tag:blogger.com,1999:blog-41676528453465944422024-03-13T21:26:46.188+07:00anshorud da'wah ila kitabi was sunnatiJihad Menegakkan Tauhid, Membela Sunnah, Hancurkan Syirik, Musnahkan Bid’ahanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comBlogger100125tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-59387107842396054732008-07-05T13:55:00.000+07:002008-07-05T13:55:16.521+07:00ANSHAR TAUHID WA SUNNAH: Ust Abu Sulaiman Aman Abdurrahman Telah Bebas<a href="http://anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com/2008/07/ust-abu-sulaiman-aman-abdurrahman-telah.html">ANSHAR TAUHID WA SUNNAH: Ust Abu Sulaiman Aman Abdurrahman Telah Bebas</a>anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-42745317024667614662008-07-05T13:15:00.000+07:002008-07-05T13:17:42.407+07:00Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang yang ke2Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang
Assalamu’alaikum. WR. WB.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah Mujahidin yang berjuang di Palastina serta Afghanistaan, dll mendapatkan Syahid dalam berjuang?, mohon penjelasan antum!. (Al-akh Yunus al-Ghifari, Ciomas, Serang).
Jawab: Barakallohu’ fikk, pertanyaan yang bagus sekali, Segala Puja Bagi Alloh Rabb semesta Alam yang patut kita perjuangkan kalimat-Nya, Sesungguhnya para Mujahidin yang berjuang demi membela kalimat Tauhid adalah Mati Syahid, sebab Beliau Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: ” Pusat Segala Urusan adalah Islam, tiang penyanganya adalah shalat, dan puncaaknya adalah jihad fie sabilillah ”. (HR. Muslim dengan isnad Shahih). Maksud dari hadist itu adalah kita harus berjihad kepada kaum musyrik dan kafir yang telah menghina Islam itu harus kita lawan jangan diam saja ya ikhwah fillah, tapi anehnya ada sebagian pengaku Ahlus Sunnah yang menamakan dirinya sebagai pengikut Salafiyyun tapi anehnya mereka malah memvonis alias tahdzir para Mujahidin, apakah mereka tidak pernah membaca Kitab Fadhlul Jihad wal Mujahidin (Keutamaan Jihad dan Mujahidin) yang ditulis Oleh Syaikh Al-Allamah Imam Al-Faqih Muhadist Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahulloh, Terbitan: Darul Wathan, serta Kitab Ayyatur Rahman Fie Jihadil Afghan, Tulisan: Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Syaikh Dr. Abdullah Azzam Rahimahulloh serta Kitab Al-Jaami’ fii Tholabil ’Ilmisy Syariif, Tulisan: Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz Hafidzhahulloh, ya Akhi!, apakah mereka sang pengaku pemegang bendera salaf malah mencela para Ulama dan Mujahidin seperti Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Dr. Abdullah Azzam Rahimahulloh, Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Osama bin Ladin Hafidzahulloh, Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Abu Muhammad ’Ashim Al-Burqawi Al-Maqdisi Hafidzahulloh, Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Muhadist Mujahid Yusuf Al-’Uyairi Rahimahulloh, Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh serta muridnya Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Ali bin Khudhair al-Khudhair Rahimahulloh, dll yang berjuang membela Kalimatuth Tauhid dengan perkataan jelek seperti Khawarij, Quthubiyyun, Murjiah, Terorisme, dll apakah ini yang dinamakan Manhaj Salaf yang suka memvonis Ulama dan Mujahidin ya akhi!, Apakah antum sang pengaku Salafiyyun Ma’zun tidak faham Fatwa Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh tentang masalah Bom Isytihadiyyah (Bom Bunuh Diri), dan masalah lainnya mengenai Fatwa Keutamaan JIHAD dan MUJAHIDIN ya Ikhwah fiddien!, coba antum bayangkan kalau Negeri Palastina, Afghanistan, dll di duduki oleh kaum kafir dan munafiq apakah kita diam saja!, tidak mau berjuang melawan penjajah!, aneh betul ya akhi mereka yang menamakan dirinya pemegang bendera salafiyah tapi malah menghina para Ulama dan Mujahidin, apakah ini akhlaq dan adab seorang salaf ya ikhwah fillah, Wallahu’ Ta’ala A’lam bish Showab, Semoga saja para Mujahidin dan Ulama yang berjuang di Palastina serta Afghanistan, dll mereka di golongkan orang yang masuk jannah (syurga) Alloh yang mulia. Amien ya Mujibas Sa’ilin. Wassallam.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah yang dimaksud dengan program Bahaya Seruan Sinkretisme Agama, mohon Penjelasan antum!, Syukron!. (Al-akh Yanto, Pasar Kemis, Tangerang).
Jawab: Segala Kebenaran hanya milik Alloh yakni ajaran yang dibawa oleh Rasululloh Muhammad ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam yakni Agama Islam yang mulia, sebab tidak ada satupun yang mulia selain Islam agama yang lurus dan benar, serta agama yang lain adalah bathil yang selamat adalah Islam, maksud dari pertanyaan antum ya akhi adalah artinya Sinkretisme agama sepengetahuan ana adalah Penyatuan Agama, Coba saja antum baca saja buku yang dilkeluarkan oleh Lajnah Ad-Da’imah dengan Judul Tsalatsu Fatawa Muhimmah yang telah di ahli bahasakan dengan judul Buku ” Awas Kristenisasi & Bahaya Seruan Sinkretisme Agama ”, Terbitan: Darul Ilmi, coba saja antum baca dan pelajari buku tersebut insyaAlloh isinya mumtaz tentang masalah Kristenisasi, Wallahu’ Ta’ala A’lam. Wassallam.
Pertanyaan Kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, Bolehkah kita Bekerja serta Belajar di tempat yang bercmpur antara Pria dan Wanita, mohon Penjelasannya?. (Hamba Alloh)
Jawab: Segala Puja hanya milik Alloh Rabb semesta alam, Sesungguhnya Belajar dan Bekerja ditempat yang terjadi Ikhtilat (Campur Baur) antara Pria dan Wanita itu tidak boleh sebab dapat menimbulkan Fitnah yang besar karena Rasululloh Bersabda: ” Aku tidak meninggalkan Sesudahku, Suatu Fitnah yang lebih berbahaya dibanding dengan fitnah bagi pria daripada wanita ” . (Al-Hadist), coba antum baca Buku dari para Kibarul Ulama (Ulama Besar) yang berjudul Bukunya kalau tidak salah Terbitan: At-Tibyan dengan Judul Buku: Fatwa-fatwa Tentang Memandang, Berkhalwat dan Ikhtilat (bercampurnya Pria dan Wanita), coba antum pelajari buku tersebut. Wassallam
Pertanyaan Kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah antum sudah membaca buku tentang Ahlussunnah Membantah Ibnu Taimiyyah juga Buku Mewaspadai ajaran-ajaran sesat diluar ahlussunnah wal jama’ah yang kedua buku tersebut diterbitkan oleh: LPPB2I Syabab Ahlussunnah Wal Jama’ah, mohon penjelasan antum!, Syukron. (Hamba Alloh, Malimping, Banten).
Jawab: Segala kebenaran hanya milik Alloh yang mulia, Sesungguhnya Buku tersebut isinya telah banyak menyimpang dan membodohi ummat Islam yang setahu ana buku itu anehnya ada tulisan Risalah Tahdzir, Naudzubillah min Dzalik ya ikhwah, ana sudah membaca buku tersebut dan isinya sangat bertentangan sekali, yang mana buku itu diterbitkan oleh SYAHAMAH Press, Klender, Jaktim bukan yang antum sebutkan itu ya akhi!, oleh karena itu barangsiapa yang ngaku Ahlussunnah yang mulia seharusnya mereka mendukung dakwah Al-Imam Asy-Syaikh Muhadist Al-Faqih Al-Allamah Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh yang dibilang Wahhabi serta Al-Imam Asy-Syaikh Muhadist Al-Faqih Al-Allamah Ibnu Taimiyah Rahimahulloh, dkk beserta Muridnya yang mulia bukan malah mencela dan menghina Beliau semua, karena beliau tersebut yang mensyi’arkan dakwah tauhid yang haq serta melawan kemungkaran juga kebid’ahan yang merajalela, oleh sebab itu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau yang dikenal sebagai Syaikh Muhammad At-Tamimi atau Wahhabi serta Syaikh Ibnu Taimiyah adalah ulama alim dan sholeh bukan termasuk golongan ulama su’ (jahat), intinya buku-buku yang antum sebutkan tadi tidak patut dibaca oleh umat islam, sebab banyak kebingungan yang membuat umat makin dibodohi, dan tidak boleh seorang muslim memperjual belikan buku tersebut sembarangan karena buku itu sangat mudah sekali dicari dan diperoleh. Wallohu’ Ta’ala a’lam.
Dikumpulkan pertanyaan ini oleh: Al-akh Muhajirin al-Anshori.
Biografi singkat Abu Hanifah alBantani.
1). TK. Flamboyan, Bekasi
2). SD. Bekasi Timur 2 sekarang SD Bekasi Jaya 5
3). MTS. Al-Masthuriyyah, Tipar, Cisaat, Sukabumi, sampai Kelas 2
4). MTS. Muhammadiyah 02, Kota Bekasi
4). MAN 1, Kota Bekasi
5). IAIN SMHB
6). UNTIRTA, Bantenanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-10463810578803955732008-07-03T20:50:00.003+07:002008-07-03T20:56:45.501+07:00Al-Allamah Syaikh Usamah Bin Ladin & Al Qaeda, Inspirasi Kebangkitan Islam?Ahad, 29 Juni 2008, Masjid Al Quds, Pamekasan, Madura. Sebuah acara bertajuk Bedah Buku dan Diskusi digelar oleh Moslem Intellectual Community (MIC) Madura bekerjasama dengan AMC Studi Club Pamekasan. Buku yang dibedah adalah In The Heart of Al Qaeda, karya M Fachry. Hadir dalam acara tersebut selain penulis adalah Ustad Khalid Saifullah dari Ummatul Khilafah, dan Ustad Saifuddin Umar, Pengasuh Forum Kajian Tafaqquh Fiddien, Surabaya. Acara berlangsung semarak, dihadiri peserta dari beberapa daerah seperti Sumenep, Sampang, Malang, Surabaya, dan tentu saja dari Pamekasan sendiri.
Dalam pengantar diskusinya, penulis, M Fachry menyampaikan bahwa buku In The Heart of Al Qaeda yang ditulisnya berlatarbelakang keprihatinannya atas kondisi kaum muslimin saat ini, terutama pemahaman umat yang termakan teori-teori konspirasi dan black campaign atas Syaikh Usamah bin Ladin dan Al Qaeda. Untuk itu perlu informasi berimbang dan tabayyun atas aktivitas dan amal jihad yang telah dilakukan oleh Al Qaeda bersama Syaikh Usama bin Ladin.
Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Ustad Khalid Saifullah dari Ummatul Khilafah. Beliau menyampaikan bahwa secara prinsip tidak ada kritikan serius terhadap buku tersebut. Ustadz Khalid hanya meminta klarifikasi kepada penulis mengenai kepastian peristiwa 11 September yang banyak diragukan oleh kalangan muslim sendiri. Berikutnya Ustad yang juga pengasuh BKPRMI Pamekasan ini juga menanyakan dan mengkritisi pemahaman jihad. Karena menurut beliau jihad saat ini kurang efektif dan akan lebih efektif jika dilakukan oleh negara atau dengan kata lain dilakukan jika khilafah sudah tegak.
Pembicara berikutnya, Ustadz Saifuddin Umar menjelaskan konsep At Thoifah Al Manshuroh (kelompok yang mendapat pertolongan/kemenangan) yang menurut beliau saat ini adalah Al Qaeda. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari At Thoifah Al Mansuroh ada pada Al Qaeda (ada sekitar 27 hadits mutawatir yang menjelaskan sifat dan karakter At Thoifah Al Manshuroh) misalnya, "Dari Ummat", Tegas, Terus Berpegang Kepada Islam, Berperang (Jihad) hingga akhir zaman.
Ustadz Saifuddin Umar juga menjelaskan bahwa huku jihad saat ini adalah fardhu 'ain. Beliau mengibaratkan seorang anak yang mau jatuh tenggelam maka harus segera ditolong dan tidak dibutuhkan lagi syarat apa pun untuk menolong anak tersebut. Begitulah kondisi jihad yang hukumnya telah fardhu 'ain saat ini.
Beliau juga menambahkan tentang kelebihan-kelebihan Al Qaeda seperti memiliki pemimpin-pemimpin yang ikhlas, bekerja dengan ilmu, memanfaatkan teknologi modern terutama media.
Bedah buku dan diskusi diramaikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan ke penulis dan pembicara pembanding. Misalnya seorang penanya menanyakan apakah saat ini Syekh Usamah bin Ladin masih hidup ? dan bagaimana aplikasi dari hukum jihad yang saat ini sudah fardhu 'ain? Penanya tersebut juga menanyakan bagaimana pembuktian akan hancurnya AS ? Salah seorang penanya mengkritisi pendapat Ustadz Khalid yang menyatakan jihad saat ini kurang efektif dan harus dilakukan jika sudah ada khilafah. Bukankah hukum jihad sudah banyak bertebaran di dalam Al Qur'an ? dan akan berlangsung terus hingga hari kiamat sebagaimana hadits Rosululloh SAW.
Diskusi dan Bedah Buku In The Heart of Al Qaeda pun berlangsung seru dan menarik. Seluruh masalah dan keingintahuan peserta terjawab sudah secara tuntas dan memuaskan. Sebagian peserta mengakui dan menyakini bahwa Al Qaeda dan Syekh Usamah bin Ladin bukan hanya sekedar fenomena tetapi merupakan sebuah harapan dan inspirasi bagi umat Islam dan kebangkitannya. Bahkan nasib Amerika saat ini berada di tangan Al Qaeda, setelah Alloh SWT. Wallahu'alam bis showab! diambil oleh: Al-akh Ovry K Adrianto, S, Kom dari situs http://www.almuhajirun.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-37113872247794273302008-07-01T23:05:00.002+07:002008-07-01T23:17:57.468+07:00CRUSADE (PERANG SALIB)CRUSADE
(PERANG SALIB)
PERANG SALIB
Perang Salib atau Crusade yang terjadi pada abad 11 hingga abad ke-13 adalah perperangan untuk menguasai tanah suci Jarusalem. Perang ini melibatkan dua pihak yakni Negara – Negara Eropa Barat Nasrani dan Negara – Negara Timur Tengah Islam. Perang salib dari sudut pandang Barat telah menghasilkan karya-karya yang begitu melimpah dalam waktu lebigh dari satu abad, di sisi lain, sangat sedikit studi yang mencermati respon kaum muslimin terhadap perang salib. Karya ini hadir untuk mengisi ruang tersebut. Dengan analisis yang mendala dan sumber-sumber yang valid karya ini menjelaskandampak perang salib yang terus dirasakan kaum muslim hingga kini, dan merupakan kontribusi pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.
PERANG SALIB dan PENGARUHNYA pada HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN
Latar Belakang dan Faktor-Faktor Penyebab Perang Salib
Warga nasrani di Indonesia khususnya dan dunia umumnya menganggap kaum muslimin dengan tafsiran mereka dalam Kej. 16.12, disini muslimin digambarkan sebagai orang yang kelakuannya seperti kedelai liar dan tangannya melawan setiap orang. Perusakan pembakaran gedung-gedung gereja semakin memperkuat pandangan mereka terhadap orang islam bahwa ayat tersebut adalah kutuka bukanjanji atau berkat.
Sebagian besar pengaruh kebudayaan islam atas eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslim di Spanyol dan sisilia. Berasal dari sekelompok tentara pengintai Islam menyebrang dari Afrika Utara. Ke ujung paling selatan sepanyol. Pada Juli 710, laporan kegiatan mata-mata ini menimbulkan minat baru untuk menyerang.
Pada tahun 711 pasukan penyerang yang berjumlah 700 orang yang dipmpin oleh Thariq dari bani umayyahmenerbu spanyol berhasil mengalahkan Roderick, Raja Visigoth, pada tahun 750 kekaisaran islam diobaeah kendali bani Umayyah jatuh ke tangan Bani Abbassiyah
Pada tahun 1055 tentara turki mulai menyerang ke arah barat, yaitu kekaisaran Byzantium dan Siria, dan pada trahun 1070 tentara turki juga menguasai yarusalem.
Setelah pengaryh Romawi lenyap dari Eropa Barat, pada abad 5 wilayah ini ditimpa kekacauan. Suku suku Germanyang merebut daerah yang dahulu dikuasai Romawi mempunyai kebudayaan yang jauh lebih rendah disbanding kebuadayaan Romawi , kehidupan gereja pun berpengaruh dan mulailah senjata masuk gereja.
Misi penyebaran injil dihubungkan dengan ekspedisi militer, memasuki abad ke 11 gereja mulai melibatkan para bangsawan yang gemar berperang untuk melawan musuh-nusuhnya, gereja mulai mengatur peperangan dan menjamin kedamaian, politik ini disebut gerakan damai Allah,paus mengkobarkan semangat mereka dengan menjanjikan pengampunan dosa , dan paus pun berambisi menggabungkan gereja timur kedalam kekuasaannya ubtuk mengusir muslimin dari Baitul Maqdis.
Pada tahun 1050 dikenallah dengan sebutangerakan perang suci dan disebut perang salib karma kam kuffar menggunakan lambing salib dari kain merah pada bahu dan dada mereka
PENGARUH PERANG SALIB PADA HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM Di INDONESIA
Ketika Agama Kristen masuk ke Nusantara tepatnya pada abad 16 sudah banyak penduduk yang emeluk Agama Islam. Sejak awal kedatangan kedua Agama ini (Islam- Kristen), sudah diwarnai oleh yang kurang baik.
Sebenarnya sikap Pemirintah Hindia Belada terhadap agama Kristen bermuka dua. Pada satu pihak Pemerintah sering kali mempersulit atau melarang pengkabaran injil namun dibalik itu pengkabaran injilini pun disongkongnya, pemerintahan colonial erat sekali dengan kegiatan penginjilan. Pelaksanaan dakwah Islam banyak mendapatkan kendala. Cara kaum kuffar adalah mendtang dari satu rumah ke rumah dan banyak membangun gereja dikawasan Muslim.pekabar injil datang ke Indonesia dalam jumlah besar pada awal pemerintahanorde baru. Pemerintah menganjurkan para simpatisan PKI memilih Agama yang sah dan di akui, sebagian besar mereka memilih Kristen sebagai Agama mereka. Bantuan dari luar negri yang bukan saja berbentuktenaga namun juga berbentuk dana berasal dari kalangan injili dan fundamentalis. Dengan dana yang besar tu mereka membangun anyak gereja di tempat yang strategis.mereka juga melakukan penginjilan dengan cara kegiatan social kepada masyarakat miskin. Dengan tujuan agar warga iskin tersebut mau berpindah Agama. Konflik keagamaan timbul akibat kegiatan misi yang dilakukan tanpa mempertimbangkan perasaaan Umat Islam.
Walaupun Indonesia sudah merdeka lebih dari setengah abad, namun Indonesia belum bisa lepas dari pengaruh Negara Negara kuffar, sehingga sampai detik ini kita lihat penegakan syari’at Islam pun belum dapat terwujudkan di Indonesia. Dan mereka tidak akan membairkan syari’at Islam tegak di Indonesia, dengan usaha-usaha berlebelkan kerjasama, mereka memasang taktik politik yang luar biasa liciknya di samping usaha-usaha penginjilan lainnya…LA’NATULLOH ‘ALAIHIM….
Nas alullah an yaj’alana minas shalihien wa muwwahidien, wa akhiru da’wana ‘anilhamdulillahi rabbil ‘alamien….
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla illaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuhanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-624229233572048082008-06-25T21:33:00.003+07:002008-06-25T21:52:55.016+07:00Fatwa mengenai Salafiyyun Ma'zunTulisan ini dikumpulkan oleh: Al-Ustadz Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih Abu Ramadhan
" Wajib Mengikuti Salaf "; Bukan Membentuk Golongan yang Dinamakan “As-Salafiyyun”
Oleh: Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahulloh
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku.”
Hadits ini memberi arti bahwa apabila muncul banyak golongan di tengah-tengah umat, maka jangan berafiliasi kepada satu golongan pun. Dulu muncul sekte-sekte, seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Syi’ah, bahkan Rafidhah. Lalu, akhir-akhir ini muncul Ikhwaniyyun, Salafiyyun, Tablighiyyun, dan kelompok lain yang semisal.
Letakkanlah semua kelompok ini di samping kiri dan teruslah melihat ke depan, yaitu jalan yang ditunjukkan oleh Nabi saw, “Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin.”
Tidak diragukan, wajib atas semua kaum Muslimin untuk mengambil paham salaf; bukan berafiliasi pada golongan tertentu yang disebut “As-Salafiyyun”. Yang wajib adalah hendaknya umat Islam mengambil paham salafus shalih; bukan membentuk golongan yang dinamakan “As-Salafiyyun”. Berhati-hatilah terhadap perpecahan! Ada jalan salaf; ada pula golongan yang disebut “As-Salafiyyun”. Apa yang wajib? Mengikuti salaf!
Mengapa? Karena ikhwah As-Salafiyyun adalah kelompok paling dekat dengan kebenaran. Tidak diragukan. Akan tetapi, permasalahan mereka seperti kelompok lainnya. Sebagian individu kelompok ini saling menyesat-nyesatkan, membid’ahkan, dan memfasikkan. Kami tidak mengingkari hal ini apabila benar mereka layak untuk itu. Akan tetapi, kami mengingkari terapi bid’ah-bid’ah tersebut dengan cara ini. Yang wajib adalah pemimpin-pemimpin kelompok ini berkumpul. Hendaknya mereka mengatakan, “Di antara kita ada Kitabullah ‘Azza wa Jalla dan Sunnah Rasul-Nya. Marilah kita berhukum pada keduanya; bukan pada hawa nafsu, pendapat-pendapat, dan tidak pula kepada Fulan dan Fulan.” Setiap orang bisa salah dan bisa benar meski seberapa banyak ilmu dan ibadahnya. Akan tetapi, jaminan kema’shuman hanya pada agama Islam.
Nabi saw memberikan petunjuk dalam hadits ini untuk menempuh jalan yang menyelamatkan manusia; bukan berafiliasi kepada kelompok apa pun, kecuali kepada jalan salafus shalih, yaitu sunnah Nabi saw dan para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=33
" Peringatan Syaikh Muhadist Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahulloh dari Sikap Ta’ashub Terhadap Figur dan Dampak dari Perpecahan "
Saya sangat menyayangkan ketika datang kepadaku salah seorang ikhwan Salafi dari sana. Dia mengunjungiku di sini (Yordania) dan ikut bergabung dengan sebagian saudara-saudara kita yang bermajelis. Ikhwan itu berasal dari jamaah Salafiyah di Hijaz. Barangkali kebanyakan jamaah dari Hijaz terbagi menjadi dua kelompok seperti yang saya sebutkan di sana, yaitu di Abu Dhabi. Jamaah yang bersama kami tidak menyibukkan diri dengan urusan politik. Namun,ironisnya mereka menyerang Salman dan Safar dengan sengit sekali serta berprasangka buruk kepada kedua orang ini. Saya telah berdiskusi dengan mereka—orang-orang yang berprasangka buruk tersebut—dan saya ingkari mereka dengan keras bahwa sikap ini tidak boleh. Kita wajib mencari kemungkinan lain apabila kita dapati dari mereka sebagian pendapat yang menyelisihi perkara yang telah kita ketahui sebagai jamaah—misalnya. Dakwah salafiyyah tidak mengenal ta’ashub terhadap figure atau pendapat tertentu. Akan tetapi, dakwah salafiyyah senantiasa mengikuti hujjah, bukti, dan dalil. Inilah sikapku hingga saat ini. Sebelum saya sendiri berhubungan dengan dua orang yang disebutkan tadi (Syaikh DR.Salman bin Fadh Al-Audah dan Syaikh Safar al-Hawali), mereka bersama kita dalam berdakwah. Akan tetapi, terkadang mereka memiliki pandangan lain dalam beberapa aspek yang tidak diikuti oleh ikhwan lainnya. Terkadang pula mereka memiliki sebagian ijtihad pada sebagian masalah furu’ yang menjadi objek pandangan mereka. Kebenaran terkadang ada pada mereka dan terkadang juga ada pada selain mereka. Maka dari itu, tidak selayaknya apabila perbedaan dalam sebagian masalah furu’ini menjadi sebab perpecahan. Kita semua mengetahui bahwa para sahabat Nabi saw yang disebutkan oleh Al-Qur’an Al-Karim sebagai sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia pun juga pernah berbeda pendapat dalam sebagian masalah. Apabila kasus itu terjadi pada hari ini, pasti akan terpecahlah barisan disebutkan oleh sikap ta’ashub serta tidak mau kembali kepada ushul (prinsip). Inilah pendapatku mengenai masalah ini.
Sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=25
" Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Hafidzahulloh
Mengenai Kesesatan Syaikh Sayyid Quthub dan Syaikh Hasan Al-Banna "
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya, “Sebagian pemuda membid’ahkan Syaikh Sayyid Quthub dan melarang untuk membaca kitab-kitabnya. Mereka juga mengucapkan perkataan yang sama terhadap Hasan Al-Banna dan menuduh sebagian ulama sebagai Khawarij. Alasan ucapan mereka ini adalah untuk menjelaskan kesalahan kepada umat manusia. Padahal hingga sekarang, mereka ini baru menuntut ilmu. Saya mengharap jawaban dari Anda agar lenyap keraguan pada kami dan orang-orang selain kami agar perkara ini tidak menjadi kebiasaan umum!”
Beliau menjawab: “Segala puji hanyalah milik Allah semata. Wa ba’du. Tidak boleh membid’ahkan dan memfasikkan kaum Muslimin berdasarkan sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Hai musuh Allah’ padahal kenyataannya tidak demikian, maka ucapan itu akan kembali kepadanya.” “Siapa yang mengkafirkan seorang muslim, maka tuduhan itu akan menimpa salah satu di antara keduanya.” “Ada seseorang yang melewati orang lain yang berbuat dosa. Lalu dia mengatakan, ‘Demi Allah! Allah tidak akan mengampunimu. Allah berfirman, ‘Siapa orangnya yang bersumpah bahwa Aku tidak mengampuni Fulan? Sesungguhnya Aku mengampuninya dan Aku hapus amal perbuatanmu.’.”
Saya katakan bahwa sesungguhnya Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna termasuk ulama kaum Muslimin dan termasuk juga pembela dakwah. Dengan perantara keduanya, Allah telah menolong dan memberikan hidayah banyak orang dengan dakwah keduanya. Tidak dapat diingkari, mereka memiliki usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itulah Syaikh Abdul Aziz bin Bazz memintakan grasi untuk Sayyid Quthub ketika ditetapkan hukuman mati atasnya. Akan tetapi, permintaan grasi itu tidak dikabulkan oleh Presiden Jamal Abdun Nashir—semoga Allah memberian apa yang berhak diterima. Ketika keduanya terbunuh, masing-masing dari keduanya dinyatakan sebagai syahid karena dibunuh secara zhalim. Orang-orangpun bersaksi atas kejadian itu. Tanpa dapat dipungkiri, berita kejadian itu disebarkan dalam berbagai tulisan dan buku. Para ulama pun kemudian menyambut kitab-kitab keduanya. Allah telah memberikan manfaat melalui kedua tokoh itu. Sejak lebih dari dua puluh tahun, tidak seorang pun menuduh negatif terhadap keduanya. Banyak para ulama salaf juga mengalami kejadian seperti yang menimpa Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna. Di antara mereka adalah An-Nawawi, As-Suyuthi, Ibnul Jauzi, Ibnu Athiyyah, Al-Khithabi, Al-Qisthalani, dan masih banyak yang lainnya.
Saya telah membaca buku yang ditulis oleh Syaikh Rabi’ Al-Madkhali dalam membantah Sayyid Quthub. Saya lihat, dia (Syaikh Rabi’) membuat judul-judul yang sebenarnya tidak ada pada Sayyid Quthub. Lalu, Syaikh Bakar Abu Zaid hafizhuhullah membantah buku tersebut. Demikian juga, Syaikh Rabi’ menyerang Syaikh Abdurrahman (Abdul Khalik) dan menuduh perkataannya banyak kesalahan yang menyesatkan, padahal tanpa dapat diingkari keduanya cukup lama bersahabat.
Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” & diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=109
“ Nasihat Wajibnya Husnuzhan Kepada Para Da’I dan Ulama “
(Fatwa Al-Allamah asy-Syaikh Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz Rahimahulloh)
Wajib bagi para penuntut ilmu dan ahli ilmu untuk senantiasa berhusnuzhan kepada saudara-saudaranya; para ulama. Wajib pula atas mereka untuk berbicara dengan baik dan menghindari perkataan yang buruk. Para dai yang menyeru kepada Allah memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga, para ulama memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Wajib membantu tugas mereka dengan kata-kata yang baik, cara yang baik, dan prasangka yang baik lagi bersih; tidak dengan bengis dan kaasar serta mencari-cari kesalahan dan menyebarluaskannya agar orang-orang menjauhi si Fulan dan si Fulan. Seorang penuntut ilmu dan seorang penanya wajib meniatkan hatinya untuk kebaikan dan meniatkan untuk mencari manfaat serta bertanya mengenai sesuatu yang memang penting baginya. Apabila dia menjumpai kesalahan atau kesamaran, maka hendaknya dia bertanya dengan ramah, bijak, dan niat yang baik hingga lenyap kesamaran tersebut.
Setiap orang bisa salah bisa benar. Tidak ada manusia yang ma’shum selain para rasul ‘alaihimush shalatu wassalam. Saudara-saudara kita, para dai di negeri ini—kerajaan Saudi Arabia; mereka memiliki hak pada masyarakat agar dibantu dalam kebaikan dan agar pula selalu disikapi dengan husnuzhan. Apabila ada dai yang salah, maka harus dijelaskan kesalahannya dengan cara yang baik dan saling memahami dengan niat memberikan manfaat; bukan dengan niat mencemarkankan nama baik dan menyebarkan aibnya.
Ada sebagian orang yang menulis bulletin maupun article tentang sebagian dai. Artikel tersebut sangat buruk. Tidak pantas seorang penuntut ilmu menulisnya. Sebab, dai tersebut salah dalam ucapannya atau diduga salah dalam ucapannya. Tidak pantas menggunakan cara tulisan buruk itu. Seorang penuntut ilmu yang menginginkan kebaikan hendaknya menanyakan sesuatu yang samar baginya itu degan cara yang baik.
Para da’I tidak ma’shum; baik itu para pengajar maupun penceramah; baik saat ceramah maupun saat seminar. Di antara contoh kejadian tersebut pada hari ini atau pada hari kemarin adalah apa yang dilakukan terhadap sebagian dai, seperti Muhammad Aman Al-Jami, Syaikh Salman Al-Audah, Syaikh Safar Al-Hawali, Syaikh Falih bin Nafi’ Al-Harbi, Syaikh Rabi’ bin Hadi, dan dai-dai lainnya yang dikenal memiliki akidah dan biografi yang baik serta dikenal pula termasuk Ahlussunnah wal Jamaah.
Maka tidak sepantasnya menyakiti salah satu mereka. Apabila seorang penuntut ilmu menyangka bahwa salah seorang mereka salah atau memperlihatkan kesalahan, maka tidak sepantasnya dia mencemarkan kehormatan dai tersebut dengan kesalahan itu atau dia su’uzhan kepadanya. Akan tetapi, hendaknya dia mendo’akan dai tersebut agar mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah. Hendaknya pula dia menanyakan sesuatu yang tidak jelas baginya hingga lenyap ketidakjelasan dengan dalil yang tidak bias dipercaya, yaitu firman Allah dan sabda Rasul.
Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=2 Aslinya merupakan rekaman yang diambil dari situs: http://audio.islamweb.net/islamweb/index.cfm?fuseaction=ReadContent&Audio
" Fatwa Syaikh kami yang mulia Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Hafidzahulloh: Salaf adalah Hizbullah Yang Beruntung, Adapun Penamaan Dengan As-Salafi Atau Al-Atsari Tidak Ada Asal Usulnya "
Seseorang bertanya, “Wahai Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, kami mendengar sebagian orang mengatakan, ‘Tidak boleh intisab “menyandarkan diri” pada salaf dan Salafiyyah dianggap sebagai salah satu hizb ‘golongan’ yang hidup pada masa tertentu.’ Apa pendapat Anda mengenai pernyataan ini?”
Sayikh Shalih AL-Fauzan menjawab, “Iya! Salaf adalah hizbullah ‘golongan Allah’. Salaf adalah golongan, akan tetapi ia adalah hizbullah. Allah berfirman:
“Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung”. (Al-Mujadillah [58]: 22)
Barangsiapa menyelisihi salaf, maka mereka adalah golongan-golongan sesat lagi meyimpang. Golongan itu sendiri bermacam-macam. Ada golongan Allah (hizbullah) dan ada golongan setan (hizbusy syaithan) sebagaimana tercantum di akhir surat Al-Mujadilah. Ada hizbullah dan ada hizbusy syaithan. Golongan pun beragam. Barangsiapa berada di atas manhaj Al-Kitab dan As-Sunnah, maka dia adalah hizbullah. Sebaliknya, barangsiapa berada di atas manhaj sesat, maka dia adalah hizbusy syaithan. Engkau tinggal memilih; mau menjadi hizbullah atau menjadi hizbusy syaithan! Pilih sendiri!”
Kemudian Syaikh Hafizhuhullah ditanya, “Wahai Syaikh—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, sebagian orang mengembel-embeli di belakang namanya dengan As-Salafi atau Al-Atsari. Apakah ini termasuk bentuk penyucian terhadap diri sendiri? Atau apakah memang sesuai dengan syariat?”
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhuhullah menjawab, “Yang wajib adalah seseorang mengikuti kebenaran. Yang wajib adalah seseorrang mengkaji dan mencari kebenaran serta mengamalkannya. Adapun dia menamai dirinya dengan As-Salafi atau Al-Atsari dan yang semisal, maka tidak ada alasan untuk dapat mengklaim dengan nama ini.
Allah Yang Maha Mengetahui berfirman:
“Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hujurat [49]: 16)
Menamakan diri dengan As-Salafi, Al-Atsari, dan yang semisal adalah tidak ada asal-usulnya. Kita melihat pada substansi nyata; bukan perkataan, penamaan diri, maupun pengakuan.
Terkadang, seseorang mengatakan kepada orang lain, ‘Ia salafi’, padahal orang tersebut bukan salafi (pengikut manhaj salaf). Atau juga mengatakan, ‘Ia atsari’, padahal orang yang ditunjuk bukan atsari (pengikut atsar salaf). Sebaliknya, seseorang adalah salafi (pengikut manhaj salaf) dan atsari (pengikut atsar salaf), namun tidak mengatakan, “Aku ini atsari, Aku ini salafi.’ Hendaknya kita melihat pada substansi nyata; bukan pada penamaan maupun klaim pengakuan.
Seorang muslim harus komitment dengan adab terhadap Allah swt. Tatkala orang-orang Arab Badui mengatakan, ‘Kami telah beriman!’ Allah mengingkari mereka. Allah berfirman:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman’, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’.” (Al-Hujurat [49]: 14)
Allah mengingkari orang-orang Arab Badui yang menyifati diri mereka sebagai orang beriman. Padahal, mereka belum sampai pada tingkatan beriman. Mereka baru saja masuk Islam; itu pun masih diliputi keraguan.
Orang-orang Arab Badui itu datang dari pedusunan. Mereka menganggap diri mereka sudah lama menjadi orang beriman. Padahal tidak! Mereka baru saja masuk Islam. Apabila mereka melanjutkan keislaman mereka dan mau belajar, maka keimanan pun akan masuk ke dalam hati mereka sedikit demi sedikit. Allah berfirman:
“Padahal iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.” (Al-Hujurat [49]: 14)
Kata lamma “belum” menunjukkan sesuatu yang masih menjadi harapan. Maksudnya, iman baru akan masuk tapi engkau sudah menganggap beriman dari pertama kali sebagai bentuk penyucian terhadap diri sendiri. Maka, tidak perlu engkau mengatakan, ‘Aku salafi! Aku atsari! Aku begini dan begini!’ Hendaklah engkau mencari kebenaran dan mengamalkannya. Perbaiki niatmu! Allah-lah Yang Maha Mengetahui substansi nyatanya.”
Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=89
dikumpulkan Dari buku: Beda Salaf dengan Salafi, Terbitan: ISLAMIKA, atau Kitab aslinya Kasyfu Al-Haqaiq Al-Khafiyyah ‘Inda Mudda’I As-Salafiyyah karya Al-Allamah Asy-Syaikh Mut’ab bin Suryan Al-‘Ashimi Hafidzahulloh.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-4130432200380156062008-06-25T20:14:00.002+07:002008-06-25T20:21:56.876+07:00Pertanyaan-pertanyaan pentingPertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang
Assalamu’alaikum. WR. WB.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, Bolehkah kita menisbatkan diri memakai gelar As-Salafy atau Al-Atsary begitu pula dengan Salafiyyun?, Mohon penjelasannya serta bolehkah kita mengikuti Manhaj Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari yang mengusung manhaj Murji’ah kontemporer!, Al-akh Abu Taufik (Kp.Rancamaneuh, Tigaraksa)
Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, pertanyaan bagus sekali Sesungguhnya ya Ikhwah fillah kita tidak boleh menisbatkan diri kepada As-Salafy atau Al-Atsary cukup dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah saja sebab Syaikh Al-Allamah DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan Hafidzhahulloh mengatakan bahwa Salaf adalah Hijbulloh sedangkan menamakan dirinya dengan As-Salafy atau Al-Atsary serta Salafiyyun tidak ada asal usulnya serta termasuk bid’ah sepengetahuan ana, wallohu’ ta’ala a’lam untuk lebih jelas antum baca saja buku yang alhamdulillah bagus walaupun buku ini dicela alias di tahdzir sama tokoh taqdis dan muqodas serta muqaliddun dikalangan kaum salafiyyun ma’zun karena buku ini dilengkapi fatwa ha’iah kibarul ulama yang alhamdulillah dengan ijin Alloh Rabbul ’Izzati telah diterjemahkan kedalam buku bahasa Indonesia dengan judul Beda Salaf dengan Salafi Harusnya sama Kenapa Beda!, Karya: Syaikh Al-Allamah Mut’ab bin Suryan Al-’Ashimi Hafidzahulloh, Terbitan: Islamika, untuk masalah siapakah Ali Hasan al-Halabi serta Khalid al-Ambari silakan antum baca saja buku tentang judul bukunya adalah Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, Terbitan: Pustaka MIM dan masalah Kitab yang setahu ana karangan Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari sarat dengan Faham Murjiah yang mana seharusnya para Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan masalah iman adalah pembenaran dihati, diucapkan dilisan dan diamalkan dengan anggota badan itulah yang benar bukan yang didengungkan oleh sang salafiyyun ma’zun yang mana mereka juga bukan mendukung jihad para ulama dan mujahidin tetapi mencela ulama dan mujahidin yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka, innalillahi wa innalillahi rojiun, apakah ini yang dinamakan dengan manhaj salaf ya ikhwah!, silakan antum rujuklah buku Karya: Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dengan judul: Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terbitan:Pustaka. Atstsuguur, halaman: 37-38 catetan kaki yang ke.4-5, silakan antum baca kedua buku tersebut yakni buku Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, serta buku Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Barakallohu’ fiik. Wassallam.
Assalamu’alaikum. WR. WB
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, buku apa yang perlu dibaca untuk masalah Dakwah dan Jihad, mohon penjelasan, serta Majalah apa yang bagus dibaca untuk umat Islam mengenai Dakwah dan Jihad sebab ana pernah baca Majalah As-Sunnah yang Mottonya kalau tidak salah upaya menghidupkan sunnah tapi malah memadamkan cahaya sunnah, mohon penjelan antum, Syukron!. (Abu Yusuf, Balaraja).
Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, setahu ana buku serta kitab yang patut antum baca adalah karya ulama dakwah tauhid seperti karya: Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh, Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah Rahimahulloh beserta muridnya Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh, serta bacalah buku karya Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh serta muridnya Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Ali bin Khudhair al-Khudhair Rahimahulloh, serta bacalah pula buku karya Masyayikh yang berada di Ha’iah Kibarul Ulama serta Al-Lajnah Ad-Da’imah beserta buku dari Tandzim Anshorus Sunnah Muhammadiyah, Mesir, juga antum bacapula buku tentang nasihat At-Taujihat Al-Manhajiyyah 3 Idha’at ala Thariqil Jihad (Terj. dari Buku Dari Usamah Kepada para Aktifis), Terbitan: Kafayeh, Buku Ayaturrahman Fii Jihadil Afghan, Karya: Syaikh Al-Allamah Mujahid DR. Abdullah Azzam Rahimahulloh, Terbitan: Kafayeh, juga antum bacapula Buku Karangan Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Al-Faqih Mujahid Abu Muhammad ’Ashim Al-Burqawi Al-Maqdisi Hafidzahulloh dengan Judul Mereka Mujahid tapi Salah langkah, Terbitan: Jazera, juga 2 buku yang sangat bagus sekali yakni tentang Buku Muslimah Berjihad Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Yusuf Al-’Uyairi Rahimahulloh, Terbitan: Islamika, juga Buku Melawan Penguasa Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Abdul Mun’im Halimah, Terbitan: Jazera, silakan saja atum baca buku tersebut insyaAlloh banyak faedah ilmu, untuk masalah Majalah silakan yang patut antum baca lebih baik baca saja Majalah An-Najah serta Majalah Ummatie dan Majalah Gerimis, insyaAlloh tidak kalah isinya dan mutunya dari majalah pengekor thoghut sang Salafiyyun Ma’zun yakni Majalah aneh bin ajaib pengekor Murji’ah Kontemporer seperti Majalah As-Sunnah, Majalah Asy-Syari’ah, Majalah FATAWA, Majalah Al-Furqon, Majalah Adz-Dzakhiirah, Majalah Salafy, dll, Barakallohu’ Fikk. Wassallam.
Dikumpulkan oleh pertanyaan ini oleh: Al-akh Muhajirin al-Anshori.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-10028744080994214392008-06-23T17:03:00.000+07:002008-06-23T17:04:00.208+07:00Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak" Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak "
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Menjelang tahun ajaran baru, banyak orang tua yang sejak awal mencari-cari tahu, mana sekolah yang baik untuk anak-anaknya. Ada yang bertanya-tanya kepada sanak saudara, handai taulan, dan kenalan. Ada yang membuka-buka halaman iklan di majalah, koran, dan sebagainya. Ada juga yang bertanya kepada dukun, walau sudah diberitahu oleh para da’i bahwa bertanya ke dukun itu haram, bahkan shalatnya tak diterima selama 40 hari. Lebih dari itu, kalau datang ke dukun, lalu menanyakan sesuatu, kemudian mempercayainya maka ia telah tidak mempercayai wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Ilklan-iklan tentang sekolah atau tempat pendidikan pun bermunculan di mana-mana. Ada yang lewat media cetak formal, media elektronik, dan ada yang lewat slebaran. Bahkan spanduk, pamflet dan brosur-brosur disodorkan kepada masyarakat secara beramai-ramai di sana-sini. Semuanya menjanjikan ini dan itu, serba bagus, serba baik, serba tidak sesat, walau mungkin sekali justru punya misi penyesatan, dan menjerumuskan ke neraka.
Para orang tua masa kini tampaknya ditarik dari arah sana-sini untuk menyerahkan anak-anaknya ke sekolah yang diiklankan di mana-mana. Dari yang paling kecil untuk masuk TK (Taman Kanak-kanak) Nol Kecil, Nol Besar, SD/ Madrasah, SMP/ Tsanawiyah, SMU/ Aliyah, D2,D3, S1, S2, sampai yang paling tua ke S3; semuanya diiming-imingi kemudahan, fasilitas, dan jaminan mutu plus tidak sesat. Kata-kata “tidak sesat” memang tidak ditulis, tidak diucapkan, tetapi yang jelas semuanya tidak ada yang mengakui kesesatannya. Padahal, betapa banyak orang tua yang sudah capai-capai menyekolahkan anaknya, misalnya ke Ma’had Al-Zaitun di Indramayu Jawa Barat, ternyata harus menyesal dan mencabut kembali anaknya, karena adanya perubahan sikap anaknya yang ogah shalat berjama’ah, melawan ajaran Islam yang dulunya diajarkan orang tua sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan semacamnya. Karena memang Ma’had Al-Zaitun itu jelas didirikan oleh kelompok NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX) yang fahamnya menyimpang lagi sesat. (Lihat buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan 18, tahun 2008).
Penyesatan dan Pemurtadan
Ada orang tua seperti Ade Armando –yang corak pemikirannya model JIL (Jaringan Islam Liberal) dan suka menulis di koran Republika—(waktu lalu, kini di Majalah Madania?) yang menjadi bangga tapi kebanggaan yang tidak pada tempatnya, setelah menyekolahkan anaknya kemudian anaknya menawar kepada bapaknya untuk pilih masuk Kristen saja. Ketika ayahnya menanyakannya, anak itu menjawab, di sekolahnya SD Paramadina ( Yayasan yang di antara tokohnya Dr Nurcholish Madjid, Dr Komaruddin Hidayat dan lainnya waktu lalu) di Pinggiran Jakarta (Parung Bogor) menampilkan sinterklas (salah satu simbol di Kristen) yang lucu. Sedang di Islam, mboseni (membosankan), alasannya, karena bedugnya berisik, dalam penampilan di sekolah itu. Salah satu orang tua yang bangga dengan anaknya yang ingin murtad itu adalah Ade Armando dan perasaannya itu dia tulis di koran Republika, bahkan mengharapkan agar sekolah model (pemurtadan) itu dijadikan percontohan.
Di samping iklan-iklan serta tulisan dan ocehan yang model-model membanggakan pemurtadan semacam itu, orang tua masih secara gencar dijerumuskan oleh penulis-penulis yang tidak bertanggung jawab dari segi keimanan Ummat Islam. Mereka gencar menyuarakan pemurtadan dengan cara-cara licik, di antaranya ditulis di kolom-kolom surat kabar kristenisasi, misalnya surat kabar Kompas.
Contoh nyata adalah tulisan Ulil Abshar Abdalla tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal) dari Lakspedam NU di Kompas Senin 18 Nopember 2002 bulan Ramadhan 1423H yang berjudul Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam. Di antaranya Ulil Abshar Abdalla menulis: “Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non Islam, sudah tidak relevan lagi.” “Agama adalah urusan pribadi; sementara pengaturan kehidupan publik adalah sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui prosedur demokrasi.” “Menurut saya, tidak ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dan sebagainya.” “Menurut saya, Rasul Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah).” (lihat Kompas Senin 18 Nopember 2002).
Terhadap tulisan Ulil itu ada reaksi keras dari Ummat Islam. Di antaranya di Bandung ada pernyataan yang disampaikan kepada pers, (2/12/ 2002) dari “Ulama dan Ummat Islam Jabar, Jateng dan Jatim”. Tulisan Ulil itu menurut pernyataan tersebut dinilai telah menghina Alloh, Islam, dan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Sesuai syari’at Islam, oknum yang menghina dan memutarbalikan diancam dengan hukuman mati. Penjelasan kepada pers di Bandung itu dihadiri Ketua Umum FUUI (Forum Ulama Ummat Islam) KH Athian Ali M Da’i, Ketua PPP Reformasi Jabar H Rizal Fadhillah SH, pengamat politik Herman Ibrahim dan sejumlah pimpinan Ponpes, menurut berita ‘detikcom’ yang ditulis M Munab Islah Ahyani dengan judul Ulil Abshar dinilai Hina Islam.
Kenyataan di masyarakat, sampai-sampai, mertua Ulil Abshar Abdalla sendiri, A. Mustofa Bisri tokoh NU menulis di Kompas, Rabu 04 Desember 2002 dengan judul: Menyegarkan Kembali Sikap Islam, Beberapa Kesalahan Ulil Abshar Abdalla. Tulisan sang mertua yang kiai ini diakhiri dengan ungkapan: “…saya tidak melihat tulisan Ulil kali ini dimaksudkan untuk mengutarakan pikiran, bahkan wacana sekalipun. Saya yakin kalau membaca lagi tulisannya, dia akan menyesal, minimal agak menyesal, atau saya mengharapkan begitu.”
Sehari sebelum artikelnya dimuat, Ulil Abshar Abdalla sempat mengemukakannya dalam Dialog Ramadhan di Masjid Kampus UGM (Universitas Gajah Mada) Jogjakarta. Saat itu sempat saya bantah, dan bahkan Ismail Yusanto juga membantahnya, sampai-sampai agar Ulil bertobat sebelum mati nggluntung, kata Isma’il. Saya (Hartono Ahmad Jaiz) katakan, “Menurut Al-Qur’an, apabila ada sesuatu yang diperselisihkan (hal yang tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) pun kita disuruh untuk kembali kepada Alloh dan Rasul-Nya. Suruhan ‘agar dikembalikan kepada Alloh dan Rasul-Nya’ itu ternyata orang Yahudi pun menyetujuinya, dalam Piagam Madinah, ayat 23. Apakah Anda yang Muslim malah tidak mau? Dan kenapa justru yang telah Alloh tetapkan lewat Al-Qur’an seperti hukum-hukum pernikahan, qishosh, hudud dan lainnya malah Anda mau kembalikan kepada kondisi dan situasi? Itu namanya terbalik,” kata saya.
Mengenai penulis-penulis yang menyesatkan, sering sekali penulis-penulis yang mengaku Islam, bahkan mengajar di perguruan tinggi Islam menjajakan tulisan yang berisi pemurtadan. Mislanya menggencarkan pemahaman pluralisme agama, menganggap semua agama sama, sejajar, paralel, masuk surga semua, hanya beda teknis. Lalu mereka membujuk para penyelenggara pendidikan, agar pendidikan agama di sekolah diubah menjadi teologi pluralitas, yang dalam bahasa gampangnya adalah pemurtadan atau kemusyrikan model baru. Dengan nyinyirnya mereka menjerumuskan para penyelenggara pendidikan dan para orang tua untuk mengikhlaskan anak-anaknya supaya ke neraka.
Lain lagi golongan-golongan yang sesat lagi menyesatkan. Mereka pandai membuat istilah-istilah, slogan-slogan, bahkan nama-nama yang menarik dan bisa membungkus kesesatannya. Ahmadiyah misalnya, menamakan markasnya dengan “Al-Mubarok” yang artinya “yang diberkahi” di Parung, pinggir Jakarta-Bogor. Itulah Ahmadiyah Qadyan yang disebut JAI (jemaat Ahmadiyah Indonesia. Kemudian Ahmadiyah lainnya membuat nama sekolahnya dengan nama PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) di antaranya besar juga sekolahannya di Jogjakarta. Itulah Ahmadiyah Lahore atau GAI (Gerakan Ahmadiyah Indonesia). Dua-duanya, Ahmadiyah Qadyan (JAI) dan Ahmadiyah Lahore (GAI) adalah murtad semua alias kafir. Itu telah difatwakan oleh Mujamma’ Al-Fiqih Al-Islami OKI (Organisasi Konferensi Islam), Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam), dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Ahmadiyah Qadyan dan Ahmadiyah Lahore sama-sama murtad
Keputusan Muktamar II Mujamma’ al-Fiqh al-Islami (Akademi Fiqih Islam) di Jeddah, Desember 1985 M tentang Aliran Qadiyaniyah, antara lain menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qath’i dan disepakati oleh seluruh ulama Islam bahwa Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.Teks Keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
إِنَّ مَاادَّعَاهُ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَد مِنَ النُّبُوَّةِ وّالرِّسَالَةِ وَنُزُوْلِ الْوَحْيِ عَلَيْهِ إِنْكَارٌ صَرِيْحٌ لِمَا ثَبَتَ مِنَ الدِّيْنِ بِالضَّرُوْرَةِ ثُبُوْتًا قَطْعِيًّا يَقِيْنِيًّا مِنْ خَتْمِ الرِّسَالَةِ وَالنُّبُوَّةِ بِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّهُ لاَيَنْزِلُ وَحْيٌ عَلَى أَحَدٍ بَعْدَهُ، وَهذِهِ الدَّعْوَى مِنْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ تَجْعَلُهُ وَسَائِرَ مَنْ يُوَافِقُوْنَهُ عَلَيْهَا مُرْتَدِّيْنَ خَارِجِيْنَ عَنِ اْلإِسْلاَمِ، وَأَمَّا الَّلاهُوْرِيَّةُ فَإِنَّهُمْ كَالْقَادِيَانِيَّةِ فِي الْحُكْمِ عَلَيْهِمْ بِالرِّدَّةِ، بِالرَّغْمِ مِنْ وَصْفِهِمْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ بِأَنَّهُ ظِلٌّ وِبُرُوْزٌ لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ.
“Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya secara qath’i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorangpun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pegikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad SAW”. (Keputusan Mujamma’ al-Fiqh al-Islami –Akademi Fiqih Islam– Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H / 22-28 Desember 1985 M).
Permainan nama ataupun slogan
Kembali ke masalah nama-nama yang nampak “Islami” memang tampaknya merupakan salah satu jalan untuk mengelabui masyarakat. Jaringan Islam Liberal (JIL) pun membuat slogan, “Islam yang membebaskan”, seakan Islam yang benar, yang anti pemurtadan adalah membelenggu. Syukurlah istilah itu ditimpa istilah baru lagi dengan website tandingan yang slogannya, “Islam yang membebaskan dari sistem kekufuran”.
Permainan nama untuk memasarkan diri sambil menutupi kesesatannya, rupanya ada biangnya, yaitu LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Tadinya bernama Lemkari yang dilarang karena kesesatannya, setelah ganti nama dari Darul Hadits dan Islam Jama’ah yang semuanya itu adalah dilarang pemerintah. Akhirnya mereka memilih ganti nama dengan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Padahal justru sebenarnya adalah lembaga propaganda pengkafiran terhadap Ummat Islam. Karena setiap orang Islam yang bukan golongan LDII mereka anggap sebagai kafir dan najis. Mereka ini juga mendirikan pesantren, tentu saja meraih anak didik dari para orang tua. Kalau sampai orang tua memasukkan anaknya ke pesantren LDII atau membolehkan anaknya ikut pengajian LDII, maka resikonya, apabila orang tua tidak mau ikut masuk ke LDII maka dianggap najis pula oleh anaknya itu. Dan ketika orang tua itu meninggal dunia, maka si anak tidak akan mau mensholatinya. Kalau toh mau mensholatinya, maka tanpa wudhu sebelumnya, disengaja memang hanya untuk pura-pura mensholati. (Lihat buku-buku LPPI Jakarta tentang sesatnya LDII).
Orang-orang Islam yang di luar jam’ahnya dinyatakan sebagai:
n Orang kafir
n musuh Alloh
n musuh orang iman
n calon ahli neraka
n tidak boleh dikasihani. Di antaranya ditulis:
1. Dalam Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8, berbunyi: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,”
2. Untuk menyikapi orang di luar jama’ah LDII yang telah dianggap kafir itu dikemukakan ayat yang sebenarnya memang untuk orang kafir, tetapi di makalah itu untuk menegaskan orang di luar jama’ah LDII adalah kafir, dan larangan menikah dengan orang selain jama’ah LDII. Maka ditulis di baris selanjutnya:
“…ingatlah firman Alloh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ . سورة النساء 144
“Hai orang orang iman jangan menjadikan kamu kekasih pada orang-orang kafir yakni selain orang iman.”
Dan diberi dorongan bahwa ternyata didalam jama’ah masih banyak sekali perawan-perawan, rondo-rondo yang cantik, yang barokah yang siap dinikahi dan banyak pula joko-joko, dudo-dudo yang ganteng dan tidak kalah gagahnya daripada orang-orang luar jama’ah. (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah, h/97, halaman 9).
Ahmadiyah, LDII dan sebagainya
Di MUI (Majelis Ulama Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) itu masih dianggap aliran sesat karena dianggap sebagai reinkarnasi Islam Jama’ah. Islam Jamaah sudah ada fatwa tentang kesesatannya. Di Munas MUI ke-7, LDII dipersamakan dengan Ahmadiyah. Memang bukan di dalam fatwa, namun dalam rekomendasi MUI tentang aliran sesat. Di mana disebutkan di situ, Ahmadiyah dan LDII. (KH Ma’ruf Amin, Ketua Komisi Fatwa MUI, Majalah Sabili, Jakarta, No 23 Th XIII, 1 Juni 2006/ 20 Jumadil Awal 1427, halaman 9).
MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan bahwa aliran sesat seperti Ahmadiyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan sebagainya agar ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat. Bunyi teks rekomendasi itu sebagai berikut:
“Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah. MUI mendesak Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap munculnya berbagai ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam, dan membubarkannya, karena sangat meresahkan masyarakat, seperti Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sebagainya. MUI supaya melakukan kajian secara kritis terhadap faham Islam Liberal dan sejenisnya, yang berdampak terhadap pendangkalan aqidah, dan segera menetapkan fatwa tentang keberadaan faham tersebut. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.” (Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005, halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah).
Ahmadiyah ataupun LDII sama-sama mengkafirkan orang Muslim, hingga wanita Ahmadiyah atau LDII tidak boleh dinikahi oleh orang Islam (yang bukan golongan mereka). Ini pada hakekatnya adalah membuat syari’at baru, mirip dengan nabi palsu, Musailamah Al-Kaddzab yang diserang oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dengan 10.000 tentara yang dipimpin panglima Khalid bin Walid, hingga nabi palsu itu tewas bersama 10 ribuan pengikutnya yang murtad. Sedang sisanya yang masih hidup dari jumlah pengikut nabi palsu 40 ribu orang itu kemudian masuk Islam lagi setelah yang 10-an ribu orang murtad pengikut nabi palsu itu jadi bangkai di Kebun Bangkai atas serangan Muslimin.
Sekolah dan misinya
Sekolah-sekolah lain yang tampaknya tidak sesat pun masing-masing punya misi. Ada misi yang masih dalam kebenaran, dan ada pula yang sudah tidak mempedulikan kebenaran. Kalau sekolah itu berlabel Islam, atau dari oraganisasi Islam, atau di bawah lembaga Islam pun, setelah diketahui bahwa itu tidak termasuk dalam aliran sesat, masih perlu dilihat pula.. Apakah mereka itu teguh dalam mendidik murid-murid/ mahasiswanya dengan Islam yang benar. Apakah memang diterapkan shalat berjama’ah, berpakaian muslim/ muslimah, dijaga pergaulan antara lelaki dan perempuan, atau tidak. Kalau satu sekolah/ pesantren/ perguruan tinggi sudah ragu-ragu dalam menerapkan peraturan tentang pakaian muslim/ muslimah, itu pertanda misi Islamnya setengah-setengah. Dalih apapun yang mereka kemukakan, sudah bisa dibaca bahwa Islam dianggap lebih rendah dibanding duit dan semacamnya. Walaupun itu sekolah unggulan, terkemuka, dan sangat banyak muridnya, namun itu jelas mendidik untuk ragu-ragu, bahkan agar munafik dalam ber-Islam. Biar dari luar masih digolongkan Islam, namun tidak disebut fanatik oleh orang yang anti Islam. Begitulah kira-kira arah kemunafikannya.
Sekolah-sekolah negeri/ umum yang memang justru sebagian pengelolanya ada yang menggunakan kesempatan untuk memusuhi Islam, selayaknya tidak laku di negeri Muslim ini. Sekolah-sekolah negeri/ umum sekarang sudah banyak yang kalah bersaing dengan sekolah-sekolah swasta. Apabila sekolah negeri/ umum tidak memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkan pendidikan yang Islami, maka kemungkinan besar akan makin ditinggalkan oleh masyarakat. Mereka akan lebih pilih sekolah swasta walaupun mungkin biayanya lebih tinggi, asal lebih Islami, pergaulan lelaki perempuan tidak bebas, tidak tawuran, tidak terkena narkoba, dan tidak jadi preman-preman berbaju sekolah.
Dilema menyekolahkan anak masa kini, mereka yang menginginkan anaknya agar jadi ulama yang sholih atau sholihah, tahu-tahu kalau salah tempat pendidikannya justru jadi pentolan aliran sesat, atau justru jadi liberal, mementingkan filsafat, dan oke-oke saja untuk maju bersama dengan barisan pemurtadan, dan jadi tukang demo untuk membela kekafiran dan kesesatan. Contoh nyata, kelompok yang menyebut diri mereka AKKBB dikenal berdemo di Monas Jakarta 1 Juni 2008 untuk membela kafirin Ahmadiyah.
Demikian pula yang ingin anaknya agar jadi ilmuwan yang tangguh, kalau salah dalam memilih sekolahan, tahu-tahu terpengaruh oleh kebiasaan tawuran, terkena narkoba, pergaulan bebas lelaki perempuan, dan jauh dari agama, bahkan anti Islam.
Berupaya memilih tempat pendidikan anak yang terbebas dari pemurtadan, kesesatan, kemunafikan, kemunkaran, dan pergaulan bebas, adalah wajib bagi para orang tua yang akan menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya, bahkan juga diri sendiri ketika mau berkuliah. Di samping itu perlu disertai do’a, bermunajat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, agar ditunjuki jalan yang benar dan diridhoi-Nya. Kalau tidak, maka berarti orang tua pada hakekatnya adalah membiarkan anaknya untuk diyahudikan atau dinasranikan atas biaya dari orang tua itu sendiri atau atas biaya dan susah payah diri sendiri. Betapa ruginya. (dimodifikasi dari buku Ada Pemurtadan di IAIN dan lainnya).anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-16514074737272302382008-06-23T16:56:00.001+07:002008-06-23T17:00:03.255+07:00Hukum Menyekolahkan Anak ke Sekolah Kristen/KatolikHukum Menyekolahkan Anak
ke Sekolah Kristen/Katolik
Soal :
Assalamu’alaikum wr wb.
Sekarang ini saya akan menyekolahkan anak-anak saya untuk tahun ajaran baru. Ada yang baru mau dimasukkan ke SLTP dan ada yang akan ke SMA (kini SMU).
Saya merasa terpengaruh ungkapan teman, katanya anak-anaknya bisa pandai karena disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik. Katanya, sekarang anak-anaknya disiplin dan pandai. Sedang setiap harinya juga masih mau shalat, hanya saja mesti selalu diingatkan. Padahal dulunya anak-anaknya itu rajin shalat dan mengaji, sekarang sudah jarang mengaji, dengan alasan banyak kesibukan sekolah. Tetapi, orang tua itu berkilah, walau demikian, ia upayakan dengan diadakan les privat agama Islam.
Satu segi saya tertarik akan kedisiplinan dan kepandaian anak teman itu. Hanya saja saya khawatir, jangan-jangan nanti anak saya kalau saya sekolahkan ke sekolah non Islam seperti dia, akibatnya tidak taat agama (Islam) atau bahkan ganti agama.
Bagaimana sebenarnya menurut Islam.
Atas jawabannya saya sampaikan terimakasih.
Wassalam
Jawab:
‘Alaikumus salam wr wb.
