agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta) kepada Bapak Ahmad Syafii Maarif dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid). Demikian surat terbuka lewat situs nahimunkar.com berupa tantangan mubahalah. Jakarta, Sabtu 14 Juni 2008M/ 9 Jumadil Akhir 1429H Hormat saya: Hartono Ahmad Jaiz Penulis buku Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat; dan buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, yang pro fatwa para ulama internasional dan nasional dalam kasus Ahmadiyah. Landasan Menantang Mubahalah Tantangan saya ini berlandaskan kepada penjelasan-penjelasan sebagai berikut: Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628). Mubahalah atau do’a saling melaknat itu dilakukan terhadap: 1. Orang Nasrani, berlandaskan QS Ali ‘Imran: 61; 2. Orang Yahudi berlandaskan QS Al-Jumu’ah: 6 3. Orang Musyrik berlandaskan QS Maryam: 75 dan hadits tentang Abu Jahal ditantang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mubahalah, riwayat Al-Bukhari, Ahmad, At-Tirmidzi, dan An-Nasai). 4. Terhadap penyeleweng, ahli bid’ah dan semacamnya, berlandaskan bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan lebih dua masa. Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris). Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: Perintah do’a di dalam Al-Qur’an, kalau ditujukan kepada Ahli Kitab justru berupa ancaman, bahkan mubahalah. { قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ } _Katakanlah :”Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS 62 Al-Jumu’ah: 6). { فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ } [آل عمران : 61] _”Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa setelah datang ilmu ” ً (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS 3 Ali Imran: 61). Imam Ibnu Katsir menjelaskan, suruhan Allah kepada Yahudi agar minta mati di Surat Al-Jumu’ah 62, Al-Baqarah 94, itu juga mubahalah; kalau memang orang Yahudi itu menganggap (diri mereka berada) dalam hidayah Allah, sedang Muhammad itu dianggap dalam kesesatan, maka mintakan mati atas yang sesat dari kedua golongan itu, kalau memang Yahudi menganggap diri mereka benar. Ternyata Yahudi tak berani. Demikian pula ancaman terhadap orang-orang musyrik di Surat Maryam ayat 75, agar musyrikin ber-mubahalah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekeluarga-nya. 2264- حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّىُّ أَبُو يَزِيدَ حَدَّثَنَا فُرَاتٌ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ يُصَلِّى عِنْدَ الْكَعْبَةِ لآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ فَقَالَ « لَوْ فَعَلَ لأَخَذَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ عِيَاناً وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوُا الْمَوْتَ لَمَاتَوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهِلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَرَجَعُوا لاَ يَجِدُونَ مَالاً وَلاَ أَهْلاً ». مسند أحمد - (ج 5 / ص 290) Dari Ibnu Abbas: Abu Jahal la’natullah berkata, bila aku melihat Muhammad di sisi Ka’bah pasti sungguh aku datangi dia sehingga aku injak lehernya. Ibnu Abbas berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ”Kalau ia (Abu Jahal) berbuat, pasti malaikat akan mengambilnya (mengadzabnya) terang-terangan, dan seandainya orang-orang Yahudi mengharapkan mati pasti mereka mati dan mereka melihat tempat-tempat mereka berupa neraka.” Dan seandainya mereka yang (ditantang) ber_mubahalah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu keluar, pasti mereka pulang (dalam keadaan) tidak menemukan keluarganya dan tidak pula hartanya. (HR Ahmad, Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan An-Nasai, _Tafsir Ibnu Katsir, darul Fikr 1412H/ 1992M jilid 4: hal 438, Tafsir Surat Al-Jumu’ah ayat 6, atau juz 8 halaman 118, ditahqiq Sami bin Muhammad Salamah, Daru Thibah, cetekan 2, 1420H/ 1999M). Mubahalah Tidak Khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Soal: Apakah mubahalah itu khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau dapat menjadi umum bagi Muslimin? Dan apakah seandainya mubahalah itu umum bagi Muslimin bolehkah untuk dihadapkan dari arah ahlis sunnah waljama’ah kepada firqoh-firqoh sesat? Dan apakah mesti terjadi tanda yang menampakkan kebenaran seandainya dilangsungkan mubahalah? Fatwa: Alhamdulillah wassholatu wassalmu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi washohbihi, amma ba’du. Mubahalah adalah do’a dengan laknat atas yang berdusta di antara dua pihak yang bermubahalah. Mubahalah itu tidak khusus hanya untuk Nabi saw. Dalilnya, bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan yang terpanjang dari dua masa (sampai melahirkan, dan sampai 4 bulan 10 hari, pen). Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris); dan tidak mengapa dalam hal mubahalah Ahlis Sunnah waljama’ah terhadap ahli syirik, bid’ah dan semacamnya tetapi sesudah ditegakkan hujjah (argumentasi) dan upaya menghilangi syubhat (kesamaran), dan memberikan nasihat dan peringatan, sedang itu semua tak guna. Bukan termasuk kepastian (setelah mubahalah itu) munculnya tanda/ bukti atas dustanya orang yang batil dan dhalimnya orang yang dhalim, karena Allah Ta’ala menunda dan mengakhirkan, sebagai cobaan dan istidroj/ uluran. Wallohu a’lam. Mufti; Markas Fatwa dengan bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih (Asy-Syabakah Al-Islamiyah juz 8 halaman 85). http://www.nahimunkar.com

“ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU “

“ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU “ Oleh: team kajian islam anshorud da’wah ila kitabi was sunnati SPEKTAKULEEER!! Barangkali inilah kata yang pantas diselamatkan pada fenomena novel dan, terutama, film Ayat-Ayat Cinta. Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, jumlah penonton resmi di bioskop-bioskop sudah menembus angka 4 juta. Belum lagi yang menonton sendiri di rumah melalui VCD dan penonton-penonton yang memilih untuk membeli VCD bajakannya. Jumlahnya pasti berkali-kali lipat dari jumlah penonton di bioskop. Sepanjang sejarah perfilman di Indonesia, baru kali ini ada film Indonesia yang sangat spektakuler seperti itu. Jumlah penontonnya hanya bisa disaingi oleh film-film Hollywood dan Bollywood. Produser film ini, Manooj Punjabi, dalam sebuah wawancara dengan detik.com bahkan mengatakan bahwa sampai sepuluh tahun ke depan belum tentu akan ada lagi film se-spektakuler Ayat-Ayat Cinta ini. Kehebohan film ini pun sempat mampir dalam berbagai forum-forum percakapan, dari mulai yang paling resmi sampai di warung-warung kopi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla beserta jajarannya sampai harus menyempatkan diri menonton film ini. Mantan Presiden Habibie, jauh-jauh dari Jerman menyempatkan pulang ke Indonesia hanya untuk menonton film ini. Bahkan sejumlah politisi sengaja janjian untuk nonton bareng film ini. Milis-milis di Internet selama sebulan salah satu yang menjadi tema favorit untuk dibicarakan adalah film ini. Pandangannya seperti biasa: sebagian mengkritik habis dan yang lain memuji-muji setinggi langit. Dengan serta-merta, sountrack film yang dinyanyikan pelantun tembang-tembang pop asal Sumedang (JABAR), Rossa, inipun ikut terdongkrak popularitasnya. Betapa dianggap penting film ini, sampai-sampai Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Samsuddin, ikut mempromosikan kepada umat untuk menontonnya. Untuk kasus ini bisa dipahami mengingat Hanung Bramantyo yang berasal dari keluarga besar Muhammadiyah di Yogya memilihnya menjadi penasihat masalah-masalah keagamaan untuk film ini. Namun, kesediaan Din menjadi penasihat untuk film ini di tengah berbagai kesibukannya mengisyaratkan bahwa film ini dihitungnya sangat penting. Memang akhirnya banyak juga yang mengkritik fil ini. Para penonton yang pernah membaca edisi novelnya banyak yang kecewa. Bayangan mereka tentang apa yang ada di dalam novel banyak yang tidak nyambung dengan film yang mereka tonton. Pesan-pesan Islam yang dikemas secara apik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam edisi novel tidak tampak dalam film. Bahkan sebagian blogger (penulis blog pribadi di internet) ada yang menyebutkan bahwa film ini bukan film islami, apalagi disebut-sebut sebagai film dakwah. Film ini sebetulnya sama seperti film-film percintaan lainnya, hanya saja tokoh, latar, dan alurnya ada hubungannya dengan Islam, nuansa Islam membalut kisah percintaan dalam film ini. Namun demikian, apapun yang terjadi dengan film ini satu hal yang patut menjadi renungan bersama untuk gerakan dakwah kita di masa-masa yang akan datang, yaitu bahwa film dan tontonan elektronik lain sudah menjadi sesuatu yang sangat merasuk kehidupan masyarakat kita. Alat-alat elektronik itu hanyalah alat. Keberadaannya bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Ketika orang-orang yang tidak bermoral memegang dan menguasainya, maka sudah hampir bisa dipastikan alat ini dimanfaatkan untuk kebejatan moral mereka. Hanya satu yang mereka kejar: uang! Begitu pula sebaliknya. Kalau kenyataannya demikian, maka sudah saatnya lagi dakwah kita hanya berhenti sebatas mencaci keberadaan tayangan-tayangan di media elektronik ini. Dakwah kita memang harus ikut menyadarkan umat untuk bisa menyeleksi tayangan-tayangan yang tidak layak ditonton, terutama oleh anak-anak seperti tayangan yang mengajarkan materialisme, tayangan berbau pornografi, horor, dan kekerasan. Di samping itu, dakwah juga harus berani merebut ruang-ruang tayang dalam media-media elektronik ini agar yang dikonsumsi langsung oleh khalayak adalah peran-peran ilahiyah, bukah materialisme dan kebobrokan. Mungkin timbul pertanyaan, bukankah selama ini sudah banyak tayangan-tayangan ceramah keagamaan yang mengambil ruang dalam siaran-siaran televisi? Itu benar. Namun, harus dicatat bahwa dakwah melalui media elektronik tidak cukup dengan penyampaian pesan-pesan agama secara langsung. Cara ini sesekali dibutuhkan. Namun kalau sepanjang hari siaran televisi isinya adalah ceramah, maka hampir bisa dipastikn akan segera ditinggalkan penonton. Penonton itu butuh ” tontonan ” seperti film, sinetron, variety show, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dakwah dengan memanfaatkan media elektonik berarti harus merambah dunia ” tontonan ” itu. Artinya pesan dakwah harus disampaikan melalui film, sinetron, variety show, dan semisalnya. Masalahnya kemudian apakah mungkin dakwah dicampur-adukkan dengan berbagai kemungkaran yang sering terjadi dalam tayangan-tayangan film dan televisi seperti orang mempertontonkan aurat, Ikhtilat (Campur baur) antara pria dan wanita, dan semisalnya. Atas dasar ini pula ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa berdakwah melalui media film, sinetron, atau tontonan-tontanan lain semisalnya adalah ” mencampurkan hak dan bathil ” sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Di sinilah masalah harus kita pecahkan bersama dengan diawali niat baik dan prasangka yang baik pula. Pertama, kita harus melihat media-media elektonik ini sebagai peluang media dakwah yang sangat terbuka lebar dan belum banyak dijamah. Oleh sebab itu, terlebih dahulu kita harus melihat ini sebagai sesuatu yang harus dikuasai oleh aktivis-aktivis Muslim yang memilki concern terhadap dakwah Islam. Paling tidak, aktivis-aktivis Muslim harus bisa ambil bagian dalam dunia media ini. Kalau sejak semula sudah dipandang negatif dan tidak mungkin mengarahkan media elektronik menjadi alat dakwah, maka sampai kapan pun umat islam tidak akan pernah dapat menguasai publik penikmat media elektonik yang jumlahnya bermilyar-milyar orang mungkin lebih dari triliun orang di seluruh dunia. Kalau tidak jeli, bisa jadi ini adalah jebakan pihak Barat-Yahudi yang tidak ingin umat Islam berjaya. Kedua, kita memang harus memikirkan secara serius bagaimana formula yang baik agar pesan dakwah tidak disampaikan dengan cara yang bathil. Dalam hal ini, para aktivis dakwah bersama-sama dengan seniman