Sabtu, 05 Juli 2008
Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang yang ke2
Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang
Assalamu’alaikum. WR. WB.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah Mujahidin yang berjuang di Palastina serta Afghanistaan, dll mendapatkan Syahid dalam berjuang?, mohon penjelasan antum!. (Al-akh Yunus al-Ghifari, Ciomas, Serang).
Jawab: Barakallohu’ fikk, pertanyaan yang bagus sekali, Segala Puja Bagi Alloh Rabb semesta Alam yang patut kita perjuangkan kalimat-Nya, Sesungguhnya para Mujahidin yang berjuang demi membela kalimat Tauhid adalah Mati Syahid, sebab Beliau Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: ” Pusat Segala Urusan adalah Islam, tiang penyanganya adalah shalat, dan puncaaknya adalah jihad fie sabilillah ”. (HR. Muslim dengan isnad Shahih). Maksud dari hadist itu adalah kita harus berjihad kepada kaum musyrik dan kafir yang telah menghina Islam itu harus kita lawan jangan diam saja ya ikhwah fillah, tapi anehnya ada sebagian pengaku Ahlus Sunnah yang menamakan dirinya sebagai pengikut Salafiyyun tapi anehnya mereka malah memvonis alias tahdzir para Mujahidin, apakah mereka tidak pernah membaca Kitab Fadhlul Jihad wal Mujahidin (Keutamaan Jihad dan Mujahidin) yang ditulis Oleh Syaikh Al-Allamah Imam Al-Faqih Muhadist Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahulloh, Terbitan: Darul Wathan, serta Kitab Ayyatur Rahman Fie Jihadil Afghan, Tulisan: Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Syaikh Dr. Abdullah Azzam Rahimahulloh serta Kitab Al-Jaami’ fii Tholabil ’Ilmisy Syariif, Tulisan: Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz Hafidzhahulloh, ya Akhi!, apakah mereka sang pengaku pemegang bendera salaf malah mencela para Ulama dan Mujahidin seperti Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Dr. Abdullah Azzam Rahimahulloh, Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Osama bin Ladin Hafidzahulloh, Syaikh Al-Allamah Mujahid Al-Faqih Abu Muhammad ’Ashim Al-Burqawi Al-Maqdisi Hafidzahulloh, Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Muhadist Mujahid Yusuf Al-’Uyairi Rahimahulloh, Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh serta muridnya Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Ali bin Khudhair al-Khudhair Rahimahulloh, dll yang berjuang membela Kalimatuth Tauhid dengan perkataan jelek seperti Khawarij, Quthubiyyun, Murjiah, Terorisme, dll apakah ini yang dinamakan Manhaj Salaf yang suka memvonis Ulama dan Mujahidin ya akhi!, Apakah antum sang pengaku Salafiyyun Ma’zun tidak faham Fatwa Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh tentang masalah Bom Isytihadiyyah (Bom Bunuh Diri), dan masalah lainnya mengenai Fatwa Keutamaan JIHAD dan MUJAHIDIN ya Ikhwah fiddien!, coba antum bayangkan kalau Negeri Palastina, Afghanistan, dll di duduki oleh kaum kafir dan munafiq apakah kita diam saja!, tidak mau berjuang melawan penjajah!, aneh betul ya akhi mereka yang menamakan dirinya pemegang bendera salafiyah tapi malah menghina para Ulama dan Mujahidin, apakah ini akhlaq dan adab seorang salaf ya ikhwah fillah, Wallahu’ Ta’ala A’lam bish Showab, Semoga saja para Mujahidin dan Ulama yang berjuang di Palastina serta Afghanistan, dll mereka di golongkan orang yang masuk jannah (syurga) Alloh yang mulia. Amien ya Mujibas Sa’ilin. Wassallam.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah yang dimaksud dengan program Bahaya Seruan Sinkretisme Agama, mohon Penjelasan antum!, Syukron!. (Al-akh Yanto, Pasar Kemis, Tangerang).