Perlu diketahui, sekolah-sekolah Kristen atau Katolik diakui oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional, sering tidak jujur dan mengkilahi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Seperti yang pernah diungkapkan kepada para utusan KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) April 1998 ketika mempersoalkan masalah “kecurangan mereka itu” kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiranto Arismunandar. Dijelaskan bahwa sekolah-sekolah Kristen sering menyodorkan blangko kepada wali murid untuk diisi bahwa wali murid merelakan anaknya disekolahkan di sekolah Kristen atau Katolik tanpa diberi pelajaran agama yang dipeluk si anak. Jadi anak-anak Muslim sama dengan “dipaksa” untuk membuat perjanjian rela tidak dididik pelajaran Agama Islam.
Dengan demikian, pelajaran agama yang disampaikan pada murid hanya agama Kristen atau Katolik, sekalipun muridnya Muslim. Di samping pelajaran agama Kristen/ Katolik itu disampaikan secara lisan, tidak mustahil diadakan praktek agama itu pula. Maka murtad lah si murid yang Muslim itu dari agamanya, Islam. Ketika ia mempraktekkan ibadah Kristen atau Katolik itu berarti ia sudah murtad secara perbuatan (fi’li), karena walau keadaannya karena terpaksa namun sebelumnya dia sudah ada perjanjian untuk patuh dan rela. Sedang kalau praktek ibadah itu diyakini kebenarannya pula maka sudah masuk ke murtad I’tiqadi (keyakinan) yaitu sebenarnya murtad.
Dari kenyataan kasus ketidak jujuran yang telah diakui oleh pihak pemerintah seperti tersebut di atas, maka menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram. Karena akan menjerumuskan anak untuk menjadi murtad. Sedang murtad itu justru lebih buruk dibanding kafir biasa.
Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6).
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim/ 66:6).
Di samping kenyataan tidak jujur alias curang seperti tersebut di atas, ada watak dasar dalam hati mereka yang sudah dijelaskan Allah dalam Al-Quran, hingga kita perlu berhati-hati, karena memang mereka tetap akan berusaha memurtadkan kita dan keluarga/ anak-anak kita. Allah berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(120).
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah/ 2:120).
Mengenai keinginan agar anak jadi disiplin dan pintar dengan disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik, itu perlu diluruskan. Apakah tidak ada sekolah lain terutama sekolah Islam yang mendidik disiplin dan menjadikan pintar murid-muridnya? Kalau jarang adanya, maka justru menjadi kewajiban umat Islam untuk mengadakannya, di antaranya dengan memasukkan anak-anak Muslim ke sekolah Islam, hingga sekolahnya subur, dana menjadi cukup, gurunya terjamin, hingga akhirnya maju dengan baik. Sebaliknya, kalau anak-anak Muslim justru disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik maka berarti Muslimin itu menyuburkan sekolah-sekolah yang justru memurtadkan anak-anak Muslim . Jadi sama dengan mendanai pemurtadan.
Seandainya sama sekali tidak ada sekolah selain Kristen dan Katolik yang bisa diharapkan mendidik anak-anak menjadi disiplin dan pintar pun masih tidak diperkenankan memilih ke sekolah yang memurtadkan itu. Karena, nilai kedisiplinan dan kepintaran itu menurut Islam hanya keduniaan yang nilainya kecil sekali dibanding akherat. Hingga orang yang lebih memilih dunia ketimbang akherat itu termasuk orang yang celaka.
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37). وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38). فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى(39).
Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS An-Naazi’aat/ 79: 37-39).
Oleh karena itu di dalam kaidah ushul fiqh ditegaskan:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Dar’ul mafaasidi muqoddamun ‘alaa jalbil mashoolihi.
(Menolak mafsadat/ kerusakan lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan/ kebaikan).
Kerusakan yang paling fatal adalah kerusakan di akherat yaitu masuk neraka, maka jauh lebih harus dicegah. Sedang kerusakan di dunia saja harus dicegah, apalagi kerusakan di akherat.
Kesimpulan:
1. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.
2. Menyekolahkan anak ke sekolah Kristen atau Katolik akan menyuburkan pemur-tadan.
3 Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan memiskinkan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan memundurkannya.
4. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan mewariskan ge-nerasi murtad.
Wallahu a’lam.
(Fatwa haramnya menyekolahkan anak ke sekolah Kristen/ Katolik telah dikeluarkan oleh BKSPP (Badan Kerjasama Pondok Pesantren), Januari 1994, para ulama di Kudus Jawa Tengah, dan rekomendasi rapat kerja nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) 24-26 November 1992. Lihat buku Bila Hak Muslimin Dirampas oleh H ¨ Hartono A Jaiz, 1994, hal 42-47). ( Pengasuh/ Media Dakwah, Juni 1998)anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-34886430828738352042008-06-23T16:39:00.000+07:002008-06-23T16:40:53.852+07:00Tantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus DurTantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur
Hal: Surat terbuka, tantangan mubahalah
Kepada Yth.
Bapak Ahmad Syafii Maarif dan
Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid)
di mana saja berada
Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk (Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya).
Setelah saya memahami fatwa-fatwa tentang kafirnya Ahmadiyah (Qadyan dan Lahore) yang dikeluarkan oleh Mujamma’ Al-Fiqh Al-Islami –lembaga OKI Organisasi Konferensi Islam–, Rabithah Alam Islami, dan MUI (Majelis Ulama Indonesia), namun di Indonesia ada manusia-manusia yang terang-terangan membela Ahmadiyah, di antaranya Bapak Ahmad Syafii Maarif mantan Ketua Umum PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah, dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mantan Ketua Umum PB (Pengurus Besar) Nahdlatul Ulama; dan setelah fatwa-fatwa itu saya fahami bahwa Ahmadiyah itu menodai Islam, maka saya selaku seorang Muslim menantang mubahalah (do’a saling melaknat agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta) kepada Bapak Ahmad Syafii Maarif dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid).
Demikian surat terbuka lewat situs nahimunkar.com berupa tantangan mubahalah.
Jakarta, Sabtu 14 Juni 2008M/ 9 Jumadil Akhir 1429H
Hormat saya:
Hartono Ahmad Jaiz
Penulis buku Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat; dan buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, yang pro fatwa para ulama internasional dan nasional dalam kasus Ahmadiyah.
Landasan Menantang Mubahalah
Tantangan saya ini berlandaskan kepada penjelasan-penjelasan sebagai berikut:
Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).
Mubahalah atau do’a saling melaknat itu dilakukan terhadap:
1. Orang Nasrani, berlandaskan QS Ali ‘Imran: 61;
2. Orang Yahudi berlandaskan QS Al-Jumu’ah: 6
3. Orang Musyrik berlandaskan QS Maryam: 75 dan hadits tentang Abu Jahal ditantang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mubahalah, riwayat Al-Bukhari, Ahmad, At-Tirmidzi, dan An-Nasai).
4. Terhadap penyeleweng, ahli bid’ah dan semacamnya, berlandaskan bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan lebih dua masa. Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya:
Perintah do’a di dalam Al-Qur’an, kalau ditujukan kepada Ahli Kitab justru berupa ancaman, bahkan mubahalah.
{ قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ }
_Katakanlah :”Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS 62 Al-Jumu’ah: 6).
{ فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ } [آل عمران : 61]
_”Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa setelah datang ilmu ” ً (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS 3 Ali Imran: 61).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, suruhan Allah kepada Yahudi agar minta mati di Surat Al-Jumu’ah 62, Al-Baqarah 94, itu juga mubahalah; kalau memang orang Yahudi itu menganggap (diri mereka berada) dalam hidayah Allah, sedang Muhammad itu dianggap dalam kesesatan, maka mintakan mati atas yang sesat dari kedua golongan itu, kalau memang Yahudi menganggap diri mereka benar. Ternyata Yahudi tak berani.
Demikian pula ancaman terhadap orang-orang musyrik di Surat Maryam ayat 75, agar musyrikin ber-mubahalah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekeluarga-nya.
2264- حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّىُّ أَبُو يَزِيدَ حَدَّثَنَا فُرَاتٌ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ يُصَلِّى عِنْدَ الْكَعْبَةِ لآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ فَقَالَ « لَوْ فَعَلَ لأَخَذَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ عِيَاناً وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوُا الْمَوْتَ لَمَاتَوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهِلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَرَجَعُوا لاَ يَجِدُونَ مَالاً وَلاَ أَهْلاً ». مسند أحمد - (ج 5 / ص 290)
Dari Ibnu Abbas: Abu Jahal la’natullah berkata, bila aku melihat Muhammad di sisi Ka’bah pasti sungguh aku datangi dia sehingga aku injak lehernya. Ibnu Abbas berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
”Kalau ia (Abu Jahal) berbuat, pasti malaikat akan mengambilnya (mengadzabnya) terang-terangan, dan seandainya orang-orang Yahudi mengharapkan mati pasti mereka mati dan mereka melihat tempat-tempat mereka berupa neraka.” Dan seandainya mereka yang (ditantang) ber_mubahalah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu keluar, pasti mereka pulang (dalam keadaan) tidak menemukan keluarganya dan tidak pula hartanya. (HR Ahmad, Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan An-Nasai, _Tafsir Ibnu Katsir, darul Fikr 1412H/ 1992M jilid 4: hal 438, Tafsir Surat Al-Jumu’ah ayat 6, atau juz 8 halaman 118, ditahqiq Sami bin Muhammad Salamah, Daru Thibah, cetekan 2, 1420H/ 1999M).
Mubahalah Tidak Khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Soal:
Apakah mubahalah itu khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau dapat menjadi umum bagi Muslimin? Dan apakah seandainya mubahalah itu umum bagi Muslimin bolehkah untuk dihadapkan dari arah ahlis sunnah waljama’ah kepada firqoh-firqoh sesat? Dan apakah mesti terjadi tanda yang menampakkan kebenaran seandainya dilangsungkan mubahalah?
Fatwa:
Alhamdulillah wassholatu wassalmu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi washohbihi, amma ba’du.
Mubahalah adalah do’a dengan laknat atas yang berdusta di antara dua pihak yang bermubahalah. Mubahalah itu tidak khusus hanya untuk Nabi saw. Dalilnya, bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan yang terpanjang dari dua masa (sampai melahirkan, dan sampai 4 bulan 10 hari, pen).
Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris); dan tidak mengapa dalam hal mubahalah Ahlis Sunnah waljama’ah terhadap ahli syirik, bid’ah dan semacamnya tetapi sesudah ditegakkan hujjah (argumentasi) dan upaya menghilangi syubhat (kesamaran), dan memberikan nasihat dan peringatan, sedang itu semua tak guna. Bukan termasuk kepastian (setelah mubahalah itu) munculnya tanda/ bukti atas dustanya orang yang batil dan dhalimnya orang yang dhalim, karena Allah Ta’ala menunda dan mengakhirkan, sebagai cobaan dan istidroj/ uluran.
Wallohu a’lam.
Mufti; Markas Fatwa dengan bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih (Asy-Syabakah Al-Islamiyah juz 8 halaman 85).
http://www.nahimunkar.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-40270621544865334942008-06-23T16:26:00.000+07:002008-06-23T16:27:31.995+07:00“ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU ““ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU “
Oleh: team kajian islam anshorud da’wah ila kitabi was sunnati
SPEKTAKULEEER!! Barangkali inilah kata yang pantas diselamatkan pada fenomena novel dan, terutama, film Ayat-Ayat Cinta. Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, jumlah penonton resmi di bioskop-bioskop sudah menembus angka 4 juta. Belum lagi yang menonton sendiri di rumah melalui VCD dan penonton-penonton yang memilih untuk membeli VCD bajakannya. Jumlahnya pasti berkali-kali lipat dari jumlah penonton di bioskop. Sepanjang sejarah perfilman di Indonesia, baru kali ini ada film Indonesia yang sangat spektakuler seperti itu. Jumlah penontonnya hanya bisa disaingi oleh film-film Hollywood dan Bollywood. Produser film ini, Manooj Punjabi, dalam sebuah wawancara dengan detik.com bahkan mengatakan bahwa sampai sepuluh tahun ke depan belum tentu akan ada lagi film se-spektakuler Ayat-Ayat Cinta ini.
Kehebohan film ini pun sempat mampir dalam berbagai forum-forum percakapan, dari mulai yang paling resmi sampai di warung-warung kopi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla beserta jajarannya sampai harus menyempatkan diri menonton film ini. Mantan Presiden Habibie, jauh-jauh dari Jerman menyempatkan pulang ke Indonesia hanya untuk menonton film ini. Bahkan sejumlah politisi sengaja janjian untuk nonton bareng film ini. Milis-milis di Internet selama sebulan salah satu yang menjadi tema favorit untuk dibicarakan adalah film ini. Pandangannya seperti biasa: sebagian mengkritik habis dan yang lain memuji-muji setinggi langit. Dengan serta-merta, sountrack film yang dinyanyikan pelantun tembang-tembang pop asal Sumedang (JABAR), Rossa, inipun ikut terdongkrak popularitasnya.
Betapa dianggap penting film ini, sampai-sampai Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Samsuddin, ikut mempromosikan kepada umat untuk menontonnya. Untuk kasus ini bisa dipahami mengingat Hanung Bramantyo yang berasal dari keluarga besar Muhammadiyah di Yogya memilihnya menjadi penasihat masalah-masalah keagamaan untuk film ini. Namun, kesediaan Din menjadi penasihat untuk film ini di tengah berbagai kesibukannya mengisyaratkan bahwa film ini dihitungnya sangat penting.
Memang akhirnya banyak juga yang mengkritik fil ini. Para penonton yang pernah membaca edisi novelnya banyak yang kecewa. Bayangan mereka tentang apa yang ada di dalam novel banyak yang tidak nyambung dengan film yang mereka tonton. Pesan-pesan Islam yang dikemas secara apik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam edisi novel tidak tampak dalam film. Bahkan sebagian blogger (penulis blog pribadi di internet) ada yang menyebutkan bahwa film ini bukan film islami, apalagi disebut-sebut sebagai film dakwah. Film ini sebetulnya sama seperti film-film percintaan lainnya, hanya saja tokoh, latar, dan alurnya ada hubungannya dengan Islam, nuansa Islam membalut kisah percintaan dalam film ini.
Namun demikian, apapun yang terjadi dengan film ini satu hal yang patut menjadi renungan bersama untuk gerakan dakwah kita di masa-masa yang akan datang, yaitu bahwa film dan tontonan elektronik lain sudah menjadi sesuatu yang sangat merasuk kehidupan masyarakat kita. Alat-alat elektronik itu hanyalah alat. Keberadaannya bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Ketika orang-orang yang tidak bermoral memegang dan menguasainya, maka sudah hampir bisa dipastikan alat ini dimanfaatkan untuk kebejatan moral mereka. Hanya satu yang mereka kejar: uang! Begitu pula sebaliknya.
Kalau kenyataannya demikian, maka sudah saatnya lagi dakwah kita hanya berhenti sebatas mencaci keberadaan tayangan-tayangan di media elektronik ini. Dakwah kita memang harus ikut menyadarkan umat untuk bisa menyeleksi tayangan-tayangan yang tidak layak ditonton, terutama oleh anak-anak seperti tayangan yang mengajarkan materialisme, tayangan berbau pornografi, horor, dan kekerasan. Di samping itu, dakwah juga harus berani merebut ruang-ruang tayang dalam media-media elektronik ini agar yang dikonsumsi langsung oleh khalayak adalah peran-peran ilahiyah, bukah materialisme dan kebobrokan.
Mungkin timbul pertanyaan, bukankah selama ini sudah banyak tayangan-tayangan ceramah keagamaan yang mengambil ruang dalam siaran-siaran televisi? Itu benar. Namun, harus dicatat bahwa dakwah melalui media elektronik tidak cukup dengan penyampaian pesan-pesan agama secara langsung. Cara ini sesekali dibutuhkan. Namun kalau sepanjang hari siaran televisi isinya adalah ceramah, maka hampir bisa dipastikn akan segera ditinggalkan penonton.
Penonton itu butuh ” tontonan ” seperti film, sinetron, variety show, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dakwah dengan memanfaatkan media elektonik berarti harus merambah dunia ” tontonan ” itu. Artinya pesan dakwah harus disampaikan melalui film, sinetron, variety show, dan semisalnya. Masalahnya kemudian apakah mungkin dakwah dicampur-adukkan dengan berbagai kemungkaran yang sering terjadi dalam tayangan-tayangan film dan televisi seperti orang mempertontonkan aurat, Ikhtilat (Campur baur) antara pria dan wanita, dan semisalnya. Atas dasar ini pula ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa berdakwah melalui media film, sinetron, atau tontonan-tontanan lain semisalnya adalah ” mencampurkan hak dan bathil ” sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
Di sinilah masalah harus kita pecahkan bersama dengan diawali niat baik dan prasangka yang baik pula. Pertama, kita harus melihat media-media elektonik ini sebagai peluang media dakwah yang sangat terbuka lebar dan belum banyak dijamah. Oleh sebab itu, terlebih dahulu kita harus melihat ini sebagai sesuatu yang harus dikuasai oleh aktivis-aktivis Muslim yang memilki concern terhadap dakwah Islam. Paling tidak, aktivis-aktivis Muslim harus bisa ambil bagian dalam dunia media ini. Kalau sejak semula sudah dipandang negatif dan tidak mungkin mengarahkan media elektronik menjadi alat dakwah, maka sampai kapan pun umat islam tidak akan pernah dapat menguasai publik penikmat media elektonik yang jumlahnya bermilyar-milyar orang mungkin lebih dari triliun orang di seluruh dunia. Kalau tidak jeli, bisa jadi ini adalah jebakan pihak Barat-Yahudi yang tidak ingin umat Islam berjaya.
Kedua, kita memang harus memikirkan secara serius bagaimana formula yang baik agar pesan dakwah tidak disampaikan dengan cara yang bathil. Dalam hal ini, para aktivis dakwah bersama-sama dengan seniman dan praktisi yang memiliki perhatian tinggi terhadap dakwah harus berkreasi membuat model-model ” tontonan dakwah ” yang memenuhi kriteria syar’i yang diinginkan. Masalahnya, kalau tidak dimulai usaha-usaha ke arah sana tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu, munculnya film Ayat-Ayat Cinta, Kun Fayakuun, dan semisalnya merupakan langkah awal yang baik. Namun, langkah jangan sampai berhenti di sana. Harus selalu terus dikembangkan kritik untuk mendapatkan formula ” tontonan dakwah ” yang paling baik dan ideal. Kita semua sebagai bagian dari umat pun harus ikut mendorong semakin banyaknya ” tontonan dakwah ” agar media elektronik benar-benar akan menjadi wasilah tersebarnya rahmat Islam di seluruh alam. Walloohu’ A’lam.
Diambil dan disarikan dari Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid, Vol. 39/Tahun VI, 03 Jumadil Awwal 1429 H/09 Mei 2008 M dari Tulisan Tiar Anwar Bachtiar.
Bila anda berminat berlangganan Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid Harga per eksp, Rp.200,- berlangganan min 50 eksp, pembayaran di muka atau melalui Rekening Bank Muamalat Indonesia No.305.06563.22 (atas nama Saefulloh) info lebih lanjut Hub Alamat Redaksi Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid: Jl. Johar Baru 1 No. 22 Jakarta 10560, Tlp. 081514393766.
http://faishalalbantani.blogspot.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-65218051017914570812008-06-22T14:50:00.000+07:002008-06-22T14:53:31.172+07:00KUPAS TUNTAS AHMADIYYAHAhmadiyah Kelompok Pengekor Nabi Palsu
Apa Itu Ahmadiyah ?
Ahmadiyah adalah gerakan yang lahir pada tahun 1900M, yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris di India. Didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran/bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Corong gerakan ini adalah “Majalah Al-Adyan” yang diterbitkan dengan bahasa Inggris.
Siapakah Mirza Ghulam Ahmad ?
Mirza Ghulam Ahmad hidup pada tahun 1839-1908M. Dia dilahirkan di desa Qadian, di wilayah Punjab, India tahun 1839M. Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik.
Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris.
Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa’, seorang pemimpin Jami’ah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya.
Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa’ mengajaknya ber-mubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908M.
Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad berdakwah sebagaimana para da’i Islam yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya. Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi Al-Muntazhar dan Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia mati meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin serta artikel hasil karyanya.
Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul Izalatul Auham, I’jaz Ahmadi, Barahin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I’jazul Masih, At-Tabligh dan Tajliat Ilahiah.
Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an.
Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.
Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin.
Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji.
Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang ; yang secara tidak langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah.
Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluaga bangsawan.
Pada tahun 1953M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri. Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya.
Pada bulan Rabiul Awwal 1394H, bertepatan dengan bulan April 1974M dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah Al-Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh dunia. Hasil muktamar memutuskan “Kufurnya kelompok ini dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak bermu’amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum Muslimin”.
Majelis Rakyat (Parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok Ahmadiyah bernama Nasir Ahmad. Debat ini berlangsung sampai mendekati 30 jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis parlemen mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam.
Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad
Pengakuannya sebagai nabi.
Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah.
Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian.
Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia.
Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul (bersatunya manusia dengan tuhan).
Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak tuhan.
Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membuka pintu bagi siapa saja yang menginginkannya.
Penyebaran dan Aktifitas Ahmadiyah
Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar dapat membentuk/membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka berada.
Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5000 mursyid dan da’i yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Dan aktifitas mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan.
Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintah Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang mereka miliki
Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah dengan segala cara, khsusnya media massa. Mereka adalah orang-orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pandai, insinyur dan dokter. Di Inggris terdapat stasiun pemancar TV dengan nama “TV Islami” yang dikelola oleh penganut kelompok Ahmadiyah.
Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah
Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad bernama Nuruddin. Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiyah kepadanya dan diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul “Fashlb Al-Khithab“.
Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir Ahmadiyah di Lahore. Keduanya adalah corong dan ahli debat kelompok Ahmadiyah. Muhammad Ali telah menulis terjemah Al-Qur’an dengan perubahan transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain. Haqiqat Al-Ikhtilaf An-Nubuwah Fi Al-Islam dan Ad-Din Al-Islami. Khaujah Kamaluddin menulis kitab yang berjudul Matsal Al-A’la Fi Al-Anbiya serta kitab-kitab lain. Jamaah Ahmadiyah Lahore ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka sama saja saling mengadopsi satu sama lain.
Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul Khatam An-Nabiyyin.
Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Di antara tulisannya berjudul Anwar Al-Khilafah, Tuhfat Al-Muluk, Haqiqat An-Nubuwwah.
Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang diadopsi dari ayat Al-Qur’an: “Dan Kami melindungi mereka di suatu Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Qs. Al-Mukminun: 50)
Kesimpulan
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur.
Maraji’:
Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fi Al-Adyan Wa Al-Madzahib Wa Al-Ahzab Al-mu’ashirah, oleh DR Mani’ Ibnu Hammad al-Jahani
Tabshir Al-Adhan bi Ba’di Al-Madzahib wa Al-Adyan, oleh Muhammad As-Sabi’i
http://hidayatullah.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-61297296906140672732008-06-22T14:47:00.000+07:002008-06-22T14:48:27.473+07:00KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID.KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID
1. SERUKAN AJAKAN SHOLAT DALAM BAHASA SETEMPAT (INDONESIA, JAWA, SUNDA, DLL) 30 MENIT SEBELUM JATUH WAKTU SHOLAT / SEBELUM AZAN. SEBAGAI CONTOH : "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, DIPERSILAHKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±30 MENIT LAGI."
2. 15 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±15 MENIT LAGI."
3. 10 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±5 MENIT LAGI."
4. AZAN
5. SHOLAT QOBLIAH, TUNGGU BEBERAPA SAAT, ±5 MENIT, BARU KEMUDIAN....
6. IQOMAT
7. SHOLAT BERJAMAAH.
BERIKUT INI ALASAN MENGAPA KITA HARUS MERUBAH PARADIGMA SERUAN
UNTUK BERJAMAAH DI MESJID KARENA :
1. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT SERING TERLALU CEPAT, BERKISAR ±5 MENIT, HANYA MENUNGGU ORANG SHOLAT QOBLIAH SAJA, LANGSUNG SHOLAT FARDHU, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG MUNGKIN SEDANG ADA KEGIATAN DISORE HARI, CONTOHNYA SEDANG MENGERJAKAN SESUATU, TIDAK SADAR KARENA KE ASYIKAN BEKERJA, DAN LUPA BAHWA WAKTU MAGHRIB SUDAH MASUK, TIDAK BISA BERGABUNG SHOLAT BERJAMAAH. UNTUK ITU KITA PERLU MEMBERI WAKTU AGAR MEREKA BISA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN MANDI, MENCUCI TANGAN, MEMBERESKAN ALAT-ALAT KERJA, DAN LAIN-LAIN. ITU SEBABNYA MENGAPA PERLU DIINGATKAN SETIAP WAKTU SHOLAT FARDHU UNTUK BERJAMAAH.
2. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT DI MASJIDIL HARAM / NABAWI BISA SAMPAI ±30 ATAU ±45 MENIT, DENGAN DEMIKIAN TIDAK ADA SALAHNYA JIKA KITA BISA MELAKSANAKAN TATACARA YANG SAMA. BAGI SEBAGIAN ORANG YANG BERPENDAPAT BAHWA WAKTU SHOLAT MAGHRIB DAN SUBUH ADALAH PENDEK DAN HARUS DISEGERAKAN KARENA HARUS TERBURU-BURU BEKERJA BISA DIARTIKAN BAHWA ORANG TERSEBUT LEBIH MENGEJAR SERTA MENGUTAMAKAN DUNIAWI DIBANDING MEMAKMURKAN MESJID MENGHADAP ALLAH SWT.
3. BANYAK MESJID MEGAH, TAPI JARANG ORANG IKUT SHOLAT BERJAMAAH.
4. AGAR PARA USTADZ DAN PENGURUS MESJID BISA MERANGKUL JAMAAH YANG ADA DISEKITAR MESJID UNTUK BERSAMA-SAMA SHOLAT BERJAMAAH TANPA HARUS MEMBEDA-BEDAKAN KELOMPOK DAN GOLONGAN. YANG PENTING ADALAH MERANGKUL ORANG-ORANG YANG MAU SHOLAT BERJAMAAH, AGAR BANGKIT UKUWAH ISLAMIAH. SENYUM ADALAH IBADAH. MARI KITA TERSENYUM KEPADA SESAMA MANUSIA, KHUSUSNYA SESAMA UMAT ISLAM YANG HENDAK BERIBADAH MESKIPUN KITA BERBEDA KELOMPOK DAN GOLONGAN. MENYINGKIRKAN DURI DI JALAN JUGA IBADAH. KARENA ITU MARI KITA SINGKIRKAN SYAKWASANGKA KITA (DURI) KEPADA SESAMA MUSLIM.
5. ANALOGI SEDERHANA, SEPERTI HALNYA DENGAN PEMBERANGKATAN KERETA API, BILA TIDAK DI UMUMKAN WAKTU KEBERANGKATANNYA DAN PARA PENUMPANG AGAR BERSIAP-SIAP, MAKA AKAN BANYAK PENUMPANG YANG KEBINGUNGAN DAN TERTINGGAL KEBERANGKATAN KERETA API TERSEBUT.
6. MEMBERI KESEMPATAN YANG SAMA DAN ADIL KEPADA SEMUA GOLONGAN / KELOMPOK ISLAM DALAM MEMAKMURKAN MESJID, BAIK UNTUK MENJADI PENGURUS MESJID, IMAM, KHOTIB, DLL.
7. MEMAKMURKAN MESJID, MEMPERKUAT UKHUWAH ISLAMIAH, DAN MERAIH PAHALA SEBESAR-BESARNYA.
INSYA ALLAH MESJID KITA MENJADI MAKMUR JAMAAH
diambil dari, http://daktaradio.tripod.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-46695732324407961962008-06-22T14:28:00.000+07:002008-06-22T14:32:13.831+07:00JUAL MAJALAH ISLAMI PT. MARWAH INDO MEDIAGEBYARRR!!!! BUKU ISLAMI!!!...
AYO MURAH_MERIAH!!!
@ Majalah UMMATIE
( Menyongsong Kejayaan Islam )
@ Majalah GERIMIS
( Merintis Kehidupan Indah, Sejuk,...)
(& Menentramkan )
Nb : Ehh ada EDISI BARU & EDISI LAMAnya...
Juga lho OK!!!
Harga Rp.8.000,00 luar Jawa Rp.9.500,00
Plus Klo pengen dikirim langsung
Ke RUMAH, ada Ongkos Kirimnya...
InsyaAlloh Pokonya MURAH_MERIAH...dech!
Hub: Iman 081389094351/islamjuba@gmail.com
AYOOO!!!! CEPAT
SEGERA PESANNNN... sebelum KEHABISAN!!!
Hubungi kami
Iman
Jalan. Purnama 13 Cimanglid, Tamansari Bogor 16610 PO BOX. 01 Ciomas Bogor
Bogor, Jawa Barat
Telp. 081389094351
http://www.bacagerim is.wordpress.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-53163341277124046672008-06-22T14:20:00.002+07:002008-06-22T14:26:15.792+07:00Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21 Print E-mail
Kamis, 08 Pebruari 2007
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
"Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir (Nasrani, Yahudi, Musyrik, Orang-orang murtad, dll) rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak meurunkan keterangan tentang itu.” (Q.S Ali Imran, 3: 151)
Dalam ayat ini. Allah SWT secara jelas menginformasikan kepada kita bahwa Dia akan menteror dan akan memasukkan teror ke dalam hati orang-orang kafir yaitu non muslim karena kesyirikan yang mereka lakukan, menyekutukan Allah dengan yang lain. Bentuk syirik (mengadakan tandingan dengan Allah) bisa berupa voting (memilih) hukum buatan manusia, berhukum pada konstitusi kufur (non Islam), mengatakan bahwa Allah memiliki seorang anak laki-laki, berhukum pada PBB dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa orang-orang non muslim akan hidup dalam ketakutan dan teror karena mereka menyekutukan Allah dengan Tuhan-tuhan yang palsu yang tidak akan dapat memberikan manfaat kepada mereka atau dapat menolak bahaya dari mereka. Mereka menyembah hawa nafsu mereka sendiri, hukum di negaranya, berhala, orang-orang alimnya, pendeta-pendeta, dan lain-lain. Karena ini adalah kejahatan yang besar maka Allah bersumpah untuk menteror mereka.
Lebih lanjut, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu mengantarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang Allah mengetahui.” (Q.S Al Anfaal,8:60).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menteror (turhibun) musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kita, dengan menyiapkan perlengkapan seperti artileri, kekuatan dan senjata yang dapat kita persiapkan. Dalam ayat itu, Allah secara langsung memerintahkan kepada kita untuk menggunakan terorisme dalam melawan para aggressor dan musuh-musuh Allah, segala puji hanya bagi-Nya.
Aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin melawan musuh-musuh Allah di berbagai tempat seperti di New York, Wahshington, Bali, Turki, Riyaad, dan Madrid, sesungguhnya aksi-aksi tersebut adalah aksi Terorisme (Al-Irhaab) dan orang yang melakukan penyerangan tersebut adalah seorang teroris. Sebagaimana aksi penyerangan yang dilakukan oleh AS, UK (Ingggris) dan kekuatan koalisinya di berbagai tempat seperti Afghanistan, Palestina, Chechnya, Iraq, Khasmir, dan lain-lain. Sesungguhnya itu adalah aksi terorisme terhadap wanita, anak-anak dan orang-orang yang sudah tua. Keduanya merupakan aksi terorisme yang digunakan untuk mempropagandakan ideologi dan memasukkannya ke negara lain di dunia, lalu siapa pelaku kriminal yang sebenarnya?