dan praktisi yang memiliki perhatian tinggi terhadap dakwah harus berkreasi membuat model-model ” tontonan dakwah ” yang memenuhi kriteria syar’i yang diinginkan. Masalahnya, kalau tidak dimulai usaha-usaha ke arah sana tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu, munculnya film Ayat-Ayat Cinta, Kun Fayakuun, dan semisalnya merupakan langkah awal yang baik. Namun, langkah jangan sampai berhenti di sana. Harus selalu terus dikembangkan kritik untuk mendapatkan formula ” tontonan dakwah ” yang paling baik dan ideal. Kita semua sebagai bagian dari umat pun harus ikut mendorong semakin banyaknya ” tontonan dakwah ” agar media elektronik benar-benar akan menjadi wasilah tersebarnya rahmat Islam di seluruh alam. Walloohu’ A’lam. Diambil dan disarikan dari Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid, Vol. 39/Tahun VI, 03 Jumadil Awwal 1429 H/09 Mei 2008 M dari Tulisan Tiar Anwar Bachtiar. Bila anda berminat berlangganan Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid Harga per eksp, Rp.200,- berlangganan min 50 eksp, pembayaran di muka atau melalui Rekening Bank Muamalat Indonesia No.305.06563.22 (atas nama Saefulloh) info lebih lanjut Hub Alamat Redaksi Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid: Jl. Johar Baru 1 No. 22 Jakarta 10560, Tlp. 081514393766. http://faishalalbantani.blogspot.com

Minggu, 22 Juni 2008

KUPAS TUNTAS AHMADIYYAH

Ahmadiyah Kelompok Pengekor Nabi Palsu Apa Itu Ahmadiyah ? Ahmadiyah adalah gerakan yang lahir pada tahun 1900M, yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris di India. Didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran/bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Corong gerakan ini adalah “Majalah Al-Adyan” yang diterbitkan dengan bahasa Inggris. Siapakah Mirza Ghulam Ahmad ? Mirza Ghulam Ahmad hidup pada tahun 1839-1908M. Dia dilahirkan di desa Qadian, di wilayah Punjab, India tahun 1839M. Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik. Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris. Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa’, seorang pemimpin Jami’ah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya. Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa’ mengajaknya ber-mubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908M. Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad berdakwah sebagaimana para da’i Islam yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya. Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi Al-Muntazhar dan Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mati meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin serta artikel hasil karyanya. Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul Izalatul Auham, I’jaz Ahmadi, Barahin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I’jazul Masih, At-Tabligh dan Tajliat Ilahiah. Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan. Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini. Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris. Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an. Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an. Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir. Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan. Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad. Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin. Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji. Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang ; yang secara tidak langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah. Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluaga bangsawan. Pada tahun 1953M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri. Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya. Pada bulan Rabiul Awwal 1394H, bertepatan dengan bulan April 1974M dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah Al-Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh dunia. Hasil muktamar memutuskan “Kufurnya kelompok ini dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak bermu’amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum Muslimin”. Majelis Rakyat (Parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok Ahmadiyah bernama Nasir Ahmad. Debat ini berlangsung sampai mendekati 30 jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis parlemen mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam. Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad Pengakuannya sebagai nabi. Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah. Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian. Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia. Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul (bersatunya manusia dengan tuhan). Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak tuhan. Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membuka pintu bagi siapa saja yang menginginkannya. Penyebaran dan Aktifitas Ahmadiyah Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar dapat membentuk/membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka berada. Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5000 mursyid dan da’i yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Dan aktifitas mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan. Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintah Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang mereka miliki Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah dengan segala cara, khsusnya media massa. Mereka adalah orang-orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pandai, insinyur dan dokter. Di Inggris terdapat stasiun pemancar TV dengan nama “TV Islami” yang dikelola oleh penganut kelompok Ahmadiyah. Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad bernama Nuruddin. Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiyah kepadanya dan diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul “Fashlb Al-Khithab“. Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir Ahmadiyah di Lahore. Keduanya adalah corong dan ahli debat kelompok Ahmadiyah. Muhammad Ali telah menulis terjemah Al-Qur’an dengan perubahan transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain. Haqiqat Al-Ikhtilaf An-Nubuwah Fi Al-Islam dan Ad-Din Al-Islami. Khaujah Kamaluddin menulis kitab yang berjudul Matsal Al-A’la Fi Al-Anbiya serta kitab-kitab lain. Jamaah Ahmadiyah Lahore ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka sama saja saling mengadopsi satu sama lain. Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul Khatam An-Nabiyyin. Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Di antara tulisannya berjudul Anwar Al-Khilafah, Tuhfat Al-Muluk, Haqiqat An-Nubuwwah. Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang diadopsi dari ayat Al-Qur’an: “Dan Kami melindungi mereka di suatu Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Qs. Al-Mukminun: 50) Kesimpulan Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur. Maraji’: Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fi Al-Adyan Wa Al-Madzahib Wa Al-Ahzab Al-mu’ashirah, oleh DR Mani’ Ibnu Hammad al-Jahani Tabshir Al-Adhan bi Ba’di Al-Madzahib wa Al-Adyan, oleh Muhammad As-Sabi’i http://hidayatullah.com

KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID

.KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID 1. SERUKAN AJAKAN SHOLAT DALAM BAHASA SETEMPAT (INDONESIA, JAWA, SUNDA, DLL) 30 MENIT SEBELUM JATUH WAKTU SHOLAT / SEBELUM AZAN. SEBAGAI CONTOH : "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, DIPERSILAHKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±30 MENIT LAGI." 2. 15 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±15 MENIT LAGI." 3. 10 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±5 MENIT LAGI." 4. AZAN 5. SHOLAT QOBLIAH, TUNGGU BEBERAPA SAAT, ±5 MENIT, BARU KEMUDIAN.... 6. IQOMAT 7. SHOLAT BERJAMAAH. BERIKUT INI ALASAN MENGAPA KITA HARUS MERUBAH PARADIGMA SERUAN UNTUK BERJAMAAH DI MESJID KARENA : 1. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT SERING TERLALU CEPAT, BERKISAR ±5 MENIT, HANYA MENUNGGU ORANG SHOLAT QOBLIAH SAJA, LANGSUNG SHOLAT FARDHU, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG MUNGKIN SEDANG ADA KEGIATAN DISORE HARI, CONTOHNYA SEDANG MENGERJAKAN SESUATU, TIDAK SADAR KARENA KE ASYIKAN BEKERJA, DAN LUPA BAHWA WAKTU MAGHRIB SUDAH MASUK, TIDAK BISA BERGABUNG SHOLAT BERJAMAAH. UNTUK ITU KITA PERLU MEMBERI WAKTU AGAR MEREKA BISA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN MANDI, MENCUCI TANGAN, MEMBERESKAN ALAT-ALAT KERJA, DAN LAIN-LAIN. ITU SEBABNYA MENGAPA PERLU DIINGATKAN SETIAP WAKTU SHOLAT FARDHU UNTUK BERJAMAAH. 2. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT DI MASJIDIL HARAM / NABAWI BISA SAMPAI ±30 ATAU ±45 MENIT, DENGAN DEMIKIAN TIDAK ADA SALAHNYA JIKA KITA BISA MELAKSANAKAN TATACARA YANG SAMA. BAGI SEBAGIAN ORANG YANG BERPENDAPAT BAHWA WAKTU SHOLAT MAGHRIB DAN SUBUH ADALAH PENDEK DAN HARUS DISEGERAKAN KARENA HARUS TERBURU-BURU BEKERJA BISA DIARTIKAN BAHWA ORANG TERSEBUT LEBIH MENGEJAR SERTA MENGUTAMAKAN DUNIAWI DIBANDING MEMAKMURKAN MESJID MENGHADAP ALLAH SWT. 3. BANYAK MESJID MEGAH, TAPI JARANG ORANG IKUT SHOLAT BERJAMAAH. 4. AGAR PARA USTADZ DAN PENGURUS MESJID BISA MERANGKUL JAMAAH YANG ADA DISEKITAR MESJID UNTUK BERSAMA-SAMA SHOLAT BERJAMAAH TANPA HARUS MEMBEDA-BEDAKAN KELOMPOK DAN GOLONGAN. YANG PENTING ADALAH MERANGKUL ORANG-ORANG YANG MAU SHOLAT BERJAMAAH, AGAR BANGKIT UKUWAH ISLAMIAH. SENYUM ADALAH IBADAH. MARI KITA TERSENYUM KEPADA SESAMA MANUSIA, KHUSUSNYA SESAMA UMAT ISLAM YANG HENDAK BERIBADAH MESKIPUN KITA BERBEDA KELOMPOK DAN GOLONGAN. MENYINGKIRKAN DURI DI JALAN JUGA IBADAH. KARENA ITU MARI KITA SINGKIRKAN SYAKWASANGKA KITA (DURI) KEPADA SESAMA MUSLIM. 5. ANALOGI SEDERHANA, SEPERTI HALNYA DENGAN PEMBERANGKATAN KERETA API, BILA TIDAK DI UMUMKAN WAKTU KEBERANGKATANNYA DAN PARA PENUMPANG AGAR BERSIAP-SIAP, MAKA AKAN BANYAK PENUMPANG YANG KEBINGUNGAN DAN TERTINGGAL KEBERANGKATAN KERETA API TERSEBUT. 6. MEMBERI KESEMPATAN YANG SAMA DAN ADIL KEPADA SEMUA GOLONGAN / KELOMPOK ISLAM DALAM MEMAKMURKAN MESJID, BAIK UNTUK MENJADI PENGURUS MESJID, IMAM, KHOTIB, DLL. 7. MEMAKMURKAN MESJID, MEMPERKUAT UKHUWAH ISLAMIAH, DAN MERAIH PAHALA SEBESAR-BESARNYA. INSYA ALLAH MESJID KITA MENJADI MAKMUR JAMAAH diambil dari, http://daktaradio.tripod.com

JUAL MAJALAH ISLAMI PT. MARWAH INDO MEDIA

GEBYARRR!!!! BUKU ISLAMI!!!... AYO MURAH_MERIAH!!! @ Majalah UMMATIE ( Menyongsong Kejayaan Islam ) @ Majalah GERIMIS ( Merintis Kehidupan Indah, Sejuk,...) (& Menentramkan ) Nb : Ehh ada EDISI BARU & EDISI LAMAnya... Juga lho OK!!! Harga Rp.8.000,00 luar Jawa Rp.9.500,00 Plus Klo pengen dikirim langsung Ke RUMAH, ada Ongkos Kirimnya... InsyaAlloh Pokonya MURAH_MERIAH...dech! Hub: Iman 081389094351/islamjuba@gmail.com AYOOO!!!! CEPAT SEGERA PESANNNN... sebelum KEHABISAN!!! Hubungi kami Iman Jalan. Purnama 13 Cimanglid, Tamansari Bogor 16610 PO BOX. 01 Ciomas Bogor Bogor, Jawa Barat Telp. 081389094351 http://www.bacagerim is.wordpress.com

Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21

Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21 Print E-mail Kamis, 08 Pebruari 2007 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : "Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir (Nasrani, Yahudi, Musyrik, Orang-orang murtad, dll) rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak meurunkan keterangan tentang itu.” (Q.S Ali Imran, 3: 151) Dalam ayat ini. Allah SWT secara jelas menginformasikan kepada kita bahwa Dia akan menteror dan akan memasukkan teror ke dalam hati orang-orang kafir yaitu non muslim karena kesyirikan yang mereka lakukan, menyekutukan Allah dengan yang lain. Bentuk syirik (mengadakan tandingan dengan Allah) bisa berupa voting (memilih) hukum buatan manusia, berhukum pada konstitusi kufur (non Islam), mengatakan bahwa Allah memiliki seorang anak laki-laki, berhukum pada PBB dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa orang-orang non muslim akan hidup dalam ketakutan dan teror karena mereka menyekutukan Allah dengan Tuhan-tuhan yang palsu yang tidak akan dapat memberikan manfaat kepada mereka atau dapat menolak bahaya dari mereka. Mereka menyembah hawa nafsu mereka sendiri, hukum di negaranya, berhala, orang-orang alimnya, pendeta-pendeta, dan lain-lain. Karena ini adalah kejahatan yang besar maka Allah bersumpah untuk menteror mereka. Lebih lanjut, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu mengantarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang Allah mengetahui.” (Q.S Al Anfaal,8:60). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menteror (turhibun) musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kita, dengan menyiapkan perlengkapan seperti artileri, kekuatan dan senjata yang dapat kita persiapkan. Dalam ayat itu, Allah secara langsung memerintahkan kepada kita untuk menggunakan terorisme dalam melawan para aggressor dan musuh-musuh Allah, segala puji hanya bagi-Nya. Aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin melawan musuh-musuh Allah di berbagai tempat seperti di New York, Wahshington, Bali, Turki, Riyaad, dan Madrid, sesungguhnya aksi-aksi tersebut adalah aksi Terorisme (Al-Irhaab) dan orang yang melakukan penyerangan tersebut adalah seorang teroris. Sebagaimana aksi penyerangan yang dilakukan oleh AS, UK (Ingggris) dan kekuatan koalisinya di berbagai tempat seperti Afghanistan, Palestina, Chechnya, Iraq, Khasmir, dan lain-lain. Sesungguhnya itu adalah aksi terorisme terhadap wanita, anak-anak dan orang-orang yang sudah tua. Keduanya merupakan aksi terorisme yang digunakan untuk mempropagandakan ideologi dan memasukkannya ke negara lain di dunia, lalu siapa pelaku kriminal yang sebenarnya? Ada dua tipe terorisme, satu tipe dipuji Allah SWT dan satunya dicela dan layak mendapat hukuman yang berat di kehidupan ini dan akhirat kelak. Penyerangan bentuknya juga ada dua, yaitu satu bentuknya pro kehidupan dan satunya melawan kehidupan. Adapun penyerangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris di Afghanistan dan di Iraq adalah bentuk penyerangan yang melawan kehidupan karena mereka menyerang wanita-wanita muda, anak-anak dan orang-orang tua. Bentuk terorisme yang digunakan AS, Inggris dan sekutu-sekutunya sesungguhnya merupakan bentuk agresi, kejahatan, penyimpangan dan kedzoliman yang layak mendapatkan hukuman yang berat dan mendapat penghinaan dari Allah karena bentuk terorisme yang mereka lakukan secara langsung telah menteror ummat dalam hal kesucian kehidupan mereka, kekayaan dan tanah milik mereka (yaitu muslim). Adapun terorisme yang digunakan oleh Mujahidin adalah terorisme yang terpuji, mulia dan bentuk terorisme yang diberkahi Allah karena terorisme tersebut melawan orang-orang yang tidak memiliki kesucian atas kehidupan mereka, orang yang mendukung agresor (penjajah) dan penguasa yang dzolim serta orang-orang yang menyebarkan kemungkaran dan kejahatan di muka bumi. Terlebih lagi terorisme tersebut dalam rangka menjalankan perintah Allah, Dzat yang telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menteror musuh-musuh-Nya. Aksi-aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin dalam rangka melawan orang-orang yang mendukung Thagut, menyembah dan mematuhinya, juga digunakan untuk melawan orang-orang yang tidak memiliki perjanjian keamanan dengannya. Islam tidak membenarkan adanya penghianatan yaitu hidup di tengah-tengah orang dimana kamu memiliki perjanjian keamanan lalu membunuhnya dan mengambil hartanya seperti orang-orang yang memiliki kewarganegaraan atau perjanjian dengan rezim dimana mereka hidup dalam suatu negara seperti AS, Inggris, Spanyol, Italia, dan lain-lain (karena berbeda halnya dengan hidup di bawah penguasa muslim yang murtad di negeri muslim). Secara lengkap dilarang melaksanakan aksi penyerangan melawan orang (yang mereka memiliki perjanjian dengannya), secara fakta itu adalah dosa besar dan dianggap sebagai bentuk penghianatan dalam Islam. Definisi terorisme menurut orang-orang kafir adalah tidak relevan (tidak berhubungan) dan tidak signifikan bagi orang muslim. Ini disebabkan karena kita hanya merujuk pada Islam sebagai maraji’ (referensi) yaitu poin rujukan dan furqon (kriteria pembeda antara yang hak dan yang bathil). Dalam kasus definisi mereka terorisme juga diaplikasikan kepada mereka sendiri sebagaimana mereka telah mensistem untuk melakukan aksi penyerangan melawan orang-orang yang tidak berdosa untuk membenarkan politik mereka sendiri. Ummat muslim seharusnya tidak boleh takut untuk dikatakan sebagai teroris, fundamentalis, dan ekstrimis. Pertama itu merupakan bagian propaganda orang-orang kafir melawan Islam dan kaum muslimin, juga digunakan melawan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, mereka adalah orang-orang yang dilabeli sebagai teroris, ekstrimis, ahli magic, pembohong dan ahli sihir! Kedua, karena itu adalah hal yang benar, kita adalah teroris sebagaimana Allah telah memerintahkan kapada kita untuk menggunakan terorisme. Kita juga adalah orang fundamentalis karena kami merujuk pada fundamental (dasar-dasar fondasi) dari Islam seperti Tauhid dan sebagai seorang yang ekstrimis karena sejak awal kita sangat ekstrim melawan pornografi, alkohol, klub-klub malam, kedzoliman, kekejaman, penyimpangan, kejahatan, dan lain-lain, yaitu hukum buatan manusia. Ummat muslim seharusnya sadar bahwa oang-orang kafir akan selalu bermain-main dengan terminologi perang dalam rangka untuk membungkam orang-orang beriman dan menjadikan kita tampak sebagai agresor. Bagaimanapun, ini tidak akan berpengaruh kepada Mujahidin (orang-orang yang mencintai Allah lebih daripada siapapun dan tidak pernah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun) karena mereka sadar bahwa kita ini berada dalam perang antara Islam dan kekufuran, kebenaran akan selalu berada diantara golongan minoritas. Allah SWT berfirman : “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S Al Anaam,6:116). Kecintaan dan ketakutan mereka hanya pada Allah, Allah melarang mereka untuk takut kepad orang-orang kafir dan propagandanya. Mereka tetap teguh dalam masa yang krisis dan sulit ini, selalu memohon kepada Allah untuk mendukung dan memberikan kemenangan padanya (bukan pada PBB atau anggota parlemen). Mereka mengetahui Tuhan yang mereka sembah (nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan memahami kebenaran dari makna Laa Ilaaha Illallah, meninggalkan hawa nafsu, Tuhan-tuhan palsu, adat, tradisi, dan lain-lain lalu beriman kepada Allah semata. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Islam datang sebagai sesuatu yang ‘asing’ dan akan kembali menjadii sesuatu yang ‘asing’. Surga bagi orang-orang yang ‘asing’. Beliau SAW ditanya :”Ya Rasulullah, siapakah Al Ghouroba’ itu (orang-orang yang ‘asing’ itu)? Beliau menjawab : orang-orang yang meninggalkan (suku, adat, tradisi, dan lain-lain dari kaumnya)”. Oleh karena itu, dalam masa krisis ini, sangat penting untuk bersama dengan golongan minoritas dan orang-orang yang terlihat sebagai oprang-orang yang ‘asing’ atau aneh. Semoga Allah mengembalikan kekhalifahan (negara Islam) sesegera mungkin kepada kita dan yang terakhir memberikan pemahaman kepada kita yang benar akan Tauhid, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. dinukil dan diambil oleh Al-akh Ovry K Adrianto, S, Kom dari situs Al-Muhajirun (Pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah) di http://www.almuhajirun.com

Syaikh Usamah bin Ladin - Kuffar America’s Most Wanted Man

Ketika Timur Tengah menikmati peningkatan ekonomi hasil dari perdagangan minyak pada tahun-tahun 1970-an, Muhammad bin Ladin, berhijrah dari Yaman dan bermastautin di Saudi Arabia. Beliau memulakan sebuah perniagaan yang kemudiannya menjadi salah satu daripada syarikat pembinaan yang terbesar di Timur tengah, Bin Ladin Corporation. Syarikat ini terbabit dengan pembinaan jalanraya, bangunan, masjid, lapangan terbang dan lain-lain prasarana di kebanyakan negara-negara Timur Tengah. Usama adalah anak kepada Muhammad bin Ladin. Sebagai seorang anak muda, beliau jelas lebih warak daripada saudara-saudaranya yang lain dan penglibatan syarikat keluarga beliau dalam pembinaan semula Masjidil-Haram dan Masjid-an-Nabawi di Makkah dan Madinah telah memberi kesan yang mendalam kepada beliau. Pada tahun 1979, saat beliau baru saja menamatkan pelajaran di Universitas King Abdul Aziz di Jeddah dengan memperoleh ijazah dalam bidang Kejuruteraan Sivil, Soviet Union menyerang dan menduduki Afghanistan. Pihak Mujahideen mengeluarkan permohonon bantuan internasional. Usama bin Ladin menyahut seruan itu dengan menghantar dirinya sendiri bersama-sama dengan jentolak-jentolak keluarganya ke Afghanistan. Beliau tersentuh, kata beliau, dengan permintaan dari umat Islam yang lemah menghadapi ‘kuasa-besar’ abad ke-20. “Di dalam agama kita, terdapat tempat yang istimewa di akhirat nanti kepada mereka yang menyertai Jihad,” kata beliau. “Sehari di Afghanistan adalah seperti 1000 hari sholat di mana-mana masjid biasa.” Pada mulanya sumbangan beliau lebih kepada sumbagan sokongan. Beliau merekrut beribu-ribu pejuang Arab dari Timur Tengah, membiayai ongkos mereka ke Afghanistan dan mendirikan kem-kem untuk melatih mereka. Kemudiannya beliau juga telah mereka-bentuk terowong-terowong pertahanan dan parit-parit di sepanjang sempadan Pakistan, memandu jentolak, menghadapi risiko tembakan-tembakan helikopter Soviet. Tidak lama kemudian, beliau sendiri mula menggalas Kalashnikov dan menyertai pertempuran. Pada tahun 1986, beliau bersama-sama beberapa dozen pejuang Arab berjaya mematahkan serangan pihak Soviet ke atas sebuah bandar yang bernama Jaji, tidak jauh dari sempadan Pakistan. Kepada para Mujahideen Arab tersebut, kejayaan ini adalah antara bukti pertama bahawa pihak Russia boleh dikalahkan. Setahun kemudian, Bin Ladin memimpin satu serangan ke atas tentera Soviet di dalam pertempuran Shaban. Pertempuran tangan yang hebat menyebabkan ramai dari para Mujahideen gugur shahid. Walaubagaimanapun Usama dan para Mujahideen pimpinannya berjaya juga menghalau pihak Soviet keluar dari kawasan tersebut, dengan Pertolongan Allah SWT. “Beliau merupakan seorang wira pada kami kerana beliau sentiasa di barisan depan, sentiasa mara ke hadapan,” ujar Hamza Mohammed, seorang pejuang Palestin yang menyertai Jihad di Afghanistan dan kini menguruskan salah sebuah projek pembinaan Bin Ladin di Sudan. “Beliau bukan sekadar memberikan wang beliau, tetapi beliau juga memberikan diri beliau. Beliau datang dari istana beliau untuk tinggal bersama-sama dengan orang miskin Afghan dan para pejuang Arab. Beliau masak dengan mereka, makan dengan mereka, menggali kubu-kubu dengan mereka. Itulah cara Bin Ladin.” Semasa pembesaran Masjidil-Haram dan Masjid-an-Nabawi pada sekitar 1980-an, Raja Fahd sendiri menawarkan Usama kontrak untuk membesarkan Masjid Rasulullah SAW di Madinah. Kontrak ini akan memberikan untung bersih sebanyak $90 juta kepada beliau. Beliau menolak tawaran ini kerana beliau tahu tawaran ini adalah untuk mengalih perhatian beliau dari Jihad di Afghanistan kepada pembinaan masjid. Beliau pernah berkata bahawa kekayaan beliau bertambah dan perniagaan beliau semakin maju selaras dengan bertambahnya wang yang beliau belanjakan untuk Jihad. Bin Ladin pulang ke tanahair dan disambut sebagai kenamaan. Tetapi kepopularan beliau mula menghilang apabila beliau mula mengatakan kebenaran terutamanya yang menyentuh rejim Saudi. Kerajaan tersebut sudahpun dikiritik oleh para aktivis Islam kerana penyelewengan dan tidak melaksanakan perundangan Islam. Semua ini juga ditentang oleh Bin Ladin. Akhirnya apabila Raja Fahd membenarkan tentera kuffar Barat masuk ke Saudi ketika Perang Teluk, beliau mula mengkritik kerajaan dengan terbuka. Beliau juga menjadi sasaran kempen penganiayaan ke atas