Jawab: Segala Kebenaran hanya milik Alloh yakni ajaran yang dibawa oleh Rasululloh Muhammad ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam yakni Agama Islam yang mulia, sebab tidak ada satupun yang mulia selain Islam agama yang lurus dan benar, serta agama yang lain adalah bathil yang selamat adalah Islam, maksud dari pertanyaan antum ya akhi adalah artinya Sinkretisme agama sepengetahuan ana adalah Penyatuan Agama, Coba saja antum baca saja buku yang dilkeluarkan oleh Lajnah Ad-Da’imah dengan Judul Tsalatsu Fatawa Muhimmah yang telah di ahli bahasakan dengan judul Buku ” Awas Kristenisasi & Bahaya Seruan Sinkretisme Agama ”, Terbitan: Darul Ilmi, coba saja antum baca dan pelajari buku tersebut insyaAlloh isinya mumtaz tentang masalah Kristenisasi, Wallahu’ Ta’ala A’lam. Wassallam.
Pertanyaan Kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, Bolehkah kita Bekerja serta Belajar di tempat yang bercmpur antara Pria dan Wanita, mohon Penjelasannya?. (Hamba Alloh)
Jawab: Segala Puja hanya milik Alloh Rabb semesta alam, Sesungguhnya Belajar dan Bekerja ditempat yang terjadi Ikhtilat (Campur Baur) antara Pria dan Wanita itu tidak boleh sebab dapat menimbulkan Fitnah yang besar karena Rasululloh Bersabda: ” Aku tidak meninggalkan Sesudahku, Suatu Fitnah yang lebih berbahaya dibanding dengan fitnah bagi pria daripada wanita ” . (Al-Hadist), coba antum baca Buku dari para Kibarul Ulama (Ulama Besar) yang berjudul Bukunya kalau tidak salah Terbitan: At-Tibyan dengan Judul Buku: Fatwa-fatwa Tentang Memandang, Berkhalwat dan Ikhtilat (bercampurnya Pria dan Wanita), coba antum pelajari buku tersebut. Wassallam
Pertanyaan Kepada Ust. Abu Hanifah alBantani, apakah antum sudah membaca buku tentang Ahlussunnah Membantah Ibnu Taimiyyah juga Buku Mewaspadai ajaran-ajaran sesat diluar ahlussunnah wal jama’ah yang kedua buku tersebut diterbitkan oleh: LPPB2I Syabab Ahlussunnah Wal Jama’ah, mohon penjelasan antum!, Syukron. (Hamba Alloh, Malimping, Banten).
Jawab: Segala kebenaran hanya milik Alloh yang mulia, Sesungguhnya Buku tersebut isinya telah banyak menyimpang dan membodohi ummat Islam yang setahu ana buku itu anehnya ada tulisan Risalah Tahdzir, Naudzubillah min Dzalik ya ikhwah, ana sudah membaca buku tersebut dan isinya sangat bertentangan sekali, yang mana buku itu diterbitkan oleh SYAHAMAH Press, Klender, Jaktim bukan yang antum sebutkan itu ya akhi!, oleh karena itu barangsiapa yang ngaku Ahlussunnah yang mulia seharusnya mereka mendukung dakwah Al-Imam Asy-Syaikh Muhadist Al-Faqih Al-Allamah Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh yang dibilang Wahhabi serta Al-Imam Asy-Syaikh Muhadist Al-Faqih Al-Allamah Ibnu Taimiyah Rahimahulloh, dkk beserta Muridnya yang mulia bukan malah mencela dan menghina Beliau semua, karena beliau tersebut yang mensyi’arkan dakwah tauhid yang haq serta melawan kemungkaran juga kebid’ahan yang merajalela, oleh sebab itu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau yang dikenal sebagai Syaikh Muhammad At-Tamimi atau Wahhabi serta Syaikh Ibnu Taimiyah adalah ulama alim dan sholeh bukan termasuk golongan ulama su’ (jahat), intinya buku-buku yang antum sebutkan tadi tidak patut dibaca oleh umat islam, sebab banyak kebingungan yang membuat umat makin dibodohi, dan tidak boleh seorang muslim memperjual belikan buku tersebut sembarangan karena buku itu sangat mudah sekali dicari dan diperoleh. Wallohu’ Ta’ala a’lam.