Ada dua tipe terorisme, satu tipe dipuji Allah SWT dan satunya dicela dan layak mendapat hukuman yang berat di kehidupan ini dan akhirat kelak. Penyerangan bentuknya juga ada dua, yaitu satu bentuknya pro kehidupan dan satunya melawan kehidupan. Adapun penyerangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris di Afghanistan dan di Iraq adalah bentuk penyerangan yang melawan kehidupan karena mereka menyerang wanita-wanita muda, anak-anak dan orang-orang tua. Bentuk terorisme yang digunakan AS, Inggris dan sekutu-sekutunya sesungguhnya merupakan bentuk agresi, kejahatan, penyimpangan dan kedzoliman yang layak mendapatkan hukuman yang berat dan mendapat penghinaan dari Allah karena bentuk terorisme yang mereka lakukan secara langsung telah menteror ummat dalam hal kesucian kehidupan mereka, kekayaan dan tanah milik mereka (yaitu muslim). Adapun terorisme yang digunakan oleh Mujahidin adalah terorisme yang terpuji, mulia dan bentuk terorisme yang diberkahi Allah karena terorisme tersebut melawan orang-orang yang tidak memiliki kesucian atas kehidupan mereka, orang yang mendukung agresor (penjajah) dan penguasa yang dzolim serta orang-orang yang menyebarkan kemungkaran dan kejahatan di muka bumi. Terlebih lagi terorisme tersebut dalam rangka menjalankan perintah Allah, Dzat yang telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menteror musuh-musuh-Nya.
Aksi-aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin dalam rangka melawan orang-orang yang mendukung Thagut, menyembah dan mematuhinya, juga digunakan untuk melawan orang-orang yang tidak memiliki perjanjian keamanan dengannya. Islam tidak membenarkan adanya penghianatan yaitu hidup di tengah-tengah orang dimana kamu memiliki perjanjian keamanan lalu membunuhnya dan mengambil hartanya seperti orang-orang yang memiliki kewarganegaraan atau perjanjian dengan rezim dimana mereka hidup dalam suatu negara seperti AS, Inggris, Spanyol, Italia, dan lain-lain (karena berbeda halnya dengan hidup di bawah penguasa muslim yang murtad di negeri muslim). Secara lengkap dilarang melaksanakan aksi penyerangan melawan orang (yang mereka memiliki perjanjian dengannya), secara fakta itu adalah dosa besar dan dianggap sebagai bentuk penghianatan dalam Islam.
Definisi terorisme menurut orang-orang kafir adalah tidak relevan (tidak berhubungan) dan tidak signifikan bagi orang muslim. Ini disebabkan karena kita hanya merujuk pada Islam sebagai maraji’ (referensi) yaitu poin rujukan dan furqon (kriteria pembeda antara yang hak dan yang bathil). Dalam kasus definisi mereka terorisme juga diaplikasikan kepada mereka sendiri sebagaimana mereka telah mensistem untuk melakukan aksi penyerangan melawan orang-orang yang tidak berdosa untuk membenarkan politik mereka sendiri.
Ummat muslim seharusnya tidak boleh takut untuk dikatakan sebagai teroris, fundamentalis, dan ekstrimis. Pertama itu merupakan bagian propaganda orang-orang kafir melawan Islam dan kaum muslimin, juga digunakan melawan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, mereka adalah orang-orang yang dilabeli sebagai teroris, ekstrimis, ahli magic, pembohong dan ahli sihir! Kedua, karena itu adalah hal yang benar, kita adalah teroris sebagaimana Allah telah memerintahkan kapada kita untuk menggunakan terorisme. Kita juga adalah orang fundamentalis karena kami merujuk pada fundamental (dasar-dasar fondasi) dari Islam seperti Tauhid dan sebagai seorang yang ekstrimis karena sejak awal kita sangat ekstrim melawan pornografi, alkohol, klub-klub malam, kedzoliman, kekejaman, penyimpangan, kejahatan, dan lain-lain, yaitu hukum buatan manusia.
Ummat muslim seharusnya sadar bahwa oang-orang kafir akan selalu bermain-main dengan terminologi perang dalam rangka untuk membungkam orang-orang beriman dan menjadikan kita tampak sebagai agresor. Bagaimanapun, ini tidak akan berpengaruh kepada Mujahidin (orang-orang yang mencintai Allah lebih daripada siapapun dan tidak pernah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun) karena mereka sadar bahwa kita ini berada dalam perang antara Islam dan kekufuran, kebenaran akan selalu berada diantara golongan minoritas. Allah SWT berfirman :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S Al Anaam,6:116).
Kecintaan dan ketakutan mereka hanya pada Allah, Allah melarang mereka untuk takut kepad orang-orang kafir dan propagandanya. Mereka tetap teguh dalam masa yang krisis dan sulit ini, selalu memohon kepada Allah untuk mendukung dan memberikan kemenangan padanya (bukan pada PBB atau anggota parlemen). Mereka mengetahui Tuhan yang mereka sembah (nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan memahami kebenaran dari makna Laa Ilaaha Illallah, meninggalkan hawa nafsu, Tuhan-tuhan palsu, adat, tradisi, dan lain-lain lalu beriman kepada Allah semata.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Islam datang sebagai sesuatu yang ‘asing’ dan akan kembali menjadii sesuatu yang ‘asing’. Surga bagi orang-orang yang ‘asing’. Beliau SAW ditanya :”Ya Rasulullah, siapakah Al Ghouroba’ itu (orang-orang yang ‘asing’ itu)? Beliau menjawab : orang-orang yang meninggalkan (suku, adat, tradisi, dan lain-lain dari kaumnya)”.
Oleh karena itu, dalam masa krisis ini, sangat penting untuk bersama dengan golongan minoritas dan orang-orang yang terlihat sebagai oprang-orang yang ‘asing’ atau aneh. Semoga Allah mengembalikan kekhalifahan (negara Islam) sesegera mungkin kepada kita dan yang terakhir memberikan pemahaman kepada kita yang benar akan Tauhid, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
dinukil dan diambil oleh Al-akh Ovry K Adrianto, S, Kom dari situs Al-Muhajirun (Pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah) di http://www.almuhajirun.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-77947609929935789592008-06-22T14:15:00.001+07:002008-06-22T14:18:48.515+07:00Syaikh Usamah bin Ladin - Kuffar America’s Most Wanted ManKetika Timur Tengah menikmati peningkatan ekonomi hasil dari perdagangan minyak pada tahun-tahun 1970-an, Muhammad bin Ladin, berhijrah dari Yaman dan bermastautin di Saudi Arabia. Beliau memulakan sebuah perniagaan yang kemudiannya menjadi salah satu daripada syarikat pembinaan yang terbesar di Timur tengah, Bin Ladin Corporation. Syarikat ini terbabit dengan pembinaan jalanraya, bangunan, masjid, lapangan terbang dan lain-lain prasarana di kebanyakan negara-negara Timur Tengah.
Usama adalah anak kepada Muhammad bin Ladin. Sebagai seorang anak muda, beliau jelas lebih warak daripada saudara-saudaranya yang lain dan penglibatan syarikat keluarga beliau dalam pembinaan semula Masjidil-Haram dan Masjid-an-Nabawi di Makkah dan Madinah telah memberi kesan yang mendalam kepada beliau.
Pada tahun 1979, saat beliau baru saja menamatkan pelajaran di Universitas King Abdul Aziz di Jeddah dengan memperoleh ijazah dalam bidang Kejuruteraan Sivil, Soviet Union menyerang dan menduduki Afghanistan. Pihak Mujahideen mengeluarkan permohonon bantuan internasional. Usama bin Ladin menyahut seruan itu dengan menghantar dirinya sendiri bersama-sama dengan jentolak-jentolak keluarganya ke Afghanistan. Beliau tersentuh, kata beliau, dengan permintaan dari umat Islam yang lemah menghadapi ‘kuasa-besar’ abad ke-20. “Di dalam agama kita, terdapat tempat yang istimewa di akhirat nanti kepada mereka yang menyertai Jihad,” kata beliau. “Sehari di Afghanistan adalah seperti 1000 hari sholat di mana-mana masjid biasa.”
Pada mulanya sumbangan beliau lebih kepada sumbagan sokongan. Beliau merekrut beribu-ribu pejuang Arab dari Timur Tengah, membiayai ongkos mereka ke Afghanistan dan mendirikan kem-kem untuk melatih mereka. Kemudiannya beliau juga telah mereka-bentuk terowong-terowong pertahanan dan parit-parit di sepanjang sempadan Pakistan, memandu jentolak, menghadapi risiko tembakan-tembakan helikopter Soviet.
Tidak lama kemudian, beliau sendiri mula menggalas Kalashnikov dan menyertai pertempuran. Pada tahun 1986, beliau bersama-sama beberapa dozen pejuang Arab berjaya mematahkan serangan pihak Soviet ke atas sebuah bandar yang bernama Jaji, tidak jauh dari sempadan Pakistan. Kepada para Mujahideen Arab tersebut, kejayaan ini adalah antara bukti pertama bahawa pihak Russia boleh dikalahkan. Setahun kemudian, Bin Ladin memimpin satu serangan ke atas tentera Soviet di dalam pertempuran Shaban. Pertempuran tangan yang hebat menyebabkan ramai dari para Mujahideen gugur shahid. Walaubagaimanapun Usama dan para Mujahideen pimpinannya berjaya juga menghalau pihak Soviet keluar dari kawasan tersebut, dengan Pertolongan Allah SWT.
“Beliau merupakan seorang wira pada kami kerana beliau sentiasa di barisan depan, sentiasa mara ke hadapan,” ujar Hamza Mohammed, seorang pejuang Palestin yang menyertai Jihad di Afghanistan dan kini menguruskan salah sebuah projek pembinaan Bin Ladin di Sudan. “Beliau bukan sekadar memberikan wang beliau, tetapi beliau juga memberikan diri beliau. Beliau datang dari istana beliau untuk tinggal bersama-sama dengan orang miskin Afghan dan para pejuang Arab. Beliau masak dengan mereka, makan dengan mereka, menggali kubu-kubu dengan mereka. Itulah cara Bin Ladin.”
Semasa pembesaran Masjidil-Haram dan Masjid-an-Nabawi pada sekitar 1980-an, Raja Fahd sendiri menawarkan Usama kontrak untuk membesarkan Masjid Rasulullah SAW di Madinah. Kontrak ini akan memberikan untung bersih sebanyak $90 juta kepada beliau. Beliau menolak tawaran ini kerana beliau tahu tawaran ini adalah untuk mengalih perhatian beliau dari Jihad di Afghanistan kepada pembinaan masjid. Beliau pernah berkata bahawa kekayaan beliau bertambah dan perniagaan beliau semakin maju selaras dengan bertambahnya wang yang beliau belanjakan untuk Jihad.
Bin Ladin pulang ke tanahair dan disambut sebagai kenamaan. Tetapi kepopularan beliau mula menghilang apabila beliau mula mengatakan kebenaran terutamanya yang menyentuh rejim Saudi. Kerajaan tersebut sudahpun dikiritik oleh para aktivis Islam kerana penyelewengan dan tidak melaksanakan perundangan Islam. Semua ini juga ditentang oleh Bin Ladin. Akhirnya apabila Raja Fahd membenarkan tentera kuffar Barat masuk ke Saudi ketika Perang Teluk, beliau mula mengkritik kerajaan dengan terbuka. Beliau juga menjadi sasaran kempen penganiayaan ke atas aktivis Islam lantas beliau melarikan diri ke Sudan pada 1991. Sejumlah besar ‘Arab Afghan’ dari pelbagai negara mengikut beliau ke Sudan dan bekerja di syarikat yang beliau tubuhkan di Sudan. Beliau berusaha membantu Sudan dengan membina prasarana. Kerajaan Saudi mengisytiharkan beliau penjenayah dan kewarganegaraan beliau dilucutkan. Sejumlah wang yang banyak juga diletakkan untuk kepala beliau.
Di Sudan, perniagaan beliau berkembang maju sehingga menjadi lebih besar dari yang di Timur Tengah. Satu cubaan membunuh beliau telah dilakukan di Sudan tetapi beliau berjaya menyelamatkan diri walaupun mengalami kecederaan. Beliau tinggal di Sudan selama kira-kira lima tahun, membiayai Jihad di pelbagai negara di dunia seperti Afghanistan, Bosnia, Yaman, Chechnia dan lain-lain tempat, sehinggalah kerajaan Sudan mengusir beliau atas tekanan dari Amerika Syarikat dan atas tuduhan beliau membiayai gerakan pengganas (gelaran kuffar Barat kepada Mujahideen) di seluruh dunia.
Dengan kekayaan peribadi yang dianggarkan sekitar $300 juta, beliaulah yang dianggap sebagai ‘U.S. State Department’ sebagai,"seorang daripada penaja kewangan utama gerakan extermist Islam di dunia kini.” Ataupun seperti mana yang dikatakan oleh seorang pegawai Amerika Syarikat, beliau adalah ‘ikan besar’ kerana reputasi keperwiraan beliau memberikan beliau pengaruh. Menurut pegawai ini,"Bin Ladin adalah orang yang boleh pergi menemui seseorang dan berkata, ‘Saya mahu awak tuliskan cek 6 angka,’ dan beliau akan mendapat cek tersebut serta-merta.”
Pada musim panas 1996, Bin Ladin berpindah dari Sudan ke Afghanistan. Beliau kini di Afghanistan membantu membiaya dan menyusun para Mujahideen seluruh dunia. Selepas keadaan yang semakin buruk di Saudi Arabia, selepas penahanan para ulama dan ratusan pemuda-pemuda Mujahideen, selepas kekayaan negara tergadai kepada Barat dan pendudukan tentera Amerika di 3 bumi suci, Bin Ladin membuat keputusan untuk bertindak. Pada 26 Ogos 1996, beliau mengeluarkan kenyataan yang pertama. Dokumen berbahasa Arab setebal 12 halaman yang bertajuk,"Pengisytiharan Perang” oleh Usama bin Muhammad bin Ladin. Kenyataan ini memberikan amaran terakhir kepada semua tentera Amerika agar meninggalkan bumi suci umat Islam, atau mereka akan menerima tindakan ketenteraan dari para pemuda yang sama, dengan bantuan Allah SWT, telah mengalahkan kuasa kuffar terbesar di dunia, di Afghanistan.
“Umat Islam terbakar dengan kemarahan kepada Amerika. Demi kebaikannya sendiri, Amerika mesti meninggalkan [Saudi Arabia - bumi tanah haram].” - Usama bin Ladin
Mujahid ini meninggalkan kehidupan mewah dengan kekayaan yang tak termimpi oleh kita. Apakah sebabnya? Apakah yang ada pada Jihad sehingga menjadi lebih manis daripada kehidupan mewah dengan $300 juta? Masihkan kita sayangkan sedikit kekayaan kita dari cinta pada Allah, juga Rasul-Nya? Masihkah kita sayangkan dunia ini hingga melupakan akhirat? Masih lekakah kita dengan hidup sehingga kita melupakan mati; Mati yang hanya sekali itu.... Untuk siapakah mati kita?
Sejarah Kandahar
Pelajaran dari Masjid Kandahar. Setelah solat asar, salah seorang Mulla (Kyai) yang sudah biasa mengajar di jami, masjid Kandahar duduk bersandar pada salah satu sudut masjid, kemudian beberapa puluh pemuda kelihatan berebutan untuk duduk mendekatinya. Setelah melihat murid muridnya duduk dengan tertib, Mulla itu berkata sambil menunjukkan sebuah kitab yang di bawanya: Saya membawa Kitab Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca sejarah Mujahid bernama Usamah.
Lalu beliau memberikan kitab itu kepada salah seorang murid yang duduk di pinggirnya sambil menyuruhnya untuk membaca kitab itu dan memperdengarkan suaranya kepada seluruh teman temannya, pemuda itu menerima kitab itu dengan penuh semangat dan sopan, ia kelihatan bangga mendapat tugas itu dari Mulla. Lalu ia mulai membuka daftar isi Kitab, dan memilih sebuah judul yang bertulis kisah Kedatangan Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya dengan Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid. kemudian ia mulai membaca Basmalah dan puji pujian kepada Allah swt. Dan di teruskan dengan membaca buku itu dengan lantang:
Pada tahun 1417H pada bulan Allah Muharram Usamah datang ke bumi Kandahar, kedatangannya adalah karena ia terusir dari kaumnya di sebabkan ia tegas menolak untuk ikut menyembah berhala yang bernama Amerika, ia bertekad untuk memerangi Amerika tetapi ia tidak mendapat sambutan kaumnya kecuali hanya segelintir dari mereka, dan ada juga beberapa gelintir dari negeri negeri lain yang sudi untuk ikut bersamanya, tetapi mereka semua asing dan lemah, mereka tidak punya kekuatan untuk membela diri.
Kemudian Usamah mendatangi pimpinan pimpinan Qabilah qabilah Arab, meminta mereka untuk membantunya dan memberi jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melawan kekuatan si Berhala Amerika.
Suatu hari ia mendengar bahwa hukum Islam di laksanakan di Sudan, ia mengirim utusan untuk menemui sang Raja umtuk meminta bantuan jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya.
Sang Raja berkata,"pintu kami selalu terbuka dan bumi kami adalah milik kita bersama .. datanglah sebagai tamu terhormat, tanamkan hartamu di sini dan jika kau sudi ikutlah bersama kami berjihad.” (melawan pemberontak Sudan yang di ketuai oleh John Garang)
Usamah sangat gembira mendegar jawaban itu dan segera mempersiapkan diri untuk berhijrah ke negeri Sudan, kemudian ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu’askar (camp) dan melatih Mujahidin bersama pejuang dari kalangan tentara Sang Raja, dan mereka gembira di sana untuk beberapa waktu sambil membina negeri, jalan jalan di perbaiki, pasar pasar menjadi ramai, dan negeripun makin makmur.
Suatu hari berhala Amerika membentak Sang Raja dan berkata “keluarkan mereka dari negerimu !!”
Sang Raja menjawab “daulat tuan.. titahmu kami junjung tinggi, demi mencari ridho mu”
Sang Raja berbalik kepada Usamah seraya berkata: “Keluar dari negeri kami..!!!”
Usamah menajwab “Bukankah kita telah mengikat perjanjian untuk berjihad bersama?”
Sang Raja menjawab “ya..tetapi Jihad melawan John Garang dan bukan Amerika”
Usamah menjawab “Sejak dahulu aku berniat menghancurkannya dan teman temannya”
Sang Raja menjawab “tiadalah kami mempunyai kekuatan, keluarlah dari negeri ini”.
Mulla memberi Isyarat kepada muridnya yang sedang asyik membaca untuk berhenti sejenak karena beliau ingin memberi sedikit keterangan, lalu Mulla berkata,"Dalam hal Usamah, Sudan ternyata lebih takut kepada Amerika berbanding kepada Allah swt, dan ketika itu Sudan sempat kebingungan karena harus melepaskan harta Usamah yang telah banyak di tanamkan bagi perdagangan negeri itu, tetapi ketakutan Sang Raja Sudan kepada Amerika ternyata lebih besar dari kepentingan rakyatnya sendiri, hingga Sang Raja lebih memilih mengusir Usamah demi relanya sang berhala, walau Amerika tetap masih tidak rela kepada Sang Raja Sudan, karena Sang Raja enggan untuk turun dan di ganti oleh John Garang.
Kemudian Mulla berkata,"Baiklah, teruskan bacaanmu nak..!!!” Si pemuda yang tenggelam dengan keterangan Mulla tersentak dan bergegas mencari baris terakhir yang di bacanya tadi..lalu ia meneruskan bacannya Usamah terpaksa mencari siapa yang sudi menjamin dan menolongnya untuk menghancurkan sang berhala, lalu ia mendengar bahwa hukum Islam kembali di laksanakan di Kandahar oleh suatu kaum yang menamakan diri sebagai Taliban, mereka di pimpin oleh si pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid yang di juluki sebagai sang Amir, lalu Usamah mengutus utusan kepadanya.
Amir Taliban berkata: “Mari kita angkat senjata, melawan pemberontak dan perampok perampok di negeri kami”.
Usamah menjawab “Tujuan kami menghancurkan sang berhala”.
Amir menjawab “Allahu Akbar, menghancurkan berhala adalah Hobi kami.”
Usamah menjawab “Bukan sekadar hobi..tetapi demi Jihad Fi sabilillah.”
Amir menjawab “Kami memang Manusia Jihad dan anak anak yang lahir bersama desingan peluru, Peperangan adalah ibu yang menyusui kami.”
Usamah berkata “Sanggupkah kamu bersamaku memerangi Salib?”
Amir menjawab “Berperang dan berdamailah kepada siapapun yang kau kehendaki, berhubunganlah dengan siapapun yang kau kehendaki, ambil seberapa banyak yang kau kehendaki dari harta kami, kami pasti sabar dalam berperang dan berani melangkah kedepan, walau kau ajak kami mengharungi lautan benua untuk memerangi sang Berhala, pasti kan kami harungi bersamamu”.
Usamah berkata “Tapi kau akan ditembak oleh seluruh kaum Arab dan Romawi dari busur panah yang sama,”
Amir menjawab “Yakinlah bahwa semua itu tiada akan terjadi kecuali jika telah diizinkan oleh yang maha Menjadikan.”
Usamah berkata “Tetapi sang berhala akan datang dan mengupah berbagai Kabilah untuk mebnghabisimu,”
Amir menjawab “Allah pelindung kami, sedang mereka tiada memiliki pelindung.”
Usamah masih belum yakin, dan berkata “Tahukah engkau bahwa sang berhala mempunyai bala tentara dan pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menguasai negerimu.”
Amir menjawab “Ya kami tahu, tetapi kami tidak akan berkata seperti perkataan kaum Musa as. Kepada Nabinya ‘Pergilah engkau (wahai Musa) berperang bersama Robbmu, dan kami akan tetap tinggal di sini’, sungguh wahai Usamah kami akan mengawalmu dari kanan dan kiri, depan dan belakangmu, dengan harapan semoga Allah memperlihatkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu, sungguh negeri ini belum pernah di jajah oleh suatu tentara, pasti mereka akan lintang pukang lari- kecuali tentara Qutaibah.”
Usamah berkata “Umat manusia akan berlepas diri darimu dan penduduk bumi akan meninggalkanmu sendiri.”
Amir menjawab “Cukuplah bagi kami keberadaan Allah, dan jika ia sudi akan menyatukan kami dengan penghuni Firdaus di Langit.”
Usamah berkata “Mereka akan memboikotmu dan membiarkanmu kelaparan.”
Amir menjawab “Sesungguhnya Allah maha memberi Rezki dan maha mempunyai kekuatan yang besar.”
Usamah berkata “Mereka hanya ingin menangkapku.”
Amir menjawab “Tenanglah, mereka tidak akan menyentuhmu selagi mata kami belum tertidur.”
Usamah berkata “Apakah kalian akan menjagaku sebagaimana kalian menjaga anak dan Isteri?”
Amir menjawab “Ya DemiAllah, bahkan mereka akan kami keluarkan dari rumah kami agar kau bisa tinggal di rumah kami, Darah harus dibayar darah, kehancuran pun begitu, Pukullah si berhala dan jangan lupa membaca Basmalah, pukullah..!!! akan kami korbankan anak anak dan ibu ibu kami, pukullah dan berlindunglah di belakang kami, biar leher kami mereka cekik asal lehermu selamat, teruskan pukulanmu semoga Rabbul Jabbar bersama kita.”
Tiba-tiba si pemuda berhenti membaca karena mendegar isakan dari Mulla, ia terkejut melihat Mulla telah menutupi mukanya dengan serban dan badannya bergoncang menahan isakan sambil terus menerus bertakbir, seluruh pemuda terdiam tanpa sepatah kata. Mulla mulai membersihkan matanya yang telah di penuhi genangan air, kemudian berkata : “Aku telah banyak membaca buku buku sejarah, tetapi aku belum mendapati suatu kaum yang lebih jujur dari mereka ketika menolong seseorang, kecuali kaum Aus dan Khazraj, para Anshar yang menolong Rasul saw. Lihatlah kubur kubur mereka di lereng lereng pegunungan Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul sebagai bukti bahwa mereka benar benar pemberani.
Aku mendengar bahwa tentara Salib sempat menawan salah seorang dari mereka, kemudian ia ditawari agar memberi tahukan keberadaan Usamah yang bersembunyi dengan imbalan ia akan di bebaskan kembali dan di beri uang tetapi ia menjawab ‘Demi Allah kalau Usamah bersembunyi di bawah telapak kakiku, aku tidak akan mengangkatnya untuk menunjukkannya kepadamu’.” Kemudian Mulla kembali terisak, dan kali ini terdengar makin keras.. nampaknya Mulla sudah tidak bisa meneruskan pelajarannya lagi.. ia bangun meninggalkan kumpulan pemuda itu sambil terus menangis…
diambil dan disadur oleh: Ustadz Muhammad Lukman as-Sundawy, SH, I dari http://www.arrahmah.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-20801412613728155802008-06-22T14:11:00.000+07:002008-06-22T14:12:37.674+07:00Kandungan LAA ILAAHA ILLALLAAH..." Kandungan LAA ILAAHA ILLALLAAH... "Oleh: Al Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya seluruhnya. Wa ba’du:
Apa yang dikandung oleh Laa ilaaha illallaah sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Muhammad At Tamimi rahimahullah yaitu menafikan atau meniadakan empat hal, maksudnya orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan dikatakan memegang Laa ilaaha illallaah: dikatakan muslim, mukmin apabila dia meninggalkan atau menjauhi, atau berlepas diri dari empat hal, yaitu:
1. Alihah (sembahan-sembahan)
2. Arbab (tuhan-tuhan pengatur)
3. Andad (tandingan-tandingan)
4. Thaghut
Jadi Laa ilaaha illallaah menuntut kita untuk berlepas diri, menjauhi, meninggalkan empat hal tadi dan kita akan membahas satu demi satu dari keempat hal tersebut.
1. Alihah
Alihah adalah jamak daripada ilah, yang artinya tuhan. Jadi Laa ilaaha illallaah ketika kita mengucapkannya: tidak ada ilah, tidak ada tuhan yang diibadati kecuali Allah, berarti menuntut dari kita untuk meninggalkan ilah-ilah selain Allah (tuhan-tuhan selain Allah) dan yang penting bagi kita disini adalah memahami apa makna ilah. Karena kalau kita melihat realita orang yang melakukan kemusyrikan pada jaman sekarang, mereka tidak menamakan apa yang mereka ibadati selain Allah itu sebagai ilah (sebagai tuhan) akan tetapi dengan nama-nama yang lain. Dan kalau kita memahami makna ilah, maka kita akan mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh si fulan atau masyarakat fulani itu adalah mempertuhankan selain Allah.
Ilah, definisinya adalah: Apa yang engkau tuju dengan sesuatu hal dalam rangka mencari manfaat atau menolak bala (bencana) .
Kalimat “dengan sesuatu hal” adalah suatu tindakan atau suatu perbuatan. Dengan contoh:
Contoh 1:
Batu besar (ini adalah sesuatu), lalu orang datang menuju ke batu besar tersebut dengan sesajian, bisa berbentuk cerutu, kopi pahit, atau rujak-rujakan, atau apa saja, ataupun bekakak ayam. Batu ini adalah sesuatu yang dituju oleh orang tersebut dengan suatu hal tadi (sesajian, cerutu, dll) pasti ada maksudnya, karena tidak mungkin seseorang menyimpan sesajian-sesajian pada batu besar tersebut dengan tujuan agar dimakan semut, tidak…bukan itu maksudnya, akan tetapi maksudnya adalah sebagai bentuk mencari manfaat atau tolak bala. Ada yang minta dijauhkan dari bala (bencana), karena menurut keyakinannya bahwa pada batu besar itu ada yang menunggunya.
Ketika orang tadi melakukan tindakan pada batu besar itu dengan persembahan-persembahan tadi dalam rangka tolak bala atau minta manfaat, berarti batu besar ini adalah ilah yang dipertuhankan selain Allah, sehingga pengucapan Laa ilaaha illallaah itu adalah tidak benar… bohong !, dengan kata lain orang tersebut belum muslim meskipun dia shalat, shaum, zakat, haji, dan lainnya.
Contoh 2:
Pohon besar, dituju oleh seseorang atau masyarakat dengan sesuatu hal tadi (sesajian-sesajian). Pasti ada maksudnya, kalau bukan tolak bala berarti meminta manfaat.
Berarti disini pohon besar itu adalah dipertuhankan selain Allah dengan kata lain bahwa orang yang melakukannya itu telah melanggar Laa ilaaha illallaah atau dia belum muslim, karena seharusnya dia meninggalkan hal itu.
Contoh 3:
Dewi Nyi Roro Kidul… biasanya orang pantai selatan, mereka datang ke pantai tersebut menuju Nyi Roro Kidul dengan suatu hal seperti “Pesta Laut”, dengan cara melemparkan makanan-makanan ke laut untuk persembahan ke Dewi Nyi Roro Kidul, kata mereka ada maksudnya… apa ? yaitu tolak bala atau cari manfaat.
Disini berarti Nyi Roro Kidul itu adalah ilah, yang telah dipertuhankan selain Allah. Mereka yang melakukan pesta laut itu adalah orang-orang musyrik ! bukan orang-orang muslim.
Contoh 4:
Di sebagian masyarakat ada yang berkeyakinan bahwa Dewi Sri itu adalah Dewi Padi. Petani datang ke sawah dengan membawa kelapa muda atau rujak-rujakkan atau terkadang tumpeng, lalu disimpan di pematang sawah. Buat siapa…? Kata mereka buat Dewi Sri.
Dewi Sri adalah sesuatu yang dituju oleh orang atau oleh petani tersebut dengan suatu hal tadi (sesajian-sesajian) apa maksudnya…? Kalau bukan tolak bala berarti meminta manfaat agar panennya berhasil atau supaya tidak ada hama, dst. Berarti Dewi Sri ini telah dipertuhankan selain Allah, dan berarti orang-orang tersebut telah melanggar Laa ilaaha illallaah, dengan kata lain belum muslim.
Contoh 5:
Orang mau membuat rumah, di mana kata masyarakat bahwa di daerah yang akan dibangun rumah itu terdapat jin penunggunya. Ketika membuat rumah, maka orang tersebut menuju sesuatu itu (jin) dengan sesuatu hal berupa tumbal (seperti: memotong ayam lalu dikubur sebelum dibuat pondasi rumah) dalam rangka supaya tidak digangu oleh jin tersebut.
Berarti jin ini adalah sesuatu yang dituju oleh pemilik rumah dengan sesuatu (tumbal) dalam rangka tolak bala. Dan berarti jin ini telah dipertuhankan selain Allah, dan orang yang melakukan perbuatan tersebut adalah orang musyrik…! Bukan muslim, meskipun dia shalat, shaum, zakat, haji dan yang lainnya.
Contoh 6:
Kuburan, baik itu kuburan Nabi atau kuburan wali atau kuburan siapa saja. Orang menamakan kuburan tersebut adalah kuburan keramat sehingga orang datang ke kuburan tersebut.
Kuburan adalah sesuatu, kemudian dituju oleh orang tersebut dengan sesuatu., ada yang minta ke penghuni kubur tersebut jodoh, bahkan ada yang minta do’anya (sedang meminta do’a kepada yang sudah meninggal adalah tidak dibolehkan), berarti kuburan ini adalah sesatu yang dituju oleh orang tadi dalam rangka meminta manfaat, minta jodoh, minta rizqi, atau minta do’a, ada juga yang minta agar dijauhkan dari bala. Berarti kuburan tersebut telah dipertuhankan selain Allah, dan orang-orangnya adalah orang-orang musyrik…
Mereka beralasan bahwa bahwa kami ini adalah orang kotor, sedangkan wali ini adalah orang suci, bersih, dan dekat dengan Allah, sedangkan Allah itu Maha Suci, jika kami orang kotor lalu minta langsung kepada Allah maka kami malu, sebagaimana kalau minta suatu kebutuhan pada penguasa kita tidak langsug datang ke penguasa tersebut, akan tetapi melalui orang dekatnya… jadi dia menyamakan Allah dengan makhluk. Perbuatan tersebut adalah penyekutuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berarti orangnya adalah orang musyrik dan orang tersebut telah mempertuhankan selain Allah, walaupun dia tidak mengatakan bahwa dirinya telah mempertuhankan selain Allah.