aktivis Islam lantas beliau melarikan diri ke Sudan pada 1991. Sejumlah besar ‘Arab Afghan’ dari pelbagai negara mengikut beliau ke Sudan dan bekerja di syarikat yang beliau tubuhkan di Sudan. Beliau berusaha membantu Sudan dengan membina prasarana. Kerajaan Saudi mengisytiharkan beliau penjenayah dan kewarganegaraan beliau dilucutkan. Sejumlah wang yang banyak juga diletakkan untuk kepala beliau. Di Sudan, perniagaan beliau berkembang maju sehingga menjadi lebih besar dari yang di Timur Tengah. Satu cubaan membunuh beliau telah dilakukan di Sudan tetapi beliau berjaya menyelamatkan diri walaupun mengalami kecederaan. Beliau tinggal di Sudan selama kira-kira lima tahun, membiayai Jihad di pelbagai negara di dunia seperti Afghanistan, Bosnia, Yaman, Chechnia dan lain-lain tempat, sehinggalah kerajaan Sudan mengusir beliau atas tekanan dari Amerika Syarikat dan atas tuduhan beliau membiayai gerakan pengganas (gelaran kuffar Barat kepada Mujahideen) di seluruh dunia. Dengan kekayaan peribadi yang dianggarkan sekitar $300 juta, beliaulah yang dianggap sebagai ‘U.S. State Department’ sebagai,"seorang daripada penaja kewangan utama gerakan extermist Islam di dunia kini.” Ataupun seperti mana yang dikatakan oleh seorang pegawai Amerika Syarikat, beliau adalah ‘ikan besar’ kerana reputasi keperwiraan beliau memberikan beliau pengaruh. Menurut pegawai ini,"Bin Ladin adalah orang yang boleh pergi menemui seseorang dan berkata, ‘Saya mahu awak tuliskan cek 6 angka,’ dan beliau akan mendapat cek tersebut serta-merta.” Pada musim panas 1996, Bin Ladin berpindah dari Sudan ke Afghanistan. Beliau kini di Afghanistan membantu membiaya dan menyusun para Mujahideen seluruh dunia. Selepas keadaan yang semakin buruk di Saudi Arabia, selepas penahanan para ulama dan ratusan pemuda-pemuda Mujahideen, selepas kekayaan negara tergadai kepada Barat dan pendudukan tentera Amerika di 3 bumi suci, Bin Ladin membuat keputusan untuk bertindak. Pada 26 Ogos 1996, beliau mengeluarkan kenyataan yang pertama. Dokumen berbahasa Arab setebal 12 halaman yang bertajuk,"Pengisytiharan Perang” oleh Usama bin Muhammad bin Ladin. Kenyataan ini memberikan amaran terakhir kepada semua tentera Amerika agar meninggalkan bumi suci umat Islam, atau mereka akan menerima tindakan ketenteraan dari para pemuda yang sama, dengan bantuan Allah SWT, telah mengalahkan kuasa kuffar terbesar di dunia, di Afghanistan. “Umat Islam terbakar dengan kemarahan kepada Amerika. Demi kebaikannya sendiri, Amerika mesti meninggalkan [Saudi Arabia - bumi tanah haram].” - Usama bin Ladin Mujahid ini meninggalkan kehidupan mewah dengan kekayaan yang tak termimpi oleh kita. Apakah sebabnya? Apakah yang ada pada Jihad sehingga menjadi lebih manis daripada kehidupan mewah dengan $300 juta? Masihkan kita sayangkan sedikit kekayaan kita dari cinta pada Allah, juga Rasul-Nya? Masihkah kita sayangkan dunia ini hingga melupakan akhirat? Masih lekakah kita dengan hidup sehingga kita melupakan mati; Mati yang hanya sekali itu.... Untuk siapakah mati kita? Sejarah Kandahar Pelajaran dari Masjid Kandahar. Setelah solat asar, salah seorang Mulla (Kyai) yang sudah biasa mengajar di jami, masjid Kandahar duduk bersandar pada salah satu sudut masjid, kemudian beberapa puluh pemuda kelihatan berebutan untuk duduk mendekatinya. Setelah melihat murid muridnya duduk dengan tertib, Mulla itu berkata sambil menunjukkan sebuah kitab yang di bawanya: Saya membawa Kitab Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca sejarah Mujahid bernama Usamah. Lalu beliau memberikan kitab itu kepada salah seorang murid yang duduk di pinggirnya sambil menyuruhnya untuk membaca kitab itu dan memperdengarkan suaranya kepada seluruh teman temannya, pemuda itu menerima kitab itu dengan penuh semangat dan sopan, ia kelihatan bangga mendapat tugas itu dari Mulla. Lalu ia mulai membuka daftar isi Kitab, dan memilih sebuah judul yang bertulis kisah Kedatangan Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya dengan Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid. kemudian ia mulai membaca Basmalah dan puji pujian kepada Allah swt. Dan di teruskan dengan membaca buku itu dengan lantang: Pada tahun 1417H pada bulan Allah Muharram Usamah datang ke bumi Kandahar, kedatangannya adalah karena ia terusir dari kaumnya di sebabkan ia tegas menolak untuk ikut menyembah berhala yang bernama Amerika, ia bertekad untuk memerangi Amerika tetapi ia tidak mendapat sambutan kaumnya kecuali hanya segelintir dari mereka, dan ada juga beberapa gelintir dari negeri negeri lain yang sudi untuk ikut bersamanya, tetapi mereka semua asing dan lemah, mereka tidak punya kekuatan untuk membela diri. Kemudian Usamah mendatangi pimpinan pimpinan Qabilah qabilah Arab, meminta mereka untuk membantunya dan memberi jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melawan kekuatan si Berhala Amerika. Suatu hari ia mendengar bahwa hukum Islam di laksanakan di Sudan, ia mengirim utusan untuk menemui sang Raja umtuk meminta bantuan jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya. Sang Raja berkata,"pintu kami selalu terbuka dan bumi kami adalah milik kita bersama .. datanglah sebagai tamu terhormat, tanamkan hartamu di sini dan jika kau sudi ikutlah bersama kami berjihad.” (melawan pemberontak Sudan yang di ketuai oleh John Garang) Usamah sangat gembira mendegar jawaban itu dan segera mempersiapkan diri untuk berhijrah ke negeri Sudan, kemudian ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu’askar (camp) dan melatih Mujahidin bersama pejuang dari kalangan tentara Sang Raja, dan mereka gembira di sana untuk beberapa waktu sambil membina negeri, jalan jalan di perbaiki, pasar pasar menjadi ramai, dan negeripun makin makmur. Suatu hari berhala Amerika membentak Sang Raja dan berkata “keluarkan mereka dari negerimu !!” Sang Raja menjawab “daulat tuan.. titahmu kami junjung tinggi, demi mencari ridho mu” Sang Raja berbalik kepada Usamah seraya berkata: “Keluar dari