Walaupun batu besar, pohon besar, atau kuburan keramat itu tidak disebut tuhan, akan tetapi hakikat perbuatan mereka itu adalah mempertuhankan selain Allah. Maka orang-orang yang melakukan hal itu adalah bukan orang-orang muslim. Dan kalau kita hubungkan dengan realita, ternyata yang melakukan hal itu umumnya adalah orang yang mengaku muslim. Mereka itu sebenarnya bukan muslim tapi masih musyrik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan tentang orang-orang kafir Arab, karena di antara kebiasan mereka adalah menjadikan Latta sebagai perantara, mereka memohon kepada Latta ~yang dahulunya orang shalih~ untuk menyampaikan permohonan mereka kepada Allah. Ketika mereka diajak untuk mengatakan dan komitmen dengan Laa ilaaha illallaah maka mereka menolaknya, Allah ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena seorang penyair gila?" (QS. As Shaffat [37]: 35-36)
Dalam ayat ini Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam digelari “penyair gila”, padahal sebelumnya mereka menyebutnya “Al Amin” (yaitu orang jujur lagi terpercaya), mereka memahami bahwa apabila komitmen dengan Laa ilaaha illallaah konsekuensinya adalah meninggalkan ilah-ilah tadi (batu-batu keramat, pohon-pohon keramat, kuburan keramat, dst), sedangkan mereka itu tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Juga ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menawarkan kepada mereka… beliau mengatakan: “Maukah kalian berikan kepada saya satu kalimat yang dengannya kalian akan mampu mendudukan orang-orang Arab dan ‘Ajam ?”, Abu Jahhal mengatakan: “Senang sekali, saya akan memberikannya… bahkan 10x lipat dari kalimat yang kamu minta itu”, kemudian Rasulullah mengatakan: “Katakan; Laa ilaaha illallaah”. Lalu mereka bangkit dan pergi sambil mengatakan: “Apakah kami harus menjadikan ilah-ilah itu hanya menjadi satu saja ?, ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan !!” [sebagiannya diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim]
Mereka paham akan Laa ilaaha illallaah, karena tidak sulit dan mereka tidak perlu diajarkan artinya, tidak seperti di kita. Sedangkan di antara makna adalah itu bahwa mereka harus meninggalkan alihah selain Allah, sehingga karenanya mereka menolak. Jadi, mereka enggan meninggalkannya, berbeda dengan orang sekarang ; mengucapkan mau… bahkan ratusan kali, ribuan kali akan tetapi perbuatannya bertentangan dengan kandungan daripada Laa ilaaha illallaah.
Ini adalah yang pertama, alihah: sesuatu yang engkau tuju dengan suatu hal dalam rangka tolak bala atau meminta manfaat. Mudah-mudahan yang pertama ini jelas…
2. Arbab (tuhan-tuhan)
Laa ilaaha illallaah menuntut kita untuk meninggalkan Arbab, berlepas diri daripada Arbab. Apa Arbab…?? Ia adalah bentuk jamak daripada Rabb, yang artinya tuhan pengatur atau yang mengatur, berarti kalau kata-kata “atur” maka berhubungan dengan aturan, seperti hukum/undang-undang. Jadi Rabb adalah tuhan yang mengatur, yang menentukan hukum.
Kita sebagai makhluk Allah, dan konsekuensi sebagai makhluk yang diciptakan Allah yang mana Dia juga telah memberikan sarana kepada kita, maka yang berhak menentukan adalah… hanya Allah. Jadi Allah disebut Rabbul ‘alamin karena Allah yang mengatur alam ini baik secara kauniy (hukum alam) maupun secara syar’iy (syari’at). Sedangkan jika ada orang yang mengaku atau mengklaim bahwa dia berhak mengatur, berarti dia memposisikan dirinya sebagai rabb.
Apa rabb itu…? Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah mendefinisikan rabb itu adalah: “Yang memberikan fatwa kepada engkau dengan fatwa yang menyelisihi kebenaran, dan kamu mengikutinya seraya membenarkan”.
Ketika orang mengikuti apa yang bertentangan dengan hukum Allah maka dia disebut mempertuhankan, sedangkan yang diikutinya yang mana ia mengetahui bahwa hal itu pembuatan aturan, maka dia memposisikan dirinya sebagai Rabb. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah [9]: 31)
Pada ayat ini Allah memvonis orang Nashara dengan lima vonis:
1. Orang-orang nashara tersebut telah mempertuhankan para alim ulama dan pendeta mereka .
2. Mereka telah beribadah kepada selain Allah
3. Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4. Mereka musyrik
5. Alim ulama dan pendeta mereka telah memposisikan dirinya sebagai Arbab… sebagai Tuhan.
Ketika ayat ini dibacakan dihadapan shahabat ‘Adiy Ibnu Hatim, asalnya beliau ini Nashrani sedang beliau datang kepada Rasul dalam keadaan masih Nashrani. Dan ketika mendengar ayat ini dengan vonis-vonis di atas, maka ‘Adiy Ibnu Hatim mengatakan: Kami (maksudnya: dia dan orang-orang Nashrani) tidak pernah shalat, sujud kepada alim ulama kami, atau kepada pendeta kami, lalu kenapa Allah memvonis kami musyrik, kami melanggar Laa ilaaha illallaah dst. Jadi dalam benak ‘Adiy Ibnu Hatim bahwa yang namanya kemusyikan itu adalah shalat, sujud atau memohon kepada selain Allah. Sehingga mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah kemusyrikan, mereka heran… sebenarnya apa kemusyrikan yang dilakukan dan bagaimana bentuknya sehingga kami disebut telah mentuhankan alim ulama ? maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata: “Bukankah alim ulama dan pendeta kalian itu menghalalkan apa yang telah Allah haramkan lalu kalian ikut-ikutan menghalalkannya ?, bukankan mereka mengharamkan apa yang telah Allah halalkan kemudian kalian juga mengharamkannya ?”, lalu ‘Adiy berkata: “Ya !”, maka Rasul berkata: “Itulah bentuk peribadatan (orangt nashrani) terhadap mereka”
Jadi, ketika alim ulama memposisikan dirinya sebagai pembuat hukum mengklaim memiliki kewenangan untuk membuat hukum (sekarang: undang-undang) maka dia mengkalim bahwa dirinya sebagai tuhan… sebagai Rabb. Sedangkan orang yang mengikuti atau menjalankan hukum-hukum yang mereka buat itu, maka Allah memvonisnya sebagai orang yang telah mempertuhankan, yang beribadah kepada si pembuat hukum itu dan melanggar Laa ilaaha illallaah lagi musyrik…!
Di dalam contoh ayat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (QS. Al An’am [6]: 121)
Ayat ini berkenaan tentang masalah bangkai, dan kita mengetahui bahwa bangkai adalah haram. Dan dalam ajaran orang-orang kafir Quraisy bahwa bangkai adalah sembelihan Allah, dan dalam hadits Ibnu ‘Abbas yang diriwayatkan Al Hakim dengan sanad yang shahih: “Orang-orang Quraisy datang kepada Rasul: “Hai Muhammad, kambing mati siapa yang membunuhnya ?”, beliau berkata: “Allah yang mematikannya”, lalu mereka berkata: “Kambing yang kalian sembelih kalian katakan halal, sedangkan kambing yang disembelih Allah dengan Tangan-Nya yang mulia dengan pisau dari emas (maksudnya bangkai) kalian katakan haram ! berarti sembelihan kalian lebih baik daripada sembelihan Allah”.
Dan ucapan ini adalah bisikan atau wahyu syaitan kepada mereka dan ketahuilah: “Jika kalian mentaati mereka (ikut setuju dengan hukum dan aturan mereka yang bertentangan dengan hukum dan aturan Allah) maka kalian ini orang-orang musyrik”.
Dalam hal ini ketika orang mengikuti hukum yang bertentangan dengan aturan hukum Allah disebut musyrik, padahal hanya dalam satu hal saja, yaitu penghalalan bangkai. Sedangkan orang yang membuat hukumnya disebut syaitan, dan hukum tersebut pada dasarnya adalah wahyu syaitan atau bisikan syaitan, kemudian digulirkan oleh wali-wali syaitan dari kalangan manusia, dan orang yang mengikuti hukum-hukum tersebut disebut sebagai orang musyrik…!
Agar lebih kuat lagi, mari kita lihat firman Allah:
“...Menentukan hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf [12]: 40)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa hak menentukan hukum itu hanyalah milik Allah, hak membuat hukum, aturan, undang-undang hanyalah milik Allah. Dan Allah memerintahkan agar tidak menyandarkan hukum kecuali kepada Allah.
Dalam ayat ini penyandaran hukum disebut ibadah. Jika disandarkannya kepada Allah berarti ibadah kepada Allah, sedangkan jika disandarkan kepada selain Allah berarti ibadah kepada selain Allah, itulah dien yang lurus… ajaran yang lurus, akan tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui.
Jadi Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa hak menetapkan hukum, aturan, undang-undang hanya di Tangan Allah, ketika dipalingkan kepada selain Allah maka itu artinya memalingkan ibadah kepada selain Allah, dengan kata lain adalah syirik dan orangnya disebut musyrik.
Makanya tidak aneh, ketika hal itu dipalingkan kepada alim ulama dan pendeta disebut musyrik, ibadah kepada selain Allah, mempertuhankan alim ulama. Jadi, dalam satu hal saja orang yang mengikutinya itu disebut musyrik
“…dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (QS. Al An’am [6]: 121)
Sekarang… kita hubungkan dengan realita: adakan sistem demokrasi ?! Yang namanya orang berpendidikan pasti mengetahui apa demokrasi, yaitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Jadi, dalam demokrasi yang berdaulat, yang berhak menentukan hukum itu adalah rakyat. Apa yang diinginkan rakyat atau mayoritasnya itu adalah kebenaran yang wajib diikuti, dan memang dalam sistem demokrasi seperti itu !
Sistem demokrasi berawal ketika Revolusi Prancis, di mana hal itu dilakukan agar terlepas dari kungkungan gereja yang mengekang mereka karena kekuasaan kaisar-kaisar pada saat itu, dengan kedzaliman yang mereka lakukan, kediktatoran otoriter di atas nama tafwidl ilahiy (atas nama kewenangan Tuhan) maka terjadilah revolusi yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Tuhan yang diberikan kepada rakyat yang mana demokrasi ini dibangun di atas beberapa pilar:
1. Kebebasan keyakinan, dengan nama lain kebebasan meyakini apa saja.
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat
3. Hukum berada di tangan rakyat
4. Melepas norma akhlak dari agama
Dan dalam masalah ini bila mengambil masalah “hukum berada ditangan rakyat”, di mana yang berhak memutuskan hukum aturan/undang-undang dalam sistem itu adalah rakyat, yang mana dalam sistem demokrasi perwakilan diwakilkan melalui pemilu (intikhab).
Dalam demokrasi, bahwa yang berhak memutuskan hukum itu rakyat, setiap individiu-individu rakyat memiliki kewenangan mambuat hukum dengan kata lain, bahwa rakyat itu memiliki sifat ketuhanan yaitu pembuatan hukum, akan tetapi kalau rakyat yang berjumlahnya berjuta-juta ini kumpul semuanya adalah tidak mungkin, maka diwakilkan hak ketuhanannya itu lewat pemilu dan ketika “nyoblos” itu pada dasarnya mewakilkan hak ketuhanannya kepada wakilnya yang nantinya akan dipajang di gedung Parlemen. Dan nantinya akan membuat hukum atas nama rakyat. Hal ini bisa dilihat ketika pada saat sidang-sidang thaghut itu di mana mereka mengatasnamakan rakyat, karena mereka adalah perwakilan rakyat… aspirasi rakyat. Jadi, dalam sistem demokrasi ini bahwa yang berwenang atau menentukan hukum dan undang-undang adalah rakyat.
Jika dalam surat Al An’am 121 yang mana satu hukum saja dipalingkan kepada selain Allah dihukumi syirik dan yang membuatnya di sebut wali syaitan (Arbab ). Maka apa gerangan dengan sistem demokrasi ini, yang mana bukan hanya satu hukum, akan tetapi seluruh hukum dipalingkan dari Allah kepada makhluk (rakyat)…?? Makanya dalam Undang Undang Dasar dalam Bab 1 (1) ayat 2 dikatakan: “Kedaulatan berada di tangan rakyat”. Jika dahulu sebelum diamandemen dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), maka sekarang adalah dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Jadi, kedaulatan atau hak hukum itu berada di tangan rakyat, atau dengan lain kata bahwa demokrasi itu merampas sifat ketuhanan dari Allah dan diberikan kepada rakyat yang nantinya akan terwujud dalam wakil-wakil rakyat yang ada di gedung Parlemen (MPR/DPR atau yang lainnya).
Jika sekarang kita ingin mengetahui siapa Arbab -Arbab… para pengaku tuhan di NKRI (Negara Kafir Republik Indonesia) ini, maka tinggal membaca kitab Undang Undang Dasar 1945 dan di dalamnya akan didapatkan: Bahwa setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan Rancangan Undang Undang (RUU) atau akan didapatkan juga pasal: Bahwa Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang Undang… dst. Dan juga yang berkaitan dengan otonomi daerah: “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintahan setempat diberikan kewenangan membuat undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah”. Dan itu semua adalah Arbab -Arbab yang ada di Indonesia… sekali lagi, jika ingin mengetahui siapa Arbab atau para pengaku tuhan maka pahamilah Tauhid lalu baca Undang Undang Dasar 1945, maka akan diketahui bahwa mereka adalah para pengaku tuhan.
Jadi demokrasi ini adalah sistem syirik sedangkan hukum yang muncul dari bingkai demokrasi dalam bentuk apapun itu adalah syari’at demokrasi… syari’at syirik walaupun ~umpamanya~ “potong tangan” muncul dalam bingkai demokrasi, maka hakikatnya adalah bukan hukum Allah akan tetapi hukum demokrasi, karena munculnya bukan dari Allah, tapi dari sang pembuat hukum yang di akui dalam sistem demokrasi, yaitu rakyat (wakil rakyat) sehingga bukan ayat Al Qur’an lagi yang tertera, akan tetapi: Tap MPR no sekian… atau perpu no sekian… seperti itulah yang ada.
Dan ketika membuatnya: mereka (partai-partai Islam) mengambil dari Al Qur’an tentang potong tangan, dengan kata lain proposal diambil dari Al Qur’an (dari Allah) kemudian disodorkan kepada tuhan-tuhan “besar” yang ada di gedung MPR/DPR… disodorkan kepada Arbab-Arbab itu, setelah itu akan terjadi tarik ulur, jadi hukum Allah disodorkan kepada mereka, karena yang namanya proposal itu muncul berawal dari bawah lalu disodorkan ke atas, dan ketika berada di atas (MPR/DPR) setuju atau tidak. Jika tidak setuju maka jelaslah kekafirannya, dan ketika setuju juga jelas kekafirannya, karena hal itu menunjukan bahwa Allah itu tidak diakui sebagai Rabb pengatur, akan tetapi merekalah yang berhak mengatur sehingga hukum Allah membutuhkan persetujuan Arbab !!! dan ketika digulirkan tidak mungkin nantinya sesuai dengan firman Allah surat sekian atau ayat sekian… akan tetapi jika yang mengeluarkannya Pemerintah, maka yang keluar adalah perpu no sekian, perda no sekian, jika MPR yang menggulirkannya maka yang yang keluar adalah TAP MPR No sekian, begitulah keadaannya…!!
Jadi semua itu adalah hukum Arbab. Arbabnya banyak… ada Arbab dari partai PKS, PBB, PPP, PKB, PAN, PDI, Golkar…dst, mereka itu adalah Arbab . Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. Yusuf [12]: 39-40)
Ayat “Tuhan-tuhan yang bermacam itu…” maksudnya adalah tuhan-tuhan pengatur atau pembuat hukum yang beraneka ragam, yang banyak dari berbagai golongan, fraksi, utusan daerah, komisi-komisi, dll… dan ayat “yang kalian ibadati” maksudnya disini adalah mengikuti hukum. “nama-nama yang kalian ciptakan” maksudnya adalah seperti apa yang diibadati oleh para anshar thaghut zaman sekarang berupa Undang Undang Dasar, mereka menciptakannya dan mereka mengibadatinya. Perpu-perpu juga mereka yang membuatnya, KUHP juga mereka yang membuatnya… semua itu adalah nama-nama yang mereka ciptakan sendiri, kitab hukum mereka yang membuatnya sendiri lalu mereka yang mengibadatinya (mengikutinya).
Jadi, membuat hukum itu adalah sebagai bentuk membuat tuhan yang akan mereka ibadati. Dan Arbab-Arbab itu adalah pengaku tuhan.
Supaya lebih dipahami, saya gambarkan… mungkin kita sering mendengar orang memperolok-olokkan Arab Quraisy ketika membuat tuhan dari roti yang terbuat dari adonan yang kemudian diibadati, dan ketika lapar maka tuhan-tuhan itu dimakan, mereka yang memperolok-olok itu mengatakan “Oh… bodoh sekali orang-orang Arab itu, Jahiliyyah banget !!”, padahal semua itu adalah realita yang nyata zaman sekarang. Jika kita sudah paham bahwa Arbab (mereka para pengaku tuhan) adalah tuhan jadi-jadian dan hukum yang diibadati itu juga tuhan (tuhan yang diibadati bukan dengan shalat atau do’a, tapi dengan taat, patuh, dan loyalitas), maka kita akan mendengar bahasa mereka “menggodok undang-undang”, seperti fraksi anu… menggodok undang-undang buruh (umpamanya) fraksi lain tentang perbankan, fraksi yang lain tentang pendidikan, fralsi yang lain tentang keamanan…! Mereka menggodok seperti membuat adonan, mereka menggodok undang-undang dan hukum. Fraksi ini membuat bagian tangannya, fraksi itu membuat kepalanya, yang lain membuat kakinya atau bagian yang lainnya sehingga setelah semuanya digodok dan dicetak sampai menjadi sebuah berhala (seperti berhala dari roti). Ketika hukum dan undang-undang selesai digodok, kemudian digulirkan (mejadi sebuah berhala), maka akan dibuatkan TAP MPR No sekian… atau Perpu No sekian… lalu disosialisasikan ketengah masyarakat atau kepada aparatur thaghut ini dan kemudian rame-rame diibadati, bukan dengan disembah-sembah seperti shalat atau sujud, akan tetapi dengan ditaati, dirujuk, dijadikan acuan hukum. Kita juga melihat dan mendengar apa yang dikatakan oleh para aparat thaghut bukan ; “sesuai dengan firman Allah surat anu ayat sekian atau sabda Rasulullah…”, akan tetapi mereka mengatakan: “Sesuai TAP MPR No sekian, atau pasal sekian…!”. Setelah disosialisasikan dan diibadati ramai-ramai oleh para aparat, polisi, jaksa, hakim, dan yang lainnya, kemudian ketika ada celah atau hukum tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka berhala yang sudah jadi itu dipotong-potong dan dimakan lagi oleh mereka yang membuatnya dengan bahasa mereka “direvisi atau diamandemen” seperti layaknya tuhan yang terbuat dari roti. Setelah itu kemudian dibuatkan lagi yang baru… digodok lagi… dicetak lagi… sehingga menjadi sebuah berhala baru lagi (hukum dan undang-undang baru), kemudian disembah lagi, dan ketika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau ada celah maka berhala yang sudah jadi itu di potong-potong dan dimakan lagi oleh mereka, begitu dan begitu seterusnya…!!!
Jadi, berhalaisme atau paganisme itu selalu terjadi dan lebih dahsyat dan lebih berbahaya karena apabila menyembah berhala yang berbentuk patung tidak akan ada yang memaksa, akan tetapi kalau untuk mentaati hukum thaghut maka akan dipaksakan.
Pada gambaran yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan kitab suci Al Qur’an sebagai pedoman, sebagai aturan bagi orang yang beriman, hal demikian itu adalah sebagi tali Allah yang ulurkan dari sisi-Nya (dari surga) ke bumi. Barangsiapa yang memegangnya maka ia akan sampai kepada Allah, sedangkan kitab-kitab selain Al Qur’an (seperti: KUHP atau kitab hukum dan perundang-undangan lainnya) adalah pada hakikatnya kitab syaitan yang merupakan tali syaitan yang di ulurkan dari neraka, di mana barangsiapa yang memegangnya atau yang mengikutinya, maka akan ditarik oleh syaitan ke dasar neraka.
Jadi, “kitab-kitab suci” selain Al Qur’an pada dasarnya adalah wahyu syaitan atau ucapan syaitan yang dihasilkan oleh para Arbab (para pengaku tuhan itu).
Fir’aun mengatakan “Aku adalah tuhan kalian yang tertinggi”, apakah ketika dia mengucapkannya dia mengklaim pencipta langit dan bumi ? atau bahwa dialah yang menyediakan isi dan segala apa yang ada di atasnya ?? Tidak…! dia tidak memaksudkan hal itu, karena masyarakat mengetahui bahwa sebelum Fir’aun telah ada manusia, bahkan masyarakatnya pun mengetahui bahwa Fir’aun sendiri terlahir dari manusia. Akan tetapi ketika dia mengucapkan “Aku adalah tuhan kalian tertinggi” maksudnya adalah tuhan yang hukumnya harus kalian taati… yang mana tidak ada hukum yang harus kalian ikuti kecuali hukum buatan saya !
Jadi ketika Fir’aun mengatakan hal itu bukan karena dia yang menciptakan manusia atau yang bisa memberikan manfaat atau madharat atau yang bisa memberi anak, tetapi “Sayalah pembuat hukum yang hukumnya harus kalian ikuti…!”.
Apabila telah paham apa yang di ucapkan fir’aun itu, berarti kita bisa melihat banyak Fir’aun-Fir’aun zaman sekarang yang mengatakan bahwa hukumnya harus ditaati ! mereka adalah Fara’inah. Para pembuat hukum itu itulah Fir’aun…
Jadi jika kita membaca tentang Fir’aun itu, jangan selalu mengidentikan pada Fir’aun zaman Nabi Musa saja, karena sifat-sifat Fir’aun itu banyak dan Fir’aun-Fir’aun zaman sekarang mereka itu lebih dahsyat lagi. Apabila Fir’aun zaman dulu membunuh anak laki-laki karena takut suatu hari ada yang menyaingi atau membunuh dia (sesuai dengan mimpinya itu), sedangkan jika anak anak kecil ~yang masih suci fithrahnya~ dibunuh maka insya Allah masuk surga, sedangkan Fir’aun zaman sekarang… mereka membunuh fithrah anak-anak kecil dengan didoktrinkan idiologi-idiologi kafir di sekolahan-sekolahan milik Fir’aun sehingga fithrahnya mati, bukan jasadnya yang dimatikan, akan tetapi fithrahnya yang dimatikan, sedangkan apabila waktu kecil fithrah sudah rusak atau mati sehingga dewasa lalu tidak taubat (tidak kembali kepada tauhid) dan dia mati dalam keadaan seperti itu, maka dia akan dijerumuskan ke dalam api neraka… dan ini adalah bahaya !! Sedangkan apabila anak kecil yang mati jasadnya saja fithrahnya tidak, maka dia masuk surga. Akan tetapi apabila mereka (Fir’aun-Fir’aun zaman sekarang) itu tidak mampu membunuh fithrahnya sewaktu masa anak-anak, maka setelah dewasa baru dibunuh jasadnya atau dimasukan ke penjara-penjara Fir’aun-Fir’aun zaman sekarang.
Jadi… itulah Fir’aun yang mana dia mengatakan “Akulah tuhan kalian tertinggi” adalah bukan dimaksudkan bahwa dia itu pencipta manusia atau yang menyediakan berbagai sarana kehidupan buat manusia, akan tetapi dia maksudkan “Sayalah pembuat hukum bagi kalian yang hukumya harus kalian ikuti…!”
Bila semua ini kita pahami, maka kita akan melihat bahwa pada zaman sekarang banyak sekali yang seperti Fir’aun.
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah ketika menjelaskan surat Al An’am: 121 dan At Taubah: 31, mengatakan: “Sesungguhnya setiap orang yang mengikuti aturan, hukum, dan undang-undang yang menyelisihi apa yang Allah syari’atkan lewat lisan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, maka dia musyrik terhadap Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai Rabb (Tuhan)”. [Al Hakimiyyah: 56]
Jadi, kesimpulannya bahwa Arbab adalah orang yang mengaku bahwa dirinya berhak membuat hukum/aturan/undang-undang, dengan kata lain Arbab adalah orang-orang yang mempertuhankan diri, sedangkan orang yang mengikuti hukum buatan para Arbab itu disebut dengan orang musyrik, dan peribadatan kepada Arbab ini adalah bukan dengan shalat, sujud, do’a, nadzar atau istighatsah, akan tetapi dengan mengikuti, mentaati, dan loyalitas terhadapnya. Sehingga pada saat Fir’aun mencela Nabi Musa dan Harun, dia mengatakan:
“Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang beribadah kepada kita ?" (QS. Al Mukminun [23]: 47)
Maksud “beribadah” di atas adalah ketaatan, oleh karena itu ketaatan kepada Fir’aun disebut beribadah kepada Fir’aun. Dan begitu juga orang sekarang yang taat kepada hukum buatan para Arbab itu adalah disebut orang yang beribadah kepada Arbab tersebut
Dan ini adalah penjelasan tentang Arbab yang mana ini adalah hal bagian kedua yang harus dinafikan oleh Laa ilaaha illallaah.
3. Andad (Tandingan-tandingan)
Andad adalah jamak dari kata nidd, yang artinya tandingan, maksudnya adalah tandingan bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah memerintahkan agar kita hanya menghadapkan dan menjadikan-Nya sebagai tujuan satu-satunya. Tidak boleh seseorang mengedepankan yang lain terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah berfirman tentang nidd ini atau tentang Andad ini:
“…Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah sedang kamu mengetahui”. (QS Al Baqarah [2]: 22)
Andad itu apa…?
Andad adalah sesuatu yang memalingkan kamu daripada Al Islam, atau sesuatu yang memalingkan kamu daripada Tauhid, baik itu anak, isteri, jabatan, harta, atau apa saja yang mana jika hal itu memalingkan seseorang daripada Tauhid atau memalingkan seseorang dari pada Al Islam atau menjerumuskan seseorang kepada kekafiran atau ke dalam kemusyrikan, maka sesuatu hal itu sudah menjadi Andad.
Jadi sesuatu yang memalingkan kamu daripada Al Islam atau Tauhid baik itu anak, isteri, suami, posisi jabatan, harta benda, dst, kalau hal tersebut justeru mamalingkan seseorang daripada tauhid, berarti sesuatu itu telah dijadikan Andad… tandingan bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Contoh:
Kita bisa melihat dalam realita yang nyata dimasyarakat… mereka berbondong-bondong menjadi abdi hukum buatan. Kita mengetahui bahwa dalam sistem Pemerintahan ini atau yang dipakai adalah sistem kafir, sistem syirik, sistem demokrasi. Perundang-undangnya juga adalah perundang-undangan thaghut. Undang Undang Dasar atau undang-undang lainnya yang dibuat oleh manusia adalah kafir. Orang-orangnya… baik itu pejabat Legislatif, Eksekutif, yudikatif, atau dari kalangan bala tentaranya seperti aparat POLRI, TNI, atau para pejabatnya atau bahkan pegawai kecilnya sekalipun (PNS) tidak bisa mereka memegang posisinya kecuali mereka menyatakan ikrar atau janji setia, kepada apa…?? Kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar dan kepada sistem thaghut ini, sedangkan kesetiaan terhadap thaghut merupakan kekafiran !
Kita mengetahui bahwa yang mereka inginkan bukanlah menjadi kafir atau murtad, ~umpamanya~ orang mendaftarkan diri menjadi Polisi atau jadi Caleg (Calon Legislatif) yang mana dia tidak bisa meraihnya kecuali kalau mereka setia kepada sistem thaghut tersebut. Menyatakan ikrar atau janji setia kepada sistem kafir merupakan kekafiran. Dan yang diinginkan oleh orang tersebut bukanlah ingin kafir atau ingin murtad dan bukan sebagai kebencian kepada Islam… akan tetapi dia menginginkan posisi, jabatan, gaji bulanan, dst. Nah… keinginan-keinginan tersebut yang menyebabkan orang tersebut meninggalkan tauhid, dengan demikian keinginan tersebut atau posisi jabatan atau gaji bulanan yang diinginkan tersebut telah menjadi Andad. Orang tersebut telah meninggalkan tauhidnya karena ia menjadikan hal-hal tersebut sebagai Andad.
Kita bisa melihatnya ketika orang yang mau menjadi pegawai di dinas thaghut ini, dia harus bersumpah setia kepada sistem thaghut ini terlebih dahulu. Mungkin ketika seseorang telah mengenal Tauhid dia pasti akan benci dengan sistem ini, atau benci dengan undang-undang ini, benci dengan falsafah uang syirik ini. Akan tetapi yang diinginkan bukan itu, melainkan gaji bulanan atau fasilitas-fasilitas. Dan dikarenakan harus setia kepada kekafiran ~sedang hal demikian itu adalah kekafiran~ maka perbuatan tersebut telah menjadikan orang tersebut terjerumus ke dalam kekafiran, orang tersebut telah menjadikan keinginan-keinginannya sebagai Andad yang memalingkannya daripada Tauhid…!
Jadi Andad adalah sesuatu yang memalingkan kamu daripada tauhid… daripada Islam, baik itu jabatan, harta, keluarga. ~umpamya~ seorang ayah yang sangat kepada anaknya, sedang si anak tersebut dalam keadaan sakit, lalu ada orang yang menyarankan kepada si ayah tersebut agar si anak yang lagi sakit itu dibawa ke dukun. Dikarenakan saking sayangnya kepada si anak tersebut akhirnya si ayah datang ke dukun dan mengikuti apa yang disarankan oleh si dukun tersebut. Maka dengan demikian si anak tersebut telah memalingkan si ayah tadi dari Tauhid, dan berarti si anak telah menjadi Andad. Sedangkan Allah berfirman:
“…Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah sedang kamu mengetahui”. (QS Al Baqarah [2]: 22)
Ini semua adalah tentang Andad, dan singkatnya adalah segala sesuatu yang memalingkan seseorang daripada Tauhid dan Al Islam disebut Andad.
Materi ini (Alihah,Arbab,Andad) di sadur dari Rangkaian Taushiyah Ust. Aman Abdurrahman
4. Thaghut.
Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kewajiban pertama yang Allah fardhukan atas anak Adam adalah kufur terhadap thaghut dan iman kepada Alah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana yang Dia firmankan:
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat itu seorang rasul (mereka mengatakan kepada kaumnya): Ibadahlah kepada Allah dan jauhi thaghut…” (QS. An Nahl [16]: 36)
Perintah kufur terhadap thaghut dan iman kepada Allah adalah inti dari ajaran semua Rasul dan pokok dari Islam. Dua hal ini adalah landasan utama diterimanya amal shalih, dan keduanyalah yang menentukan status seseorang apakah dia itu muslim atau musyrik, Allah ta'ala berfirman:
“Siapa yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia itu telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kokoh (laa ilaaha ilallaah)” (QS. Al Baqarah [2]: 256)
Bila seseorang beribadah shalat, zakat, shaum, haji dan sebagainya, akan tetapi dia tidak kufur terhadap thaghut maka dia itu bukan muslim dan amal ibadahnya tidak diterima.
Adapun tata cara kufur kepada thaghut adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Syaikhul Islam Muhammad At Tamimi rahimahullah:
1. Engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah,
2. Engkau meninggalkannya,
3. Engkau membencinya,
4. Engkau mengkafirkan pelakunya,
5. Dan engkau memusuhi para pelakunya.
Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya tatkala mereka mengatakan kepada kaumnya: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja…” (QS. Al Mumtahanah [60]: 4)
Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
I. Engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah.
Ibadah adalah hak khusus Allah, maka ketika dipalingkan kepada selain Allah, itu adalah syirik lagi bathil. Do’a adalah ibadah sebagaiman firman-Nya ta’ala:
“Berdo’alah kepadaKu, tentu akan Kukabulkan permohonan kalian, sesungguhnya orang-orang yang menolak beribadah kepadaKu, maka mereka akan masuk nereka Jahannam dalam keadaan hina” (QS. Al Mukmin [40]: 60)
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Do’a itu adalah ibadah” Memohon kepada orang-orang yang sudah mati adalah di antara bentuk pemalingan ibadah do’a kepada selain Allah, dan itu harus diyakini bathil, sedang orang yang meyakini bahwa memohon kepada orang atau wali yang sudah mati adalah sebagai bentuk pengagungan terhadap wali tersebut maka dia belum kufur terhadap thaghut.
Sembelihan adalah ibadah, dan bila dipalingkan kepada selain Allah maka hal tersebut adalah syirik lagi bathil, Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah, Sesunggunya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku adalah bagi Allah Rabbul ‘alamin, tiada satu sekutupun bagiNya” (QS. Al An’am [6]: 162-163)
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah (tumbal)”. Sedangkan dalam kenyataan, orang yang membuat tumbal, baik berupa ayam atau kambing saat hendak membangun rumah, gedung, jembatan dsb, dia menganggap sebagai tradisi yang patut dilestarikan, maka orang ini tidak kufur terhadap thaghut.
Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan cara bersedekah makanan adalah ibadah, sedangkan taqarrub kepada jin dan syaitan dengan sesajen adalah syirik lagi bathil. Allah berfirman tentang syiriknya orang-orang Arab dahulu:
“Dan mereka menjadikan bagi Allah satu bahagian dari apa yang telah Allah ciptakan berupa tanaman dan binatang ternak. Mereka mengatakan sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini bagi Allah dan ini bagi berhala-berhala kami...” (QS. Al An’am [6]: 136)
Jadi orang yang menganggap perbuatan sesajen sebagai tradisi yang mesti dilestarikan, berarti dia tidak kufur terhadap thaghut.
Wewenang (menentukan/membuat) hukum/undang-undang/aturan adalah hak Allah. Penyandaran hukum kepada Allah adalah bentuk ibadah kepadaNya, sedangkan bila wewenang itu disandarkan kepada makhluk maka itu adalah syirik dan merupakan suatu bentuk ibadah kepada makhluk tersebut. Allah ta'ala berfirman:
“…(Hak) hukum itu tidak lain adalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepadaNya. Itulah dien yang lurus…” (QS. Yusuf [12]: 40)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan menusia agar tidak menyandarkan hukum kecuali kepada Allah, dan Allah namakan penyandaran hukum itu sebagai ibadah, sehingga apabila disandarkan kepada makhluk maka hal itu adalah perbuatan syirik, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
“Dan janganlah kalian memakan dari (sembelihan) yang tidak disebutkan nama Allah padanya, sesungguhnya hal itu adalah fisq. Dan sesungguhnya syaitan mewahyukan kepada wali-walinya untuk mendebat kalian, dan bila kalian menta’ati mereka maka sungguh kalian ini adalah orang-orang musyrik” (QS. Al An’am [6]: 121)
Kita mengetahui dalam ajaran Islam bahwa sembelihan yang tidak memakai nama Allah adalah bangkai dan itu haram, sedangkan dalam ajaran kaum musyrikin adalah halal. Syaitan membisikan kepada wali-walinya, “Hai Muhammad, ada kambing mati dipagi hari, siapakan yang membunuhnya?” maka Rasulullah menjawab, “Allah yang telah mematikannya” Mereka berkata, “Kambing yang telah Allah sembelih (maksudnya bangkai) dengan tanganNya Yang Mulia kalian haramkan, sedangkan yang kalian sembelih dengan tangan-tangan kalian, kalian katakan halal, berarti sembelihan kalian lebih baik daripada sembelihan Allah” [HR. Hakim]
Ucapan tersebut adalah wahyu syaitan untuk mendebat kaum muslimin agar setuju dengan aturan yang menyelisihi aturan Allah, dan agar setuju dengan penyandaran hukum kepada mereka, maka Allah tegaskan, bahwa apabila mereka (kaum muslimin) setuju dengan hal itu berarti mereka telah musyrik. dan dalam ayat lain Allah ta’ala berfirman:
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para Harb (ahli ilmu/ulama) dan para Rahib (ahli ibadah) sebagai Arbaab (tuhan-tuhan) selain Allah. Juga Al Masih putera Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan Yang Haq kecuali Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At Taubah [9]: 31)
Dalam ayat ini Allah vonis orang-orang Nashrani sebagai berikut:
- Mereka telah mempertuhankan para ahli ilmu dan para rahib
- Mereka telah beribadah kepada selain Allah
- Mereka telah musyrik
Juga para ahli ilmu dan para rahib tersebut Allah vonis mereka sebagai Arbaab.
Di dalam atsar yang hasan dari ‘Adiy Ibnu Hatim (dia asalnya Nashrani kemudian masuk Islam) Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam membacakan ayat itu dihadapan ‘Adiy Ibnu Hatim, maka dia berkata: “Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah ibadah dan sujud kepada mereka (ahli ilmu dan para rahib)” maka Rasulullah berkata, “Bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan kalian ikut-ikutan menghalalkannya? Bukankah mereka mengharamkan apa yang telah Allah halalkan lalu kalian ikut-ikutan mengharamkannya ?” lalu ‘Adiy Ibnu Hatim berkata, “Ya, betul” lalu Rasulullah berkata lagi, “Itulah bentuk peribadatan orang-orang Nashrani kepada mereka itu” [HR. At Tirmidzi]
Jadi orang Nashrani divonis musyrik karena mereka setuju dengan penyandaran hukum kepada ahli ilmu dan para rahib, meskipun itu menyelisihi aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sedangkan pada masa sekarang, orang meyakini bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik, atau minimal boleh menurut mereka. Padahal demokrasi berintikan pada penyandaran wewenang hukum kepada kedaulatan rakyat atau wakil-wakilnya, sedangkan ini adalah syirik, maka orang tersebut tidak kufur terhadap thaghut dan dia itu belum muslim. Allah ta’ala berfirman berkaitan dengan semua peribadatan di atas:
“Itu dikarenakan sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Haq, dan sesungguhnya apa yang mereka seru selain Dia adalah bathil…” (QS. Luqman [31]: 30)
juga firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
“Itu dikarenakan sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa yang mereka seru selainNya adalah yang bathi…l” (QS. Al Hajj [22]: 62)
II. Engkau meninggalkannya
Meyakini perbuatan syirik itu adalah bathil belumlah cukup, namun harus disertai. Meninggalkan perbuatan syirik itu. Orang yang meyakini pembuatan tumbal/sesajen itu bathil, akan tetapi karena takut akan dikucilkan masyarakatnya lalu ia melakukan hal tersebut maka dia tidak kufur terhadap thaghut. Orang yang meyakini bahwa demokrasi itu syirik, tetapi dengan dalih ‘Maslahat Dakwah’ lalu ia masuk kedalam system demokrasi tersebut, maka dia tidak kufur terhadap thaghut. Seperti orang yang membuat partai-partai berlabel Islam dalam rangka ikut dalam ‘Pesta Demokrasi’
Sesungguhnya kufur terhadap thaghut menuntut seseorang untuk meninggalkan dan berlepas diri dari kemusyrikan tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian ibadati” (QS. Az Zukhruf [43]: 26)
juga firman-Nya ta’ala tentang Ibrahim as.:
“Dan saya tinggalkan kalian dan apa yang kalian seru selain Allah” (QS. Maryam [19]: 48)
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi akan laa ilaaha ilallaah…” (Muttafaq ‘alaih)
Sedangkan orang yang tidak meninggalkan syirik, maka dia itu tidak diangap syahadatnya, karena yang dia lakukan bertentangan dengan apa yang dia ucapkan, oleh sebab itu Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata: “Dan siapa yang bersyahadat laa ilaaha ilallaah, namun disamping ibadah kepada Allah dia beribadah kepada yang lain juga, maka syahadatnya tidak dianggap meskipun dia shalat, shaum, zakat dan melakukan amalan Islam lainnya” [Ad Durar As Saniyyah: 1/323, Minhajut Ta’sis: 61].
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah berkata: “Ulama berijma, baik ulama salaf maupun khalaf dari kalangan para shahabat dan tabi’in, para imam dan semua Ahlus Sunnah bahwa orang tidak dianggap muslim kecuali dengan cara mengosongkan diri dari syirik akbar dan melepaskan diri darinya” [Ad Durar As Saniyyah: 2/545]. Beliau juga berkata: “Siapa yang berbuat syirik, maka dia telah meninggalkan Tauhid” [Syarah Ashli Dienil Islam, Majmu’ah tauhid].
Orang berbuat syirik, dia tidak merealisasikan firman-Nya:
“Dan mereka itu tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh ketundukan kepadaNya” (QS. Al Bayyinah [98]: 5). Orang yang melakukan syirik akbar meskipun tujuannya baik maka dia tetap belum kufur terhadap thaghut.
Al Imam Su’ud Abdil Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata: “Orang yang memalingkan sedikit dari (ibadah) itu kepada selain Allah maka dia itu musyrik, sama saja dia itu ahli ibadah atau orang fasik, dan sama saja maksudnya itu baik atau buruk” [Durar As Saniyyah: 9/270].
Syaikh Sulaiman Ibnu Abdillah Ibnu Muhammad rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya pelafalan laa ilaaha ilallaah tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntutannya berupa komitmen terhadap tauhid, meninggalkan syirik, dan kufur kepada thaghut maka sesungguhnya hal itu (syahadat) tidak bermanfaat, atas ijma (para ulama)” [Kitab Taisir]
Syaikh Hamd Ibnu Athiq rahimahullah berkata: “Para ulama ijma, bahwa siapa yang memalingkan sesuatu dari dua macam do’a kepada selain Allah, maka dia telah musyrik meskipun dia mengucapkan Laa ilaaha ilallaah Muhammadur Rasulullah, dia shalat, shaum dan mengaku muslim” [Ibthal At Tandid: 76].
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Orang tidak disebut muwahhid kecuali dengan cara menafikan syirik dan bara’ah darinya”
Jadi, orang yang tidak meninggalkan syirik, dia tidak kufur terhadap thaghut.
III. Engkau Membencinya
Orang yang meninggalkan perbuatan syirik akan tetapi dia tidak membencinya, maka dia belum kufur terhadap thaghut. Ini dikarenakan Allah mensyaratkan adanya kebencian terhadap syirik dalam merealisasikan tauhid kepadaNya. Allah ta’ala berfirman tentang Ibrahim as.:
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian ibadati” (QS. Az Zukhruf [43]: 26)
Kata bara’ (berlepas diri) dari syirik itu menuntut adanya kebencian akan adanya syirik itu. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”
Kebencian terhadap syirik ini berbentuk realita, yaitu tidak hadir di majelis syirik saat syirik sedang berlangsung. Sebagai contoh: orang yang hadir ditempat membuat atau mengubur tumbal yang sedang dilakukan, maka dia itu sama dengan pelakunya. Allah ta'ala berfirman:
“Dan sungguh Dia telah menurunkan kepada kalian dalam Al Kitab, yaitu bila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk bersama mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya kalian (bila duduk bersama mereka saat hal itu dilakukan), berarti sama (status) kalian dengan mereka” (QS. An Nisa [4]: 140)
Jadi orang yang duduk dalam majelis di mana kemusyrikan atau kekufuran sedang berlangsung atau sedang dilakukan atau dilontarkan (diucapkan) dan dia duduk tanpa dipaksa dan tanpa mengingkari hal tersebut maka dia sama kafir dan musyrik seperti para pelaku kemusyrikan tersebut.
Seandainya kalau tidak dapat mengingkari dengan lisannya maka hal tersebut harus diingkari dengan hatinya yang berbentuk sikap meninggalkan majelis tersebut. Sungguh sebuah kesalahan fatal orang yang mengatakan: “Saya ingkar dan benci dihati saja” sedangkan dia tidak pergi meninggalkan majelis tersebut.
Oleh karenanya para shahabat pada masa khalifah Utsman radliyallahu 'anhu berijma atas kafirnya seluruh jama’ah mesjid di kota Kuffah saat salah seorang di antara mereka mengatakan: “Saya menilai apa yang dikatakan Musailamah itu bisa jadi benar” dan yang lain hadir di mesjid itu tanpa mengingkari ucapannya seraya pergi darinya”. [Riwayat para penyusun As Sunan / Ash habus Sunan]
Orang yang tidak membenci ajaran syirik, agama kufar, system kafir, dan thaghut berarti ia tidak kufur terhadap thaghut.
IV. Engkau Mengkafirkan Pelakunya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkafirkan para pelaku syirik akbar dalam banyak ayat, di antaranya:
“Dan orang-orang yang menjadikan sembahan-sembahan selain Allah, (mereka mengatakan): “kami tidak beribadah kepada mereka, melainkan supaya mereka itu mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah memutuskan di antara mereka dihari kiamat dalam apa yang telah mereka perselisihkan, sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang dusta lagi sangat kafir”. (QS. Az Zumar [39]: 3)
dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
“Dan siapa yang menyeru ilaah yang lain bersama Allah yang tidak ada bukti dalil kuat buat itu baginya, maka perhitungannya hanyalah disisi Rabnya, sesungguhnya tidak beruntung orang-orang kafir itu” (QS. Al Mukminun [23]: 117)
Bila Allah mengkafirkan para pelaku syirik, maka orang yang tidak mengkafirkan mereka berarti tidak membenarkan Allah. Dia Subhanahu Wa Ta’ala juga telah memerintahkan untuk mengkafirkan para pelaku syirik, di antaranya adalah firman-Nya:
“Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah supaya dia menyesatkan dari jalanNya, katakanlah, “Nikmatilah kekafiranmu sebentar, sesungguhnya kamu tergolong penghuni neraka” (QS. Az Zumar [39]: 8)
Dan orang yang tidak mengkafirkan pelaku syirik, berarti dia menolak perintah Allah, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam besabda: “Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha ilallaah dan dia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, sedangkan perhitungannya adalah atas Allah” (HR. Muslim)
Para imam dakwah najdiyyah telah menjelaskan maksud sabda nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, “dan dia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah” maksud kalimat tersebut adalah: Mengkafirkan pelaku syirik dan berlepas diri dari mereka dan dari apa yang mereka ibadati [Durar As Saniyyah: 291]
Orang yang tidak mengkafirkan pelaku syirik akbar adalah orang yang tidak kufur kepada thaghut:
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata: “Orang yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik atau ragu akan kekafiran mereka atau membenarkan ajaran mereka, maka dia telah kafir” [Risalah Nawaqidlul Islam]
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Seseorang tidak menjadi muwahhid kecuali dengan menafikan syirik, berlepas diri darinya dan mengkafirkan pelakunya” [Syarh Ashli Dienil Islam - Majmu’ah Tauhid]
Syaikh Abdul Lathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Dan sebahagian ulama memandang bahwa hal ini (mengkafirkan pelaku syirik) dan jihad diatasnya adalah salah satu rukun yang mana Islam tidak tegak tanpanya” (Mishbahuzh Zhalam: 28). Beliau berkata lagi: “Adapun menelantarkan jihad dan tidak mengkafirkan orang-orang murtad, orang yang menjadikan andaad (tandingan-tandingan) bagi Tuhannya, dan orang yang mengangkat andaad dan arbaab (tuhan-tuhan) bersamaNya, maka sikap seperti ini hanyalah ditempuh oleh orang yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya. Orang yan tidak mengagungkan perintahNya, tidak meniti jalanNya dan tidak mengagungkan Allah dan RasulNya dengan pengagungan yang sebenar-benarnya pengagungan terhadapNya, bahkan dia itu tidak menghargai kedudukan ulama dan para imam umat ini dengan selayaknya” [Mishbahuzh Zhalam: 29]
Para imam dakwah Nejed berkata: “Di antara hal yang mengharuskan pelakunya diperangi adalah sikap tidak mengkafirkan pelaku-pelaku syirik atau ragu akan kekafiran mereka karena sesungguhnya hal itu termasuk pembatal dan penggugur keIslaman. Siapa yang memiliki sifat ini maka dia telah kafir, halal darah dan hartanya serta wajib diperangi sehingga dia mengkafirkan para pelaku syirik” [Durar As Saniyyah: 9/291]
Mereka juga mengatakan: “Sesungguhnya orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, dia itu tidak membenarkan Al Qur’an, karena sesungguhnnya Al Qur’an telah mengkafirkan para plaku syirik dan memerintahkan untuk mengkafirkan mereka, memusuhi mereka dan memerangi mereka” [Ad Durar As Saniyyah: 9/291]
Jadi, takfir (mengkafirkan) para pelaku syirik adalah bagian Tauhid dan pondasi dien ini, bukan fitnah sebagaimana yang diklaim oleh musuh-musuh Allah dari kalangan ulama suu’ (ulama jahat) kakitangan thaghut dan kalangan neo murji’ah. Orang mengkafirkan pelaku syirik bukanlah Khawarij, justeru mereka itu adalah penerus dakwah rasul-rasul. Orang yang menuduh mereka sebagai Khawarij adalah orang yang tidak paham akan dakwah para rasul.
Syaikh Abdul Lathif Ibnu Abdirrahman rahimahullah berkata: “Siapa yang menjadikan pengkafiran dengan syirik akbar termasuk aqidah Khawarij maka sungguh dia telah mencela semua rasul dan umat ini. Dia tidak bisa membedakan antara Dien para rasul dengan madzhab Khawarij, dia telah mencampakan nash-nash Al Qur’an dan dia mengikuti selain jalan kaum muslimin” [Mishbahudz Dzalam: 72]
Orang yang tidak mengkafirkan pelaku syirik akbar secara nau’ (jenis pelaku) maka dia kafir, sedangkan orang yang membedakan antara nau’ dengan mu’ayyan (orang tertentu) maka minimal jatuh dalam bid’ah dan bila (sudah) di tegakan hujjah atasnya maka dia kafir juga.
Orang yang tidak mau mengkafirkan para pelaku syirik pada umumnya dia lebih loyal kepada pelaku syirik dan justru memusuhi para muwahhid yang mengkafirkan pelaku syirik. Demikianlah realita yang terjadi, sehingga banyak yang jatuh dalam kekafiran. Tidaklah sah shalat dibelakang orang yang tidak mengkafirkan pelaku syirik secara mu’ayyan.
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata: “Siapa yang membela-bela mereka (para thaghut dan pelaku syirik akbar) atau mengingkari terhadap orang yang mengkafirkan mereka, atau mengklaim bahwa: ‘perbuatan mereka itu meskipun bathil tetapi tidak mengeluarkan mereka pada kekafiran’, maka status minimal orang yang membela-bela ini adalah fasiq, tidak diterima tulisannya, tidak pula kesaksiannya, serta tidak boleh shalat bermakmum dibelakangnya” [Ad Durar As Saniyyah: 10/53]
Ini adalah status minimal, adapun kebanyakan berstatus sebagaimana yang digambarkan Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah: [“Orang-orang yang merasa keberatan dengan masalah takfir, bila engkau mengamati mereka ternyata kaum muwahhidin adalah musuh mereka, mereka benci dan dongkol kepada para muwahhid itu. Sedangkan para pelaku syirik dan munafikin adalah teman mereka yang mana mereka bercengkrama dengannya. Akan tetapi hal seperti ini telah menimpa orang-orang yang pernah bersama kami di Diriyah dan Uyainah yang mana mereka murtad dan benci akan dien ini” [Ad Durar As Saniyyah: 10/92]
V. Engkau Memusuhi Mereka
Orang yang tidak memusuhi pelaku syirik bukanlah orang yang kufur kepada thaghut, Allah berfirman tentang ajaran Ibrahim as. Dan para nabi yang bersamanya:
“Dan tampak antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selamanya hingga kalian beriman kepada Allah saja” (QS. Al Mumtahanah [60]: 4)
dan firman-Nya ta’ala:
“Kalian tidak mungkin mendapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya, meskipun mereka itu ayah-ayahnya, anak-anaknya, saudara-saudaranya atau karib kerabatnya” (QS. Al Mujadillah [58]: 22)
Syaikh Muhammad rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya orang tidak tegak keIslamnnya walaupun ia mentauhidkan Allah dan meninggalkan kemusyrikan kecuali dengan memusuhi para pelaku syirik” [Syarh Sittati Mawadli Minas Sirah, Majmu At Tauhid:21]
Permusuhan lainnya adalah loyalitas-loyalitas kepada orang kafir. Menafikan (meniadakan) keimanan/tauhid, Allah ta’ala berfirman:
“Dan siapa yang berloyalitas kepada mereka (orang-orang kafir) di antara kalian, maka sesungguhnya dia adalah bagian dari mereka” (QS. Al Maidah [5]: 51)
Karena permusuhan ini Allah ta’ala berfirman:
“Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di manapun kalian mendapati mereka, tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah mereka ditempat pengintaian” (QS. At Taubah [9]: 5)
Semua ini adalah cara kufur kepada thaghut...anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-56254776435466752952008-06-22T14:08:00.000+07:002008-06-22T14:09:26.965+07:00Ghuroba (orang orang Islam yang terasing)" Ghuroba (orang orang Islam yang terasing)"
Bismillaahi wal-hamdulillaah, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaahu..
Wahai ummatku,
Perhatikanlah sejenak, palingkan wajahmu sejenak dari sendau gurau kehidupan yang memalingkanmu memperhatikan sejarah Islam yang tengah berjalan dihadapanmu dan kelak engkau ditanya tentang semua ini. Tidakkah engkau saat ini melihat suatu kelompok terkecil dari yang terkecil namun istimewa, yakni Ketika telah bangkit pemuda-pemuda yang rambutnya kusut, kakinya berdebu, yang terusir dari semua tempat ?
Wahai ummatku, sejenak ingatlah, kisah para Ashabul Kahfi mereka itu tidak lain adalah para pemuda, dan sesungguhnya agama Islam dan pemeluknya diakhir zaman ini adalah orang-orang asing. Cukuplah hanya dikenal oleh Robb semesta alam, maka berbahagialah orang-orang yang ghuroba' (asing), yang mereka itu adalah manusia-manusia yang sholeh berada ditengah-tengah orang-orang yang jelek lagi hina, orang yang bermaksiat lebih banyak daripada orang yang berbuat ketaatan.
Maka kukatakan..
wahai orang-orang yang asing!
"Kalian adalah gudang permata dan yaquth di tengah-tengah
Hiruk pikuk dunia, dan jika mereka tidak mengenalmu
Tempat pesta kemuliaan dibutuhkan oleh
Suaramu yang tinggi walaupun mereka tidak mendengarmu....
Kalian telah menolak lezatnya tidur diatas kasur empuk, hidup diantara desingan peluru dan dentuman bom bom disekitar kalian dan ketika hari raya kalian tidak bisa bercanda dengan keluarga dan anak-anak, wajah kematian tidak membuat kalian menangis dan suaru tangisan anak yang baru lahir tidak membuat kalian senang.
Maka jawablah, dari apa kalian itu diciptakan? Apakah terbuat dari baja atau badan seperti kita ini?
Kesempitan semakin berat bagi kalian, lalu kalian menikmatinya dengan kelezatan munajat, dan kalian bersenang-senang dengan pemberian dari Robb kalian. Mencari syahid mengejar ridho Alloh Tabaroka wa Ta’ala.
Wahai orang-orang yang terasing....
Kalian adalah orang-orang yang mencari kesyahidan fie sabilillah, orang-orang yang telah meninggalkan harta kekayaan, dan juga meninggalkan keluarga serta rumah, tidak rela melainkan untuk mendapatkan pahala yang paling utama, maka kalian berjalan di atas jalan cahaya, dan kalian mempersembahkan mahar yang paling mahal, yaitu darah dan potongan anggota badan tanpa dapat dikubur lagi, yang tercium semerbak bau wewangian minyak kesturi dan dia mengadakan pesta perkawinan menuju mempelai bidadari, di surga yang kekal dan penuh dengan gemerlapan dan kemewahan.
Wahai orang-orang yang terasing....
Tetap teguhlah berada diatas kebenaran, dan janganlah kalian rela dengan kehinaan dan kerendahan. Teguhkanlah kaki-kaki kalian diatas tanah, dan naiklah diatas manusia dengan tekad kalian, naiklah ke atas awan dengan ruh-ruh kalian dan ketuklah setiap pintu untuk kemuliaan. Hati-hatilah dengan kegelinciran dan jangan menyerah dengan kebosanan, janganlah merasa bersedih dengan hinaan, janganlah merasa aman pada diri anda dari fitnah. Demi Alloh, sungguh kami mengetahui suatu kaum yang jernih, dan bagi umat terdapat para pemberi pelajaran dan contoh, mereka disakiti di jalan Alloh, mereka dipenjara dan disiksa.
Wahai orang-orang yang terasing....
Kalian jungkirkan bendera-bendera musuh Alloh, mengguncang pijakan-pijakan kaki mereka, dan membuyarkan fikiran mereka hingga rasa takut menyelinap pada persendian mereka, dan keputus asaan menggerogoti tulang mereka. Sambil berteriak lantang dari hati terdalam kalian;
"Dan aku tak kan pernah berdamai dengan kalian musuh Alloh....
Selama aku masih punya kuda....
Dan jariku masih memegang pedang dengan erat...
Lalu dengan teguh mengatakan: kami ini lelaki Islam, Setelah ini seluruh dunia harus tahu bahwa manhaj kami tak kenal keterbudakan dan tak rela dijual belikan di tempat tawar menawar bak pasar di pemerintahan thaghut. Juga bukan ijtihad para pengemis, tertawan dan silau oleh pesona yang ditebarkan oleh nama besar syaikh-syaikh yang sengaja nama-nama mereka diglamourkan media serta diangkat penguasa dzolim untuk menjadi pelegal kekafiran penguasa murtad yg tidak berhukum dengan hukum Allah (Syariat Islam), sebagai siasat melemahkan kaum muslim yang awam akan ushul fikih serta siyasah syar’iyah, pada akhirnya taklid buta dan tersesat dari kebenaran. Padahal fatwa-fatwa mereka jauh dari Al-quran dan Sunnah. Sesungguhnya berbaik sangka hanyalah kepada ‘Ulama ‘Amilin yang jujur, yang menderita dan mendapat cobaan di jalan Agama mereka yang di sifati Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” [QS. As-Sajdah: 24]
Ulama ’Amilin yang kembali kepada Al-quran dan Sunnah serta jujur yang telah diuji serta sabar terhadap resiko yang ditempuh sebagai sunnatullah Sebab musuh tidak akan pernah senang dengan pembawa panji kebenaran yang sesungguhnya. Maka dengan pertolongan Alloh kami akan terus berjalan, walaupun jalan ini panjang dan kesukaran semakin berat. Walaupun pengkhianat semakin banyak. Permasalahannya jauh lebih besar lagi, sesungguhnya ini perihal Robb semesta alam, perihal surga Firdaus.
” Semua ini hanyalah hari-hari, semua akan berlalu dengan manis dan pahitnya, dengan baik buruknya, setelah itu yang ada adalah jika tidak syurga atau neraka. Camkankanlah wahai manusia..
Maka takutlah kepada Allah wahai manusia..apa yang kelak kita katakan dihadapannya kelak di padang masyar ? ”
Sehingga kalian berkata, Siapa yang tak bisa mendengar bunyi pena atau kata-kata menggema, maka harus diperdengarkan dengan hunusan pedang..
"Jika mulut ini bimbang, maka luka kami yang bicara....
Kamilah memang sesungguhnya Manusia Jihad dan anak anak yang lahir bersama desingan peluru, Peperangan adalah ibu yang menyusui kami..
Maka Darah harus di bayar darah, kehancuran pun begitu, maka pukullah si berhala dan jangan lupa membaca Basmalah, pukullah..!!!”
Lalu kalian berkata lagi, wahai saudaraku yang enggan bergabung ...sementara didada kalian terdapat kalimat laa ilaha illalloh..?
kapankah kamu kibaskan debu kehinaan?
Kapan kamu patahkan rantai nestapa?
Kapan kamu lepas belenggu perbudakan zaman ?
Lantas, kapan kalian pasang pelana kuda-kuda kemuliaan?
Wahai yang mau menyerahkan nyawa dihadapan Allah ...
Di sini ada hidayah dan petunjuk. Di sini ada hikmah dan kelurusan. Di sinilah puncak kenikmatan berkorban dan berjihad. Maka segeralah engkau bergabung dengan "Bataliyon Bisu" untuk berjuang di bawah panji sang pemuka para Nabi, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang telah bersabda;
” Islam datang dalam keadaan Asing dan ia akan kembali asing sebagaimana awal mulanya.” (HR. Muslim)
Wal Hamdu Lillahi Robbil `Alamiin.
Reverensi: kumpulan syair para mujahid.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-89406879985672957452008-06-22T14:05:00.001+07:002008-06-22T14:07:26.508+07:00Syarah Ashlu Dinil Islam Wa Qho'idatuhu" Syarah Ashlu Dinil Islam Wa Qho'idatuhu "
Oleh Al Imam Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah
Penerjemah: Ustadz Abu Sulaiman Amman Abdurrahman, Lc
Ucapan (Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahihamullaah) : Ashlu Dinil Islam Wa Qa’idatuhu ada dua:
Pertama:
*) Perintah untuk beribadah kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya
*) Penekanan akan hal itu
*) Muwaalaah (melakukan loyalitas) di dalamnya
*) Dan mengkafirkan orang yang meninggalkan tauhid
Saya berkata: Dan dalil-dalil ini di dalam Al Qur’an adalah lebih banyak untuk dihitung seperti firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” (TQS: Al Imran: 64)
Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan NabiNya agar mengajak ahli kitab kepada makna Laa Ilaaha Illallaah yang di mana beliau mengajak orang-orang Arab dan umat yang lainnya kepada makna kalimat itu. Sedangkan kalimat itu[1] adalah Laa ilaaha illallaah yang ditafsirkan dengan firmanNya: “Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah.”
FirmanNya; “Bahwa tidak kita sembah,” di dalamnya terkandung makna Laa illaaha yaitu penafian ibadah dari selain Allah. Sedangkan firmanNya: “Kecuali Allah,” adalah dikecualikan dalam kalimat ikhlash (tauhid), Allah subhaanahu wa ta’ala memerintahkan NabiNya agar menyeru mereka untuk mengkhususkan ibadah hanya kepada Allah dan menafikannya dari selainNya. Dan ayat-ayat semacam ini banyak sekali.
Dia menjelaskan bahwa ilaahiyyah itu adalah ibadah, sedangkan ibadah itu tidak layak sedikt pun ditujukan kepada selain Allah, sebagaimana firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (TQS: Al Israa: 23)
Makna Qodho adalah memerintahkan dan mewasiatkan, dua penafsiran yang maknanya satu.