negeri kami..!!!” Usamah menajwab “Bukankah kita telah mengikat perjanjian untuk berjihad bersama?” Sang Raja menjawab “ya..tetapi Jihad melawan John Garang dan bukan Amerika” Usamah menjawab “Sejak dahulu aku berniat menghancurkannya dan teman temannya” Sang Raja menjawab “tiadalah kami mempunyai kekuatan, keluarlah dari negeri ini”. Mulla memberi Isyarat kepada muridnya yang sedang asyik membaca untuk berhenti sejenak karena beliau ingin memberi sedikit keterangan, lalu Mulla berkata,"Dalam hal Usamah, Sudan ternyata lebih takut kepada Amerika berbanding kepada Allah swt, dan ketika itu Sudan sempat kebingungan karena harus melepaskan harta Usamah yang telah banyak di tanamkan bagi perdagangan negeri itu, tetapi ketakutan Sang Raja Sudan kepada Amerika ternyata lebih besar dari kepentingan rakyatnya sendiri, hingga Sang Raja lebih memilih mengusir Usamah demi relanya sang berhala, walau Amerika tetap masih tidak rela kepada Sang Raja Sudan, karena Sang Raja enggan untuk turun dan di ganti oleh John Garang. Kemudian Mulla berkata,"Baiklah, teruskan bacaanmu nak..!!!” Si pemuda yang tenggelam dengan keterangan Mulla tersentak dan bergegas mencari baris terakhir yang di bacanya tadi..lalu ia meneruskan bacannya Usamah terpaksa mencari siapa yang sudi menjamin dan menolongnya untuk menghancurkan sang berhala, lalu ia mendengar bahwa hukum Islam kembali di laksanakan di Kandahar oleh suatu kaum yang menamakan diri sebagai Taliban, mereka di pimpin oleh si pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid yang di juluki sebagai sang Amir, lalu Usamah mengutus utusan kepadanya. Amir Taliban berkata: “Mari kita angkat senjata, melawan pemberontak dan perampok perampok di negeri kami”. Usamah menjawab “Tujuan kami menghancurkan sang berhala”. Amir menjawab “Allahu Akbar, menghancurkan berhala adalah Hobi kami.” Usamah menjawab “Bukan sekadar hobi..tetapi demi Jihad Fi sabilillah.” Amir menjawab “Kami memang Manusia Jihad dan anak anak yang lahir bersama desingan peluru, Peperangan adalah ibu yang menyusui kami.” Usamah berkata “Sanggupkah kamu bersamaku memerangi Salib?” Amir menjawab “Berperang dan berdamailah kepada siapapun yang kau kehendaki, berhubunganlah dengan siapapun yang kau kehendaki, ambil seberapa banyak yang kau kehendaki dari harta kami, kami pasti sabar dalam berperang dan berani melangkah kedepan, walau kau ajak kami mengharungi lautan benua untuk memerangi sang Berhala, pasti kan kami harungi bersamamu”. Usamah berkata “Tapi kau akan ditembak oleh seluruh kaum Arab dan Romawi dari busur panah yang sama,” Amir menjawab “Yakinlah bahwa semua itu tiada akan terjadi kecuali jika telah diizinkan oleh yang maha Menjadikan.” Usamah berkata “Tetapi sang berhala akan datang dan mengupah berbagai Kabilah untuk mebnghabisimu,” Amir menjawab “Allah pelindung kami, sedang mereka tiada memiliki pelindung.” Usamah masih belum yakin, dan berkata “Tahukah engkau bahwa sang berhala mempunyai bala tentara dan pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menguasai negerimu.” Amir menjawab “Ya kami tahu, tetapi kami tidak akan berkata seperti perkataan kaum Musa as. Kepada Nabinya ‘Pergilah engkau (wahai Musa) berperang bersama Robbmu, dan kami akan tetap tinggal di sini’, sungguh wahai Usamah kami akan mengawalmu dari kanan dan kiri, depan dan belakangmu, dengan harapan semoga Allah memperlihatkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu, sungguh negeri ini belum pernah di jajah oleh suatu tentara, pasti mereka akan lintang pukang lari- kecuali tentara Qutaibah.” Usamah berkata “Umat manusia akan berlepas diri darimu dan penduduk bumi akan meninggalkanmu sendiri.” Amir menjawab “Cukuplah bagi kami keberadaan Allah, dan jika ia sudi akan menyatukan kami dengan penghuni Firdaus di Langit.” Usamah berkata “Mereka akan memboikotmu dan membiarkanmu kelaparan.” Amir menjawab “Sesungguhnya Allah maha memberi Rezki dan maha mempunyai kekuatan yang besar.” Usamah berkata “Mereka hanya ingin menangkapku.” Amir menjawab “Tenanglah, mereka tidak akan menyentuhmu selagi mata kami belum tertidur.” Usamah berkata “Apakah kalian akan menjagaku sebagaimana kalian menjaga anak dan Isteri?” Amir menjawab “Ya DemiAllah, bahkan mereka akan kami keluarkan dari rumah kami agar kau bisa tinggal di rumah kami, Darah harus dibayar darah, kehancuran pun begitu, Pukullah si berhala dan jangan lupa membaca Basmalah, pukullah..!!! akan kami korbankan anak anak dan ibu ibu kami, pukullah dan berlindunglah di belakang kami, biar leher kami mereka cekik asal lehermu selamat, teruskan pukulanmu semoga Rabbul Jabbar bersama kita.” Tiba-tiba si pemuda berhenti membaca karena mendegar isakan dari Mulla, ia terkejut melihat Mulla telah menutupi mukanya dengan serban dan badannya bergoncang menahan isakan sambil terus menerus bertakbir, seluruh pemuda terdiam tanpa sepatah kata. Mulla mulai membersihkan matanya yang telah di penuhi genangan air, kemudian berkata : “Aku telah banyak membaca buku buku sejarah, tetapi aku belum mendapati suatu kaum yang lebih jujur dari mereka ketika menolong seseorang, kecuali kaum Aus dan Khazraj, para Anshar yang menolong Rasul saw. Lihatlah kubur kubur mereka di lereng lereng pegunungan Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul sebagai bukti bahwa mereka benar benar pemberani. Aku mendengar bahwa tentara Salib sempat menawan salah seorang dari mereka, kemudian ia ditawari agar memberi tahukan keberadaan Usamah yang bersembunyi dengan imbalan ia akan di bebaskan kembali dan di beri uang tetapi ia menjawab ‘Demi Allah kalau Usamah bersembunyi di bawah telapak kakiku, aku tidak akan mengangkatnya untuk menunjukkannya kepadamu’.” Kemudian Mulla kembali terisak, dan kali ini terdengar makin keras.. nampaknya Mulla sudah tidak bisa meneruskan pelajarannya lagi.. ia bangun meninggalkan kumpulan pemuda itu sambil terus menangis… diambil dan disadur oleh: Ustadz Muhammad Lukman as-Sundawy, SH, I dari http://www.arrahmah.com