FirmanNya: “Supaya kamu jangan menyembah,” terkandung di dalamnya makna Laa ilaaha, sedangkan firmanNya: “Selain Dia,” terkandung di dalamnya makna Illallaah, dan ini adalah tauhid ibadah yang merupakan dakwah/ajaran semua Rasul di kala mereka mengatakan kepada kaum-kaumnya, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia,” dan di dalam ibadah ini harus menafikkan syirik secara mutlak, berlepas diri darinya dan dari pelakunya, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla entang kekasihNya Ibrahim ‘alaihis salaam:
“Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya; ‘sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhanku yang telah menjadikanku.” (TQS: Az Zukhruf: 26-27)
Mesti adanya bara’ah (berlepas diri) dari peribadatan terhadap sesuatu yang disembah selain Allah. Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman tentang Ibrahim ‘alaihis salaam:
“Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah,” (TQS: Maryam: 48)
Wajib menjauhi/meninggalkan syirik dan pelakuknya serta berlepas diri (bara’ah) dari keduanya, sebagaimana yang ditegaskan lebih lanjut oleh firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mreka berkata kepada kaum mereka: ‘sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kakfiran)mud an telah nyata antara kamu dan kami permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (TQS: Al Mumtahanah: 4)
Sedangkan orang-orang yang bersama Ibrahim itu adalah para Rasul sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir.
Ayat ini menunjukkan atas semua yang telah disebutkan oleh syaikh kami (Muhammad bin abdul wahhab) rahimhullaah, yaitu penekanan akan tauhid, penafian syirik, berlaku loyal kepada ahli tauhid dan mengkafirkan orang yang meninggalkan tauhid ini dengan sebab dia melakukan syirik yang berlawanan dengannya, karena sesungguhnya orang yang melakukan syirik[2] maka dia itu telah meninggalkan tauhid, sebab keduanya adalah hal yang kontradiksi lagi tidak mungkin bersatu, kapan saja syirik didapatkan maka berarti tauhid hilang,[3] dan Allah ‘Azza wa Jalla telah befirman tentang status orang yang berbuat syirik:
“Dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalanNya. Katakanlah: ‘bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu, sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.’” (TQS: Az Zumar: 8)
Allah ‘Azza wa Jalla mengkafirkannya dengan sebab dia mengangkat tandingan, yaitu para sekutu dalam ibadah, dan ayat-ayat semacam ini banyak sekali, sehingga:
“Orang itu tidak dikatakan muwahhid kecuali dengan menafikkan syirik, berlepas diri darinya, dan mengkafirkan pelakunya.”[4]
Kemudian beliau rahimahullaah berkata:
Kedua:
· Peringatan dari melakukan syirik dalam ibadah kepada Allah
· Kecaman yang keras dalam hal itu
· Melakukan permusuhan di dalamnya
· Dan mengkafirkan orang yang melakukannya
Maka bangunan tauhid tidak bisa tegak kecuali dengan ini semua, ini adalah agama para Rasul, mereka memperhatikan kaumnya dari syirik, sebagaimana firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus para Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu,” (TQS: An Nahl: 36)
Dan firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku,’” (TQS: Al Anbiya: 25)
Dan firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab yang besar.” (TQS: Al Ahqaf: 21)
Perkataan syaikh: “Dalam ibadah kepada Allah” ibadah adalah nama yang mencakup segala ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridlai Allah, baik yang sifatnya bathin atau pun dhahir.
Perkataan syaikh: “Kecaman yang keras dalam hal itu”, ini ada di dalam Al Kitab dan As Sunnah, sebagaimana firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Maka segeralah kembali (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (TQS: Adz Dzariyat: 50-51)
Seandainya tidak ada kecaman yang pedas (akan syirik ini) tentu tidak akan ada penyiksaan dan penindasan dahsyat yang dilakukan orang-orang Quraisy terhadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sebagaimana rincian dijelaskan dalam sirah (sejarah). Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memulai mengecam mereka dengan mencaci agama mereka dan menjelek-jelekkan nenek moyang mereka.
Perkataan syaikh: “Melakukan permusuhan di dalamnya”, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Maka bunuhlah orang-orang musyrikin di mana pun mereka berada, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka di tempat pengintaian,” (TQS: At Taubah: 5)
Dan ayat-ayat yang berkenaan dengan hal ini sangat banyak sekali, seperti firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah,” (TQS: Al Anfal: 39)
Fitnah di sini adalah syirik, sedangkan:
“Allah ‘Azza wa Jalla memberi cap kafir bagi orang-orang yang menyekutukannya dalam banyak ayat-ayat yang tidak terhitung, maka harus dikafirkan juga mereka itu (oleh kita), ini adalah konsekuensi Laa ilaaha illallaah kalimat ikhlash, sehingga maknanya tidak tegak kecuali dengan mengkafirkan orang yang menjadikan sekutu bagi Allah dalam ibadahnya”
Sebagaimana dalam hadits yang shahih:
“Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan kafir kepada segala yang dismebah selain Allah, maka dia itu haram darahnya dan hartanya, sedangkan perhitungannnya adalah atas Allah,”
Sabdanya: “Dan kafir kepada segala yang disembah selain Allah,” merupakan penguat akan penafian. Maka orang itu tidak ma’shum (terjaga/haram) darah dan hartanya kecuali dengan hal itu, dan seandainya dia itu ragu atau bimbang amak hartanya dan darahnya tidak haram. Hal-hal ini merupakan pangkal tegaknya tauhid, karena Laa ilaaha illallaah diberi batasan/syarat di dalam hadits yang banyak dengan batasan-batasan yang sangat berat, yaitu:
*) Ilmu (mengetahui maknanya)
*) Ikhlash
*) Shidqu (jujur)
*) Yakin
*) Dan tidak ragu-ragu
Sehingga orang tidak dikatakan muwahhid kecuali dengan kumpulnya syarat-syarat ini semua dan disertai dengan:
*) Meyakininya
*) Menerimanya
*) Mencintainya
*) Melakukan mu’aadah (permusuhan) di dalamnya dan muwaalaah (loyalitas di dalamnya)
Maka dengan terkumpulnya semua yang telah disebutkan oleh syaikh kami (syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab) rahimahullaah, maka tauhid itu baru tercapai.
Kemudian beliau rahimahullaah berkata:
Orang-orang yang menyalahi dalam hal ini bermacam-macam:
Ø Orang yang paling besar penyimpangannya adalah orang yang menyalahi dalam semua itu
Dia menerima syirik dan meyakininya sebagai ajaran (keyakinan), dia mengingkari tauhid dan meyakininya sebagai kebathilan, sebagaimana halnya mayoritas manusia. Dan penyebabnya adalah kejahilan akan kandungan Al Kitab dan As Sunnah tentang ma’rifah tauhid dan apa yang menafikkannya berupa syirik, tandingan, mengikuti hawa nafsu, dan apa yang diwariskan nenek moyang, seperti keadaan orang-orang sebelum mereka dari kalangan musuh-musuh para Rasul, di mana mereka menuduh kaum muwahhidin dengan dusta, bohong, mengada-ada dan perbuatan tercela, dengan hujjah mereka adalah:
“(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapatkan nenek moyang kami berbuat demikian” (TQS: Asy Sya’araa: 74)
Macam orang ini dan macam orang sesudahnya[5], mereka itu telah mengurai makna yang ditujukan oleh kalimah ikhlash, dan tujuan darinya, serta makna yang terkandung di dalamnya yaitu agama yang di mana Allah tidak menerima agama selain itu. Itu adalah Islam yang dengannya Allah mengutus para Nabi dan para Rasul semuanya, serta seluruh dakwah mereka bersatu di atasnya, sebagaimana yang tidak samara lagi dalam kisah-kisah yang Allah ceritakan tentang mereka di dalam KitabNya.
Kemudian beliau (syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab) rahimahullaah berkata:
Ø Di antara manusia ada orang yang beribadah kepada Allah saja, namun dia tidak mengingkari syirik dan tidak memusuhi pelakunya
Saya berkata: Sesungguhnya sudah termasuk hal yang maklum bahwa orang yang tidak mengingkari syirik berarti dia itu tidak mengetahui tauhid dan tidak bertauhid. Sedangkan engkau sudah mengetahui bahwa tauhid itu tidak terlaksana/terealisasi kecuali dngan menafikan syirik dan kafir terhadap thaghut yang telah dituturkan dalam ayat yang lalu.
Kemudian syaikh rahimahullaah berkata:
Ø Dan di antara mereka ada yang memusuhi orang-orang musyrik, namun tidak mengkafirkannya
Macam orang ini juga tidak merealisasikan makna Laa ilaaha illallaah berupa penafian syirik dan konsekuensinya yaitu mengkafirkan orang yang melakukannya setelah ada penjelasan[6] secara ijama’, dan ini adalah kandungan surat Al Ikhlash, Al Kafirun, dan firmanNya dalam surat Al Mumtahanah:
“Kami ingkari (kekafiran)mu”
Sedangkan orang yang tidak mengkafirkan orang yang telah dikafirkan oleh Al Qur’an, maka dia itu telah menyalahi apa yang dibawa oleh para Rasul berupa tauhid dan konsekuensinya.
Kemudian beliau rahimahullaah berkata:
Ø Dan ada di antara mereka ada orang yang tidak mencintai tauhid dan tidak pula membencinya
Penjelasannya: Bahwa orang yang tidak mencintai tauhid berrati dia itu tidak bertauhid, karena tauhid adalah agama yang diridlai bagi hamba-hambaNya, sebagaimana firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“dan telah Kuridlai Islam sebagai agama kalian” (TQS: Al Maidah: 3)
Seandainya dia itu ridla dengan apa yang diridlai Allah dan mengamalkannya, tentulah dia mencintainya. Dan kecintaan ini harus ada kerena Islam itu tidak (bisa tegak) tanpanya, sehingga tidak ada Islam kecuali dengan mencintai tauhid.
Syaikh Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata: Ikhlash adalah mencitai Allah dan menginginkan wajahNya, maka siapa yang mencintai Allah, pasti dia itu mencintai agamaNya, dan bila tidak mencintainya maka dia tidak cinta kepada Allah. Dengan adanya ,ahabbah (kecintaan) itu kalimat ikhlash ada terbukti, sedangkan hal itu merupakan bagian dari syarat-syarat tauhid.
Kemudian syaikh rahimahullaah berkata:
Ø Di antara mereka ada orang yang tidak membenci syirik dan tidak mencintainya
Saya berkata: Orang yang seperti ini tidak menafikkan apa yang dinafikkan oleh Laa ilaaha illallaah, berupa syirik dan kufur kepada apa yang disembah selain Allah, serta berlepas diri (bara’ah) darinya, maka orang seperti ini sama sekali bukan orang Islam, darah dan hartanya tidak ma’shum (haram) sebagaimana yang ditujukan oleh hadits yang lalu.
Dan perkataan beliau rahimahullaah:
Ø Di antara mereka ada orangnya yang tidak mengetahui syirik dan tidak mengingkarinya, serta tidak menafikkannya
Sedangkan orang itu tidak dikatakan muwahhid kecuali:
· Menafikkan syirik
· Berlepas diri darinya
· Berlepas diri dari pelaku syirik
· Serta mengkafirkan mereka itu
Dan dengan ketidaktahuan akan syirik ini berarti dia tidak merealisasikan sedikit pun dari makna Laa ilaaha illallaah, sedangkan orang yang tidak menegakkan makna dan kandungan kalimat ini maka dia itu sama sekali bukan orang Islam, karena dia tidak mendatangkan (makna) kalimat ini dan kandungannya dari dasar ilmu, yakin, jujur, ikhlash, cinta, qabul, dan inqiyad.
Dan orang macam ini sama sekali tidak membawa sedikit pun dari syarat-syarat itu semuanya, dan bila dia itu mengucapkan Laa ilaaha illallaah maka dia itu tidak mengetahui makna dan apa yang dikandung oleh kalimat itu.
Kemudian beliau rahimahullaah berkata:
Ø Di antara mereka ada orang yang tidak mengetahui tauhid dan tidak mengingakarinya
Saya katakana: Orang ini sama seperti sebelumnya, mereka sama sekali tidak merealisasikan tauhid yang untuknya mereka diciptakan, yaitu agama yang dengannya Allah mengutus para Rasul.
Dan keadaan mereka ini sama dengan keadaan orang-orang yang Allah firmankan:
“Bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak)” (TQS: Al Furqan: 44)
Dan perkataan beliau rahimahullaah:
Ø Dan di antara mereka—dan ini yang paling berbahaya—ada orang yang mengamalkan tauhid, namun dia tidak mengetahui kedudukannya, tidak membenci orang yang meninggalkannya dan tidak mengkafirkan mereka itu
Ungkapan beliau: “dan ini paling berbahaya” karena dia itu tidak mengetahui kedudukan apa yang dia amalkan, dan dia tidak mendatangkan hal-hal yang membenarkan/meluruskan tauhidnya, berupa syarat-syarat yang berat yang harus terpenuhi, karena engkau telah mengetahui bahwa tauhid itu menuntut penafian syirik, berlepas diri darinya, memusuhi pelakunya, dan mengkafirkan mereka itu dengan tegaknya hujjah atas mereka.[7]
Orang macam ini terkadang terpedaya dengan keadaannya, padahal dia itu tidak merealisasikan syarat-syarat dan konsekuensi kalimah ikhlash tersebut nafyan wa itsabaatan.
Dan begitu juga perkataan beliau rahimahullaah:
Ø Di antara mereka ada yang meninggalkan syirik dan membencinya, namun dia tidak mengetahui kedudukannya
Ini lebih dekat daripada sebelumnya, namun dia tidak mengetahui kedudukan syirik, karena sesungguhnya dia seandainya mengetahui kedudukannya tentu dia melakukan apa yang ditujukan oleh ayat-ayat yang muhkamat, seperti ungkapan Al Khalil (Ibrahim):
“Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhanku yang telah menjadikanku,” (TQS: Az Zukhruf: 26-27)
Dan perkataanya:
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingakri (kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya,” (TQS: Al Mumtahanah: 4)
Maka orang yang telah mengetahui syirik dan meninggalkannya, dia itu harus mengambil sikap komitmen dalam walaa’ dan baraa’ dari yang menyembah dan dari yang disembah, membenci syirik, membenci pelakunya, dan memusuhinya.
Dan dua macam orang ini adalah mayoritas pada keadaan orang yang mengaku Islam, sehingga karena kejahilan mereka akan hakikat syirik ini maka muncullah dari mereka hal-hal yang menghalangi terealisasinya makna kalimah ikhlash (tauhid) dan tuntutannya sesuai dengan kadar wajibnya yang dengannya seseorang bisa dikatakan muwahhid.
Sungguh banyak sekali orang-orang yang terpedaya lagi jahil akan hakikat agama ini. Dan bila engkau telah mengetahui bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah mengkafirkan pelaku-pelaku syirik dan memvonis mereka dengan kekafiran di dalam banyak ayat yang muhkamat, seperti firmanNya ‘Azza wa Jalla:
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir,” (TQS: At Taubah: 17)
Dan begitu juga di dalam As Sunnah, maka syaikhul Islam rahimahullaah berkata:
Ahlu Tauhid dan sunnah mereka itu membenarkan para Rasul dalam apa yang mereka kabarkan, mentaatinya dalam apa yang dengannya mereka diperintahkan, menjaga apa yang mereka katakana dan memahaminya serta mengamalkannya, mereka menafikkan darinya tahrif yang dilakukan oleh orangorang yang ghuluw, intihal yang dilakukan oleh mubthiluun, dan ta’wil yang dilakukan oleh orang-orang jahil, serta mereka memerangi orang-orang yang menentang mereka dalam rangka taqarrub kepada Allah dan untuk mendapatkan pahala dariNya bukan dari mereka.
Sedangkan orang-orang jahil dan yang berlebih-lebihan, mereka itu tidak membedakan antara apa yang diperintahkan dengan apa yang dilarang darinya, tidak membedakan antara apa yang benar bersumber dari mereka dari apa yang dusta atas nama mereka, mereka tidak memahami hakikat maksud mereka itu, dan mereka tidak berusaha untuk mentaatinya, bahkan mereka itu jahil akan apa yang dibawa oleh para Rasul dan justru mengagung-agungkan tujuan-tujuan mereka.
Saya berkata: Apa yang dituturkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah itu sama seperti keadaan dua macam orang tadi.
Masih ada masalah ungkapan yang pernah dilontarkan oleh syaikul Islam Ibnu Taimiyyah, yaitu beliau pernah tidak melakukan takfir mu’ayyan secara langsung, karena suatu sebab yang beliau rahimahullaah sebutkan mengharuskan beliau untuk tawaqquf dari mengkafirkannya sebelum penegakkan hujjah atasnya.
Beliau (Syaikh Ibnu Taimiyyah) rahimahullaah berkata:
Kita mengetahui dengan pasti bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mensyari’atkan bagi seorang pun untuk menyeru orang yang sudah meninggal dunia, baik itu para Nabi, orang-orang shalih atau yang lainnya, sebagimana beliau tidak pernah mensyari’atkan kepada umatnya untuk sujud terhadap orang yang sudah mati atau sujud menghadapnya dan yang lainnya. Bahkan kita secara pasti mengetahui bahwa beliau telah melarang syirik yang telah diharamkan oleh Allah dan rasulNya, namun karena meratanya kajahilan[8] dan jarangnya pengetahuan akan peinggalan risalah pada banyak orang-orang muta’akhkhirin, maka tidak mungkin mengkafirkannya dengan hal itu sehingga dijelaskan apa yang dibawa oleh Rasulullah dari apa yang menyalahinya.
Saya berkata: Beliau rahimahullaah menyebutkan sebab alasan yang memaksa beliau untuk tidak mengkafirkan secara ta’yin secara khusus kecuali setelah ada penjelasan dan terus ngotot, (penyebab beliau tawaqquf itu) adalah karena beliau itu telah menjad ummatan wahidatan (satu umat dalam satu sosok orang), dan karena di antara para ulama’ ada orang yang mengkafirkannya karena beliau melarang mereka dari berbuat syirik, sehingga beliau tidak mungkin memperlakukan mereka kecuali dengan apa yang telah beliau lontarkan itu, sebagaimana yang telah pernah dialami oleh syaikh kami syaikh Muhammad ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullaah di awal-awal dakwahnya, sesungguhnya beliau bila mendengar orang-orang menyeru Zaid ibnu Al Khaththab, beliau (syaikh) berkata: “Allah itu lebih baik dari Zaid”, ini untuk membiasakan mereka dalam menafikan syirik dengan kata-kata yang lembut, untuk tujuan dakwah dan supaya tidak membuat orang lari. Allah ‘Azza wa Jalla lebih Mengetahui.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Maksudnya kalimat yang ada di dalam ayat tadi. Pent.
[2] Apa pun alasannya tanpa kecuali orang jahil, muqallid, muta’awwil, atau mujtahid. Pent.
[3] Tidak ada perbedaan antara dia itu jahil atau tahu, Syaikh Abdul Aziz ibnu Baz berkata setelah mejelaskan status orang yang menyeru dan istighatsah dengan orang yang sudah mati padahal mereka itu jahil, beliau rahimahullaah menjelaskan bahwa dia itu musyrik kafir dan setelah itu beliau berkata: ‘Dan tidak usah dihiraukan akan status mereka itu orang-orang jahil, bahkan wajib diperlakukan layaknya orang-orang kafir hingga taubat kepada Allah dari hal itu”. (Tuhfatul Ikhwan no:6). Pent.
[4] Al Imam Al Barbahariy berkata dalam Syarhus Sunnahnya:
”Doa tidak dikeluarkan seorang pun dari Ahlul Kiblah dari Islam sehingga ia menolak satu ayat dari Kitabullah, atau menolak sebagaian dari atsar-atsar Rasulullah, atau shalat kepada selain Allah, atau menyembelih untuk selain Allah, dan bila mereka melakukan satu dari hal itu maka telah wajib atas kamu untuk mengeluarkannya dari lingkungan Islam”
Lihatlah seorang arab badui yang selama ini bersama kaumnya mengucapkan dua kalimah syahadah, namun perbuatan mereka itu bertentangan dengan tauhid, terus ada muthawai (ustadz kalau di kita) yang tetap menamakan mereka sebagai orang Islam. Dia (orang badui) itu setelah mengetahui dakwah syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab dan konsekuensinya dia langsung mempraktekannya, Syaikh Muhammad menuturkan tentang dia dalam Syarah Sittati Mawadli Minas Sirah di akhir sekali:
”Sungguh indah sekali apa yang diucapkan oleh orang arab badui tatkala dia telah tiba kepada kami dan mendengar sedikit tentang Islam (maksudnya yang diajarkan oleh Syaikh yang berbeda dengan yang mereka pegang selama ini, pent), dia langsung berkata: ’saya bersaksi bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang kafir—yaitu dia dan seluruh orang-orang badui—dan saya bersaksi bahwa muthawwi’ yang menamakan kami umat Islam, sesungguhnya dia kafir juga!’”. Pent.
[5] Maksudnya macam-macam orang yang akan disebutkan. Pent.
[6] Ini untuk takfir, Karena takfir terjadi setelah ada risalah dan dakwah, dan orang yang berada di suatu masa dan negeri yang di mana dakwah tauhid tidak ada dan kebodohan merajalela terus mereka itu melakukan kemusyrikan, maka mereka itu tidak dikafirkan terlebih dahulu sebelum diingatkan, ada pun nama musyrik maka itu sudah menempel pada mereka, karena status musyrik itu tidak ada hubungannya dengan risalah atau bulughul hujjah, berbeda dengan status kafir. Ada kalau orang melakukan syirik pada saat dakwah tauhid tegak, dunia terbuka, informasi mudah, dan kemungkinan mencari ada, maka orang yang menyekutukan Allah ’azza wa jalla itu divonis musyrik kafir murtad sekalipun dia jahil, karena dia berpaling dan tidak mau belajar. Silahkan lihat Al Mutammimah Li Kalaami Dakwah fi Mas’alatil Jahli Fisy Syirkil Akbar, Ali Al Khudlar dan Hukmi Takfiril Mu’ayyan wal Frqu Baina Qiyamil Hujjah wa Fahmil Hujjah, Imam Ishaq Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab. Pent.
[7] Syaikh Ishaq Ibnu Abdirrahman Ibni Hasan Ibni Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullaah berkata: “Dan hujjah itu sudah tegak atas manusia dengan Rasul dan Al Qur’an.” (Hukmu Takfiril Mu’ayyan dan Aqidatul Muwahhidin: 150). Dan beliau berkata lagi: ”Dan perhatikanlah ungkapan syaikh (Muhammad ibnu Abdil Wahhab) rahimahullah bahwa setiap orang yang telah sampai Al Qur’an kepadanya maka hujjah itu sudah tegak atasnya meskipun dia tidak paham akan hal itu.” (156). Pent.
[8] Yang beliau tawaqquf itu adalah vonis kafir, karena zaman itu beliau hukumi dengan zaman fathrah, beliau berkata dalam Al fatawaa: “Bila ilmu melemah, dan kemampuan (untuk mencarinya) juga melemah, maka masa itu menjadi masa fatrah”. Dan para Imam dakwah Najdiyyah telah ijma’ bahwa masa munculnya Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab adalah zaman fatrah, dan bahwa zaman munculnya syaikh Ibnu Taimiyyah adalah zaman fatrah dan meratanya kejahilan. Lihat Al Haqaa-iq Ali Al Khudlar: 15, sehingga tidak dikafirkan terlebih dahulu sehingga diberi penjelasan, namun ini berbeda dengan musyrik, nama ini menempel dengan langsugn saat orang menyekutukan Allah tanpa ada hubungannya dengan hujjah risaliyyah, Syaikhul Islam berkata: ”Nama musyrik adalah telah tetap sebelum ada risalah, karena orang ini menyekutukan Tuhannya dan menetapkan tandingan bagiNya.” Al Fatawa: 20/38. Pent.
diambil dari tulisan: Anshorus Sunnah wal jihad di http://tsabitbintang.multiply.comanshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-82495564580931508092008-06-22T13:55:00.000+07:002008-06-22T13:57:55.754+07:00“ Setiap muslim diperintahkan untuk berlaku amanah ““ Setiap muslim diperintahkan untuk berlaku amanah “
Oleh: Al-Akh Bunyanum
Setiap muslim diperintahkan untuk berlaku amanah dan memiliki akhlak yang baik serta sifat yang terpuji. Barang-siapa yang melakukan sifat-sifat tersebut, niscaya ia diberi balasan yang baik, di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa yang meninggalkan khianat dan menipu karena Alloh dengan segenap kejujuran dan keikhlasan, niscaya Alloh mengganti hal tersebut dengan kebaikan yang banyak Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebuah guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, 'Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak membeli emas!'
Orang yang memiliki tanah itu pun menjawab, 'Aku menjual tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya'.
Lalu keduanya meminta keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata,'Apakah kalian berdua memiliki anak?'
Salah seorang dari mereka berkata, 'Aku memiliki seorang anak laki-laki'.
Yang lain berkata, 'Aku memiliki seorang puteri'.
Orang itu lalu berkata, 'Nikahkanlah anak laki-laki(mu) dengan puteri(nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan bersedekahlah kalian dari padanya!'." (HR. Al-Bukhari dalam Akhbar Bani Israil, dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiallohu 'anhu dari Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwasanya beliau menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang menghutanginya berkata, 'Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini)'. Ia menjawab, 'Cukuplah Alloh sebagai saksi bagiku!' Orang itu berkata, 'Datangkanlah seseorang yang menjamin(mu)!' Ia menjawab, 'Cukuplah Alloh yang menjaminku!' Orang yang akan menghutanginya pun lalu berkata, 'Engkau benar!' Maka uang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan.
Setelah lama) orang yang berhutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluannya. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarnya karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan dimasukkannya uang 1000 dinar di dalamnya berikut surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia menuju ke laut seraya berkata, 'Ya Alloh, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan cukuplah Alloh sebagai penjamin, dan ia pun rela dengannya.
Ia juga meminta kepadaku saksi, maka aku katakan, cukuplah Alloh sebagai saksi, dan ia pun rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan ia kepadaMu'. Lalu ia melemparnya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang.
Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uangnya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Ia lalu mengambilnya sebagai kayu bakar untuk isterinya. Namun, ketika ia membelah kayu tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Setelah itu, datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa uang 1000 dinar seraya berkata, 'Demi Alloh, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!'.
Orang yang menghutanginya berkata, 'Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?' Ia menjawab, 'Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?' Orang yang menghutanginya mengabarkan, 'Sesungguhnya Alloh telah menunaikan apa yang engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung!'
(HR. Al-Bukhari, 4/469, Kitabul Kafalah , dan Ahmad).anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-27842083222663904082008-06-22T13:51:00.001+07:002008-06-22T13:55:28.560+07:00Hadirilah Tabliq Akbar Islamiyyah Terbuka untuk Umum Ikhwan & Akhwat
Tema: “ Benarkah Salafi di Indonesia Mengikuti Al-Qur’an & As-Sunnah? “
Bersama:
Al-Ustadz Halawi Makmun, Lc, MA
(Lulusan Fak. Syari’ah Univ. Islam Ibnu Sa’ud Riyadh, KSA)
Tempat:
Masjid Al-Falah, Perum. Bekasi Permai, Bekasi Jaya, Bekasi Timur Kode Pos: 17112
Hari/Tanggal:
Ahad, 27 Juli 2008
Waktu:
09.00 s/d Selesai
Contact Person:
Bpk. Anwar Nasihin: 081399160332/085281211848
Al-Imam Syafi’i Rahimahulloh berkata: “ Ilmu bagaikan hewan buruan, mencatat ilmu sama dengan mengikatnya “.
Al-Allamah Asy-Syaikh Ali bin Khudhair al-Khudhair Hafidzhahulloh penulis Kitab Ashlu’ Dienil Islam berkata: ” Barangsiapa yang belajar dan mencari ilmu syar’i dari seorang Ahlusunnah bukan Ahlu Bid’ah maka dia Insya Alloh akan mendapat pertolongan dan lindungan dari Alloh Robbul ‘alamien.
Ajaklah keluarga, Saudara, Tetangga serta Kawan anda untuk hadir pada acara ini, Insya Alloh banyak faedah Ilmu Syar’i (Agama) yang bermanfaat.
MOHON PAMFLET KAJIAN INI DI TEMPEL DI MADING MASJID, SEKOLAH, KAMPUS & DIPERBANYAK, SEMOGA MENJADI LADANG AMAL BAGI ANDA, SYUKRON.
Penyelenggara: BPM. Al-Falah, Bekasi Permai
Tabliq Akbar ini didukung oleh:
Buletin Bulanan Asshaff, Bimbel SSC PLOeS, Radio DAKTA 107 FM, Bekasi.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-51901878161322678522008-06-22T13:50:00.000+07:002008-06-22T13:51:05.642+07:00” ISLAM ITU MUDAH DAN RINGAN ” Oleh: Syaikh Al-'UtsaiminSegala Puja dan puji hanya milik Alloh Ta’ala. kita memuji, meminta pertolongan, memohon ampun kepada-Nya, kta berlindung kepada-Nya dari keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh Azza wa Jalla, maka tidak ada yang memberi petunjuk kepadanya. Kita bersaksi tidak ada yang berhaq disembah melainkan Alloh satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kita bersaksi bahwa Rasululloh Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Amma Ba’du.
“ Sebaik-baik petunjuk ialah Kitabullah (Al-Qur’an), serta sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Rasulullah yakni Sunnahnya, dan seburuk-buruk perbuatan dan perkataan ialah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan ialah Bid’ah dan setiap KeBid’ahan itu sesat serta setiap kesesatan itu ialah tempatnya di dalam Naar (Neraka) “.
” ISLAM ITU MUDAH DAN RINGAN ”
Oleh: Al-Allamah Fadhilatush Asy-Syaikh Al-Faqih Muhadist Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin Rahimahulloh
(Anggota Ha’iah Kibarul Ulama & Anggota Al-Laznah Ad-Da’imah serta Guru Besar Univ. Islam Madinah)
Alhamdulillah. Marilah kita bersyukur kepada Alloh yang telah meberi kita nikmat iman dan islam. Islam adalah agama kasih sayang, agama keadilan, agama ibadah dan mu’amalah.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Agama yang diakui disisi Alloh adalah Islam Alloh berfirman: ” Sesungguhnya agama yang diridhoi Alloh hanya Islam ”. (QS. Ali-Imran: 19). Orang yang mencari agama selain Islam akan ditolak oleh Alloh. Sebagaimana firmanNya: ” Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu darinya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi ”. (QS. Ali-Imran: 85). Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Alloh lahir dan batin, tidak menunda-nunda, tidak malas, tidak menyimpang dan juga tidak berbuat yang sia-sia. Islam adalah ketaatan kepada Alloh ketika sendiri atau bersama orang lain menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Alangkah mudahnya hal ini bagi orang yang dipermudah. Semoga kita termasuk orang yang diberi kemudahan oleh Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Namun kita perlu waspada, karena syaithan yang memendam bara permusuhan akan terus berusaha melemahkan tekad kita untuk melaksanakan agama ini. Syaithan akan terus mengajak kita bermalas-malasan, menunda-nunda perbuatan taat, serta syaithan akan menipu dan mendorong kita agar berbuat maksiat dan menyimpang. Dia akan menggambarkan kepada kita, bahwa agama ini mengekang dari kebebasan, menyempitkan ruang gerak dan menyia-nyiakan kemashlahatan kita. Syaithan akan memberikan gambaran yang paling jelek tentang agama ini, agar kita menjauh dari agama ini, sehingga kita menjadi orang yang binasa, sebagaimana binasanya syaithan. Wal iyadzu billah. Alloh berfirman: ” Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya syaithan-syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala ”. (QS. Fathir: 6).
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Agama Islam ini bersih dari semua gambaran jelek yang diberikan oleh syaithan dan musuh-musuh Islam. Agama ini adalah agama yang haq (benar), agama keadilan dan agama kebebasan yang sebenarnya. Agama Islam adalah agama yang mudah, yang ringan, agama kebahagiaan dan kemajuan. Perhatikanlah ushul-ushul (prinsip-prinsip) agama ini, agar kita bisa mengkiaskannya kepada cabang-cabangnya.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Agama Islam dibangun diatas lima rukun, yaitu syahadat Laailaha illalloh (Tidak ada illah (Tuhan) yang berhaq diibadahi kecuali Alloh), dan Muhammad ibnu Abdillah ¬Shallallahu’ Alaihi wa Sallam utusan Alloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum (puasa) dibulan Ramadhan dan haji bagi orang-orang yang mampu melaksanakannya. Rukun (dasar) yang lima ini, semuanya mudah dan ringan. Semuanya membawa maslahat dan nilai tarbiyah/pendidikan. Persaksian ” Tidak ada illah (Tuhan) yang berhaq diibadahi kecuali Alloh ” merupakan pentauhidan Alloh dan pembersihan hati seorang hamba, dari penghambaan dan ibadah kepada selain Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala, serta membatasi ibadah hanya untuk Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala, Rabb yang telah menciptakan kita, menyempurnakan kita. Dzat yang telah memberikan rizki kepada kita dengan lautan nikmatnya, serta mengatur urusan kita. Jadi kaitannya dengan Alloh adalah kita adalah hamba-hamba Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala. Sedangkan kaitannya dengan makhluk yang lain, kita ini adalah makhluk yang bebas dan merdeka. Adalah termasuk perbuatan dungu, jika ada orang yang meninggalkan ibadah kepada Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala, lalu ia mengikatkan dirinya dengan ibadah kepada hawa nafsu, harta atau fulan dan fulan. Banyak diantara umat ini, jika ia menyibukkan dirinya dengn perbuatan taat kepada Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala, maka seakan-akan mereka itu menahan bara api, sedikit sekali yang sabar. Sebaliknya jika berkaitan dengan urusan dunia, mereka mengerjakannya dengan sepenuh hati dan pikiran, seakan-akan merasa tenang dengan urusan dunia. Keadaan seperti ini merupakan bentuk ibadah kepada dunia, dan (memiliki nilai) kurang dalam ibadah kepada Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala. Semoga Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala menjadikan kita hamba-hambanya yang mampu bersabar.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Adapun persaksian, bahwa Muhammad ¬Shallallahu’ Alaihi wa Sallam itu adalah utusan Alloh. Ini adalah pemurnian ittiba’ (mengikuti) hanya kepada beliau ¬Shallallahu’ Alaihi wa Sallam, bukan kepada makhluk yang lain. Beliau ¬Shallallahu’ Alaihi wa Sallam adalah utusan Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala, yang diberi tugas menyampaikan risalah ini kepada manusia. Oleh karena itu, kewajiban manusia adalah mengikuti sedangkan kewajiban para nabi dan rasul itu adalah menyampaikan. Para nabi dan rasul akan dimintai pertanggung jawaban tentang tugas menyampaikan risalahnya. Adapun kita akan ditanya tentang kewajiban ittiba (mengikuti) Nabi dan Rasulnya. Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala berfirman: ” Maka sesungguhnya kami menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka, dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami) ”. (Qs. Al-A’raf: 6). Sesungguhnya masing-masing orang dalam beramal menempuh diantara dua jalur ; jalur para nabi dan rasul atau jalan orang yang sesat lagi membangkang. Perhatikanlah dua jalan tersebut, manakah yang lebih lurus dan lebih mendapatkan hidayah?.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Rukun kedua yaitu shalat. Alngkah ringan, mudah. Alangkah bermanfaatnya shalat bagi hati, badan, individu dan masyarakat. Shalat adalah penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Seorang hamba tidak akan melakukan shalat, kecuali jika dalaam keadaan suci. Seorang hamba berdiri dihadapan Rabb-nya dengan penuh khusu’ dan khudhu’. Dia mendekatkan diri kepada Rabb-nya dengan dzikir, membaca Al-Qur’an ruku’, berdiri dan sujud yang disyari’atkan. Lalu memohon kepada Rabb-nya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Itulah keadaan seorang hamba ketika melakukan shalat. Shalat juga menjadi penyebab terhapusnya dosa, serta pencegah seorang hamba dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Alloh Subhanaahu’ wa Ta’ala berfirman: ” Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar ”. (Qs. Ankabut: 45).
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Kemudian rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat. Zakat merupakan jumlah yang sangat kecil yang wajib dikeluarkan dari harta-harata kita untuk memenuhi kebutuhan hidup saudara-saudara kita, juga untuk memperbaiki masyarakat kita. Zakat itu dapat membersihkan haarta dan mensucikan jiwa kita dari sifat bakhil. Zakat juga dapat membersihkan hati dari dosa-dosa. Alloh berfirman: ” Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiw bagi mereka. Dan Alloh Maha mendengar lagi Maha mengetahui ”. (QS. At-Taubah: 103).
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Namun sangat disayangkan banyak diantara orang-orang yang mengaku muslim, mudah sekali bagi mereka mengelurakan harta dalam jumlah banyak, demi mengikuti kemauan hawa nafsunya; padahal itu tidak bermanfaat baginya atau bahkan merugikan dirinya. Lalu ketika tiba waaktunya menunaikan zakat yang wajib maupun sunnah, alangkah beratnya dia mengeluarkan hartanya meskipun hanya satu dirham. Seakan-akan dia tidak percaya dengan janji Alloh yang akan mengganti hartanya itu didunia dan diakhirat dengan pemberian pahala yang banyak. Seakan-akan tidak percaya dengan ancaman Alloh yang sangat keras bagi orang-orang yang enggan membayar zakat.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Sedangkan masalah Shaum/puasa, itu merupakan kewajiban yang dibebankan kepada hamba hanya satu bulan dalam setahun, yaitu pada bulan yang mengigatkan kita semua pada satu nikmat yang sangat agung/besar yaitu bulan yang diturunkan Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup kita. Pada bulan ini, kita hanya dilarang pada waktu siang hari saja dalam masalah makan, minum, jima’ dan beberapa hal yang membatalkan puasa. Itu semua dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh, dan dalam rangka lebih mengutamakan ridhaNya daripada memenuhi keinginan hawa nafsunya yang dengan itulah akan tercapai ketaqwaan. Kita sudah mengetahui semua didalam puasa itu terdapat banyak manfaat bagi badan maupun bagi masyarakat.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Kemudian rukun Islam yang terakhir adalah haji, yaitu suatu kewajiban yang dibebankan kaum muslimin hanya satu kali dalam hidupnya itupun bagi orang yang mampu melaksanakannya, baik secara fisik dan harta. Haji ini juga bisa menjadi penyebab terhapusnya dosa dan haji yang mabrur pasti akan mendpatkan imbalan syurga.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Itulah rukun Islam, apakah ada yang sulit? Apakah ada yang kurang? Demikian itulah syari’at dan hukum Alloh. Adakah yng lebih baik dari pada hukum Alloh? Alloh berfirman: ” Dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin? ”. (QS. Al-Mai’dah: 50). Islam adalah kebanggaan dan kemuliaan bagi pemeluknya. Dengan Islam, kemajuan fisik maupun mental akan dapat diwujudkan. Barangsiapa yang meragukan hal ini, hendaklah ia mau meluangkan waktu untuk menengok sejarah permulaan Islam. Ketika para penganutnya benar-benar ber-islam secara lahir batin, mereka tidak silau dengan gemerlapnya dunia. Mereka tidak pernah terpalingkan dari Alloh dengan apapun juga. Ketika itu kemajuan dalam berbagai hal dapat diwujudkan.
Kaum muslimin rahimahulloh wa iyyakum
Karenanya wahai kaum muslimin, marilah kita pegang teguh agama ini. Kita laksanakan syari’atnya dengan sepenuh hati, lahir batin, baik ketika kita seorang diri, ataupun pada saat berada ditengah khalayak. Hendaklah kita takut tertimpa satu musibah yang disampaikan oleh Alloh dalam firmannya: ” Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada merek, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepad mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Alloh, Rabb semesta alam ”. (QS. Al-An’am: 44-45). Sekian. Barakallohu’ Fiik, Semoga tulisan ini bermanfaat. Wa’akhiru Dakwathuna. Subhanakallohumma’ Wabihamdikaa’ Ashadu’alaa ‘illaa Anta Astaqfiruka Wa’athubuhu ‘Ilaika. Nun Wal Qolami Wamaa’ Yasthurun, Walhamdulillahirobbil Alamien. Wallohu’ Ta’ala A’lam bish Showab.
Dan segala puji bagi Alloh Robb semesta alam dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dan keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.
Dikutip dari khutbah Al-Allamah Fadhilatush Asy-Syaikh Al-Faqih Muhadist Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin Rahimahulloh dalam Kitab Ad-Dliya’ul Laami’Minal Khutabil Jawami yang diterbitkan Oleh Tandzim Harakah Sunniyyah Anshorus Sunnah Muhammadiyah, Mesir. dengan beberapa tambahan dan perubahan sedikit.
Perum Kota Serang Baru, Serang-Banten, 31 Maret 2006
Di terjemahkan Oleh: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih Abu Ramadhan, dkk, Jazakalloh Khoiron kepada Al-Allamah Fadhilatush Asy-Syaikh Mujahid Al-Faqih Ali bin Khudhair al-Khudhair Hafidzhahulloh (Penulis Kitab Ashlu’ Dienil Islam) yang berdomisili di Unaizah, Kerajaan Saudi Arabia (KSA) atas Pemberian Kiriman Kitab Ad-Dliya’ul Laami’Minal Khutabil Jawami yang diterbitkan Oleh Tandzim Harakah Sunniyyah Anshorus Sunnah Muhammadiyah, Mesir.
KAMI UCAPKAN,
Salam Dakwah Dan Jihad
Taqabbalallahu’ Minna wa Minkum
(Semoga Alloh Menerima amal kita semua).
Ucapan Terimakasih Penerjemah kepada, Abi dan Ummi beserta Adik Ramadhan dan Adik Conny Latifah (Ukh Qanitah) yang telah memberikan Motivasi dalam Penulisan ini, Al-Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, Lc (Da’i yang dipenjara di Negara Thoghut NKRI), Al-Ustadz H. Ahmad Rofi’i, Lc (Mudir Tandzim An-Najat, Jakarta dan Mudir Ma’had Al-I’tishoom, Karawang), Al-Ustadz Farid bin Ahmad Ukhbah, Lc, MA (Mudir Islamic Center Al-Islam, Bekasi), Al-Ustadz Drs. H. Hartono bin Ahmad Jaiz (Pakar aliran dan paham sesat), Al-Ustadz Abu Abdissalam Muhammad Sarbini, MH, I (Ketua DPP. HASMI), Al-Ustadz Halawi Makmun, Lc, MA (Da’i MMI dari Cilengsi, Bogor), Al-Ustadz Amin Djamaluddin (Ketua LPPI, Jakarta), Al-Akh Mu’min Sholeh (Mahasiswa Ma’had Muhammad Nashir Pusdiklat DDII, Bekasi), Kawan-kawan di PT. Marwah Indo Media (MIM), Bogor, Kawan-kawan di Radio Fajar Imani (FAJRI) 91,4 FM, Bogor, serta para Ikhwah fillah yang selalu berjuang dijalan Alloh, semoga Alloh selalu melindungi kalian semua. Amien ya Mujibas Sa’ilin.
Dakwah Kami:
1. Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan Pemahaman Rosululloh serta Salafush Ash-Shalih
2. Tashfiyah yakni memurnikan ajaran Islam dari segala Noda Syirik, Bid’ah, Khurafat, serta gerakan-gerakan dan pemikiran-pemikiran yang merusak ajaran Islam.
3. Tarbiyah yakni Pendidikan bagi kaum Muslimin berdasarkan ajaran Islam yang murni.
4. Menghidupkan pola piker membiasakan kebenaran, bukan membenarkan kebiasaan (tradisi)
5. Mengajak kaum Muslimin untuk hidup Islami, sesuai dengan Manhaj Ahlul Sunnah Wal Jama’ah.
Saudaraku ingatlah pesan kami:
1. Tegakkan Tauhid, Lenyapkan Syirik…!!
2. Terapkan Syari’at Alloh Azza wa Jalla…!!
3. Wujudkan Masyarakat Islami…!!
4. Hidupkan Sunnah, Matikan Bid’ah…!!
5. Tinggalkan Kemaksiatan & Kemungkaran…!!anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-47249884670006515002008-06-22T13:44:00.000+07:002008-06-22T13:45:36.754+07:007 Ciri 'Sok Tahu'7 Ciri 'Sok Tahu'
'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.
1. Enggan Membaca
Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Alloh pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.
2. Enggan Menulis
Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Alloh telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.
Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?
3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan
Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Alloh. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Alloh.
Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.
4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham
Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Alloh Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)
Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Alloh. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."
5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain
Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).
Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."
6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat
Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.
7. Suka Berdebat Kusir
Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.
Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.
sumber : eramuslim
Disebarluaskan Oleh: Remaja Islam Masjid Al-Falah (RIMAF), Perum Bekasi Permai.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-60240309607375923672008-06-17T10:53:00.001+07:002008-06-17T11:22:54.421+07:00info Tabliq Akbar & Buku Terbaru bermutuInfo, buku-buku terbaru bermutu
• Buku Membongkar Dosa-dosa Pemilu (Pro Kontra Praktik Pemilu Perpektif Syari’at Islam, Karya: al-Allamah asy-Syaikh Abu Nashr Muhammad Al-Imam Hafidzhahulloh, Terbitan: Prisma Media (HIMAM).
• Buku Keyakinan Al-Qadiani (Kumpulan Tulisan & Ucapan Al-Qadiani (AHMADIYAH)), Karya: al-Allamah asy-Syaikh Manzhur Ahmad Chinioti Pakistani Hafidzhahulloh (Sekjen Gerakan Internasional Penutup Kenabian & Direktur Kantor Pusat Urusan Da’wah dan Bimbingan Islam), Terbitan: LPPI (Lembaga Pengkajian & Penilitian Islam), Serta Milikilah buku terbitan LPPI, info buku terbitan LPPI Hub. (021) 8281606.
• Buku Dari Usamah Untuk Para Aktifis, Karya: al-Allamah asy-Syaikh Usamah bin Ladin Hafidzhahulloh, Terbitan: Kafayeh, Serta Milikilah buku terbitan Kafayeh, info buku terbitan Kafayeh Hub. 081393396635.
• Buku Mereka Mujahid Tapi Salah Langkah, Karya: al-Allamah asy-Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi, Hafidzhahulloh, Terbitan: Jazera, Serta Milikilah buku terbitan Jazera, info buku terbitan Jazera Hub. (0271) 7074155
Hadirilah Tabliq Akbar
Dengan Tema: “ Mari Meniti SirotulMustaqim ”
Rujukan buku SirotulMustaqim, Terbitan: HASMI
Bersama: Al-Ustadz Muhammad Sarbini, MH, I (Ketua Umum DPP HASMI)
Hari/Tanggal: Ahad, 22 Juni 2008 M/18 Jumadi Tsani 1429 H.
Waktu: 08.00 WIB s/d Selesai
Tempat: Masjid Al-Ghufron, Margahayu Jaya Bekasi Timur 300 meter dari Tol Timur dan 500 meter dari Terminal Bekasi.
Acara diselenggarakan oleh:
DPW, DPK, DPS HASMI Kota Bekasi
dan didukung oleh:
Majalah Gerimis, Majalah Ummatie, DKM Al-Ghufron, Radio FAJRI 91,4 FM, Bogor dan Radio DAKTA 107 FM, Bekasi
Contact Person: DPW HASMI. (021) 71538443 atau 081385598908
Untuk mendapatkan buku shirotulmustaqim hub: Ustadz Ja’far Abu Faqih. 085284622773
Imam Asy-Syafi’i berkata:
“ Ilmu Bagaikan hewan buruan mencatat ilmu sama dengan mengikatnya “
Ajaklah Keluarga, Saudara, Tetangga, Kawan untuk hadir dalam Tabliq Akbar ini, insyaAlloh banyak faedah ilmu syar’i.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-8513955645705518782008-06-15T20:27:00.000+07:002008-06-15T20:29:53.457+07:00Jihad Jalan Kami" Jihad Jalan Kami "
Oleh: Iman Santoso, Lc
Hidup ini adalah perjuangan dan perjuanganlah yang membuat kita hidup. Jihad fi sabilillah merupakan puncak ajaran Islam. Sehingga umat Islam yang melaksanakannya akan mendapatkan kemuliaan dan kejayaan di dunia dan surga Allah di akhirat.
Sebaliknya mereka yang meninggalkan jihad dan tidak terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk berjihad akan hina dan menderita di dunia serta mendapatkan siksa Allah di neraka. Jihad adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk meraih kejayaan Islam, merdeka dari penjajahan dan meraih kembali tanah yang hilang.
Ketika umat Islam lalai terhadap kewajiban, maka Allah akan menghinakan mereka. Rasulullah saw. bersabda,” Jika kalian telah berdagang dengan ‘Inah (sistem riba’), mengikuti ekor-ekor sapi (sibuk beternak), rela bercocok tanam dan meninggalkan jihad, pasti Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali ke ajaran agama kalian.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Baihaqi).
Imam Syahid Hasan al-Banna berkata: Sesungguhnya umat yang mengetahui bagaimana cara membuat kematian, dan mengetahui bagaimana cara meraih kematian yang mulia, Allah pasti memberikan kepada mereka kehidupan mulia di dunia dan keni’matan yang kekal di akhirat. Wahn (kelemahan) yang menghinakan kita tidak lain karena penyakit cinta dunia dan takut mati. Maka persiapkanlah jiwa kalian untuk amal yang besar, dan semangatlah menjemput kematian niscaya diberi kehidupan. Ketahuilah bahwa kematian adalah kepastian dan tidak datang kecuali satu kali. Jika engkau menjadikannya di jalan Allah, maka hal itu merupakan keuntungan dunia dan ganjaran akhirat.
Definisi Jihad
Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan Allah SWT.
Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah; suatu kewajiban sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah saw.,” Siapa yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.
Adapun urutan yang paling bawah dari jihad adalah ingkar hati, dan yang paling tinggi perang mengangkat senjata di jalan Allah. Di antara itu ada jihad lisan, pena, tangan dan berkata benar di hadapan penguasa tiran.
Dakwah tidak akan hidup kecuali dengan jihad, seberapa tinggi kedudukan dakwah dan cakupannya yang luas, maka jihad merupakan jalan satu-satunya yang mengiringinya. Firman Allah,” Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (QS Al-Hajj 78).
Dengan demikian anda sebagai aktifis dakwah tahu akan hakikat doktrin ‘ Jihad adalah Jalan Kami’
Tujuan Jihad
Jihad fi sabilillah disyari’atkan Allah SWT bertujuan agar syari’at Allah tegak di muka bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan balas dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi kaum yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak semata-mata membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena Islam menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam Islam untuk menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan manusia. (QS an-Nisaa’ 74-76).
Macam-Macam Jihad
Jihad fi Sabilillah untuk menegakkan ajaran Islam ada beberapa macam, yaitu:
1. Jihad dengan lisan, yaitu menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam kepada manusia serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk dalam jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar dan aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah.
2. Jihad dengan harta, yaitu menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah khususnya bagi perjuangan dan peperangan untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga mujahid yang ditinggal berjihad.
3. Jihad dengan jiwa, yaitu memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan umat Islam. Jihad ini biasa disebut dengan qital (berperang di jalan Allah). Dan ungkapan jihad yang dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti berperang di jalan Allah.
Keutamaan Jihad dan Mati Syahid
Beberapa ayat Alquran memberikan keutamaan tentang berjihad. Di antaranya, (QS an-Nisaa’ 95-96)(QS as-Shaff 10-13).
Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya: ”Amal apakah yang paling utama?” Rasul SAW menjawab: ”Beriman kepada Allah”, sahabat berkata:”Lalu apa?” Rasul SAW menjawab: “Jihad fi Sabilillah”, lalu apa?”, Rasul SAW menjawab: Haji mabrur”. (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Pagi-pagi atau sore-sore keluar berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia seisinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas ra bahwa nabi SAW bersabda: ”Tidak ada satupun orang yang sudah masuk surga ingin kembali ke dunia dan segala sesuatu yang ada di dunia kecuali orang yang mati syahid, ia ingin kembali ke dunia, kemudian terbunuh 10 kali karena melihat keutamaan syuhada.” (Muttafaqun ‘alaihi)
”Bagi orang yang mati syahid disisi Allah mendapat tujuh kebaikan: 1. Diampuni dosanya dari mulai tetesan darah pertama. 2. Mengetahui tempatnya di surga. 3. Dihiasi dengan perhiasan keimanan. 4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari. 5. Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat. 6. Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari dunia seisinya. 7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)
Hukum Jihad Fi Sabilillah
Hukum Jihad fi sabilillah secara umum adalah Fardhu Kifayah, jika sebagian umat telah melaksanakannya dengan baik dan sempurna maka sebagian yang lain terbebas dari kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman:
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS at-Taubah 122).
Jihad berubah menjadi Fardhu ‘Ain jika:
1. Muslim yang telah mukallaf sudah memasuki medan perang, maka baginya fardhu ‘ain berjihad dan tidak boleh lari.
”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal 15-16).
2. Musuh sudah datang ke wilayahnya, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh penduduk di daerah atau wilayah tersebut .
”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah 123)
3. Jika pemimpin memerintahkan muslim yang mukallaf untuk berperang, maka baginya merupakan fardhu ‘ain untuk berperang. Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak ada hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diperintahkan untuk keluar berjihad maka keluarlah (berjihad).” (HR Bukhari)
Kata-Kata Jihad
Khubaib bin Adi ra. berkata ketika disiksa oleh musuhnya, “Aku tidak peduli, asalkan aku terbunuh dalam keadaan Islam. Dimana saja aku dibunuh, aku akan kembali kepada Allah. Kuserahkan kepada Allah kapan saja Ia berkehendak. Setiap potongan tubuhku akan diberkatinya”.
Al-Khansa ra. berpesan kepada 4 anaknya mengantarkan mereka untuk jihad, “Wahai anak-anakku ! Kalian tidak pernah berkhianat pada ayah kalian. Demi Allah, kalian berasal dari satu keturunan. Kalianlah orang yang ada dalam hatiku. Jika kalian menuju ke medan perang, jadilah kalian pahlawan. Berperanglah ! Jangan kembali. Aku membesarkan kalian untuk hari ini”.
Abdullah bin Mubarak berkata pada saudaranya Fudail bin Iyadh yang sedang asyik ibadah di tahan suci,” Wahai ahli ibadah di dua tahan Haram, jika engkau melihat kami, niscaya engkau akan tahu bahwa engkau hanya bermain-main dalam ibadah. Barangsiapa membasahi pipinya dengan air mata. Maka, leher kami basah dengan darah”.
Demikianlah jihad adalah satu-satunya jalan menuju kemiliaan di dunia dan di akhirat. Ampunan Allah, surga Adn, Pertolongan dan Kemenangan. Wallahu a’lam bishawaab.
diambil dari situsnya http://www.dakwatuna.com oleh: Ovry K Adrianto, S, Kom.anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4167652845346594442.post-72692420654292487082008-06-15T19:24:00.000+07:002008-06-15T19:34:06.267+07:00Mengenal Kitab Dusta Tadzkirah" Mengenal Kitab Dusta Tadzkirah "
Ahmadiyah Melaknat dan Memusuhi Ummat Islam
Oleh: Al-Ustadz Drs. H. Hartono Ahmad Jaiz (Pakar aliran Sesat & Penulis Buku Aliram & Paham Sesat Di Indonesia)
“Kitab Suci” Ahmadiyah yang bernama Tadzkirah memang benar-benar sesat menyesatkan, di luar Islam, dan ajarannya sangat bertentangan dengan Islam. Tadzkirah itu disebut sebagai Wahyu Muqoddas (Wahyu yang disucikan) –tertulis di dalam kitab itu sendiri pada halaman pertama–. Sedang menurut sampulnya, tadzkirah itu disebut sebagai kumpulan ilham (majmu’ah ilhaamaat) Hadzrat Masih Mau’ud (Isa yang dijanjikan) alaihis salam, maksudnya adalah Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908M) yang mengaku dan dipercayai oleh pengikutnya sebagai nabi dan rasul sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,.
Kitab kumplan wahyu disucikan yang disebut Tadzkirah ini dikeluarkan tanggal 29 Oktober 1956M, bertepatan dengan 23 Rabiul Awwal 1346H oleh pengedarnya, As-Syirkah Al-Islamiyah.
Kitab Ahmadiyah bernama Tadzkirah ini setebal 840 halaman ukuran quarto, + 3 halaman pengantar berbahasa Urdu, dan diakhiri dengan 4 halaman ralat. (Wahyu disucikan tetapi ada ralatnya, karena dianggap ada yang salah cetak, dan ralatnya itu sampai 4 halaman folio atau tiga halaman lebih).
Tadzkirah ini sampai 31 halaman dari awal berbahasa Urudu, baru kemudian ada sedikit-sedikit Bahasa Arab, lalu selang seling kedua bahasa itu.
Ayat-ayat yang berbahasa Arab kebanyakan diterjemahkan ke bahasa Urdu dengan tulisan Arab Parsi/ Pakistani, dan kadang diberi penjelasan dengan Bahasa Urdu.
Tadzkirah berisi kebohongan dan merusak Islam
Isi Tadzkirah itu benar-benar merusak Islam, karena menegaskan kebohongan yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam secara nyata, di antaranya:
1. Menjajakan kemusyrikan nyata, Mirza Ghulam Ahmad mengaku berkedudukan pada keesaan Allah.
2. Mengaku berkedudukan sebagai anak Allah.
3. Mengaku sebagai Rasul.
4. Mengaku sebagai Nabi.
5. Mengaku sebagai Isa bin Maryam.
6. Mengaku dipersilahkan Allah untuk tinggal di surga.
7. Mengaku diberi khabar gembira Allah sebagai orang yang jadi tujuan Allah.
8. Mengaku namanya sempurna, sedang nama Allah tak sempurna.
9. Mengaku kedua bibirnya penuh rahmat.
10. Menganggap orang yang tidak mengikutinya itu kafir dan terlaknat.
11. Mengecam orang yang tidak mengakuinya sebagai Rasul itu musuh.
Masih banyak kebohongan yang tertera dalam “Kitab Suci” Ahmadiyah bernama Tadzkirah ini. Mari kita simak cuplikan-cuplikan kesesatannya yang sangat menjerumuskan dan merusak Aqidah Islam sebagai berikut:
Menyebar kemusyrikan dengan mengaku berkedudukan pada keesaan Allah. Ditekankan berkali-kali:
اَنْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ تَوْحِيْدِىْ وَتَفْرِيْدِىْ فَحَانَ اَنْ تُعَانَ وَتُعْرَفَ بَيْنَ النَّاسِ
Kamu di hadapanku pada kedudukan tauhid-Ku dan ke-Esaan-Ku, maka waktunya untuk ditolong dan dikenal di kalangan manusia. (Tadzkirah, halaman 246, 276, 395).
Menyebar kemusyrikan dengan mengaku sebagai Anak-anak Allah. Jadi Allah dianggap punya banyak anak:
اَنْتَ مِنِّىْ بِمَنْزِلَةٍ اَوْلاَدِيْ
Kamu disisi-Ku pada kedudukan anak-anak-Ku.(Tadzkirah, halaman 436)
Mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ
Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu. (Tadzkirah, halaman 436).
Mengaku berkedudukan sebagai anak Allah. Ini Allah dianggap punya anak:
اَ نْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ وَلَدِىْ
Kamu di sisi-Ku pada kedudukan anak-Ku. (636).
Berdusta dengan pengakuan sebagai nabi, pada kedudukan Musa as pada zaman seperti zaman Musa. Mirza mengaku Allah utus sebagaimana Allah utus Musa kepada Fir’aun. Kedustaan itu tertuang dalam Tadzkirah, halaman 651:
يَانَبِىَّ اللهِ كُنْتُ لاَ اَعْرِفُكَ
لاَ تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
تَلَطَّفْ بِالنَّاسِ وَتَرَحَّمْ عَلَيْهِمْ
اَنْتَ فِيْهِمْ بِمَنْزِلَةِ مُوْسَى
يَاْتِىْ عَلَيْكَ زَمَنٌ كَمِثْلِ زَمَنِ مُوْسَى
اِنَّا اَرْسَلْنَا اِلَيْكُمْ رَسُوْلاً شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا اَرْسَلْنَا اِلَى فِرْعَوْنَ رَسُوْلاً
Wahai Nabi Allah, aku tidak mengenalmu
Pada hari ini tidak ada celaan terhadap kalian, Allah meng-ampuni kalian, dan Dia Maha Penyayang diantara para penyayang
Bersikap ramahlah kamu ter-hadap manusia dan sayangilah mereka
Kamu dikalangan mereka seperti kedudukan Musa
Akan datang kepadamu suatu zaman yang seperti zamannya Musa
Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul, yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun
Melaknat orang yang dianggap kafir dan mengangkat diri sebagai Imam yang diberkahi dengan ungkapan berulang-ulang. Yang diberkahi hanyalah orang yang bersama Mirza Ghulam Ahmad dan sekitarnya, sedang yang dilaknat adalah orang kafir. Artinya, orang yang tidak bersama mirza Ghulam Ahmad alias tidak mempercayainya maka dilaknat atas nama laknat Allah, karena dianggap kafir. Ini tertuang dalam Tadzkirah, halaman 748-749:
Laknat Allah ditimpakan atas orang yang kufur
لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الَّذِىْ كَفَرَ
Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur
َانْتَ اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur
َانْتَ اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur
َانْتَ اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
Orang yang bersamamu dan orang yang disekitarmu di-berkahi.
بُوْرِكَ مَنْ مَّعَكَ وَمَنْ حَوْلَكَ.
Akhir dari Kitab Tadzkirah ini adalah kutukan kepada orang kafir, dan keberkahan bagi orang yang mengikuti Mirza Ghulam Ahmad. Ini jelas, yang tidak mngikuti, atau tidak beserta Mirza Ghulam Ahmad dinyatakan kafir dan dilaknat. Tidak ada makna lain dari pernyataan itu. Maka sudah jelas, Mirza Ghulam Ahmad melaknat dan mengkafirkan siapa saja yang tidak mengikutinya.
Di samping dianggap kafir, orang yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul itu dianggap sebagai musuh. Lihat Tadzkirah halaman 402. Anehnya, para pembela Ahmadiyah mengatakan bahwa orang Ahmadiyah itu sama dengan kita (kaum Muslimin), hanya beda penafsiran. Itu kata Dawam Rahardjo, pembela gigih Ahmadiyah sejak lama. Padahal dalam Kitab Tadzkirah halaman 402 jelas:
سَيَقُوْلُ الْعَدُوُّ لَسْتَ مُرْسَلاً
Musuh akan berkata: kamu bukanlah orang yang diutus (Rasul). (Tadzkirah halaman 402)
Oleh karena itu, semua orang Muslim karena tidak percaya Mirza Ghulam Ahmad sebagai rasul maka dianggap musuh. Maka berbohonglah orang yang membelanya dengan mengatakan bahwa Ahmadiyah itu sama dengan kita, hanya beda penafsiran. Sebab Ahmadiyah dalam kitab suci mereka sendiri telah menyatakan musuh.
dinukil & diedit Oleh: Ustadz Abu Fauzan Muhammad Lukman As-Sundawy, SH, I dan Team Kajian ilmiah anshorud da'wah ila kitabi was sunnati, Banten. Muraja'ah: Al-Ustadz Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih Abu Ramadhan, Spd, I diambil dari situs www.nahimunkar.com
untuk lebih jelas mengenai Ahmadiyah Lakanatulloh al-kahzab Rujuklah Buku yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian & Penelitian Islam (LPPI) dengan judul Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur'an Karya: Al-Ustadz Drs. H. Muhammad Amin Djamaluddin (Ketua Umum LPPI, Jakarta)anshorud da'wah ila kitabi was sunnatihttp://www.blogger.com/profile/00578769026039723077noreply@blogger.com