Dikumpulkan pertanyaan ini oleh: Al-akh Muhajirin al-Anshori.
Biografi singkat Abu Hanifah alBantani.
1). TK. Flamboyan, Bekasi
2). SD. Bekasi Timur 2 sekarang SD Bekasi Jaya 5
3). MTS. Al-Masthuriyyah, Tipar, Cisaat, Sukabumi, sampai Kelas 2
4). MTS. Muhammadiyah 02, Kota Bekasi
4). MAN 1, Kota Bekasi
5). IAIN SMHB
6). UNTIRTA, Banten
Kamis, 03 Juli 2008
Al-Allamah Syaikh Usamah Bin Ladin & Al Qaeda, Inspirasi Kebangkitan Islam?
Ahad, 29 Juni 2008, Masjid Al Quds, Pamekasan, Madura. Sebuah acara bertajuk Bedah Buku dan Diskusi digelar oleh Moslem Intellectual Community (MIC) Madura bekerjasama dengan AMC Studi Club Pamekasan. Buku yang dibedah adalah In The Heart of Al Qaeda, karya M Fachry. Hadir dalam acara tersebut selain penulis adalah Ustad Khalid Saifullah dari Ummatul Khilafah, dan Ustad Saifuddin Umar, Pengasuh Forum Kajian Tafaqquh Fiddien, Surabaya. Acara berlangsung semarak, dihadiri peserta dari beberapa daerah seperti Sumenep, Sampang, Malang, Surabaya, dan tentu saja dari Pamekasan sendiri.
Dalam pengantar diskusinya, penulis, M Fachry menyampaikan bahwa buku In The Heart of Al Qaeda yang ditulisnya berlatarbelakang keprihatinannya atas kondisi kaum muslimin saat ini, terutama pemahaman umat yang termakan teori-teori konspirasi dan black campaign atas Syaikh Usamah bin Ladin dan Al Qaeda. Untuk itu perlu informasi berimbang dan tabayyun atas aktivitas dan amal jihad yang telah dilakukan oleh Al Qaeda bersama Syaikh Usama bin Ladin.
Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Ustad Khalid Saifullah dari Ummatul Khilafah. Beliau menyampaikan bahwa secara prinsip tidak ada kritikan serius terhadap buku tersebut. Ustadz Khalid hanya meminta klarifikasi kepada penulis mengenai kepastian peristiwa 11 September yang banyak diragukan oleh kalangan muslim sendiri. Berikutnya Ustad yang juga pengasuh BKPRMI Pamekasan ini juga menanyakan dan mengkritisi pemahaman jihad. Karena menurut beliau jihad saat ini kurang efektif dan akan lebih efektif jika dilakukan oleh negara atau dengan kata lain dilakukan jika khilafah sudah tegak.
Pembicara berikutnya, Ustadz Saifuddin Umar menjelaskan konsep At Thoifah Al Manshuroh (kelompok yang mendapat pertolongan/kemenangan) yang menurut beliau saat ini adalah Al Qaeda. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari At Thoifah Al Mansuroh ada pada Al Qaeda (ada sekitar 27 hadits mutawatir yang menjelaskan sifat dan karakter At Thoifah Al Manshuroh) misalnya, "Dari Ummat", Tegas, Terus Berpegang Kepada Islam, Berperang (Jihad) hingga akhir zaman.
Ustadz Saifuddin Umar juga menjelaskan bahwa huku jihad saat ini adalah fardhu 'ain. Beliau mengibaratkan seorang anak yang mau jatuh tenggelam maka harus segera ditolong dan tidak dibutuhkan lagi syarat apa pun untuk menolong anak tersebut. Begitulah kondisi jihad yang hukumnya telah fardhu 'ain saat ini.
Beliau juga menambahkan tentang kelebihan-kelebihan Al Qaeda seperti memiliki pemimpin-pemimpin yang ikhlas, bekerja dengan ilmu, memanfaatkan teknologi modern terutama media.
Bedah buku dan diskusi diramaikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan ke penulis dan pembicara pembanding. Misalnya seorang penanya menanyakan apakah saat ini Syekh Usamah bin Ladin masih hidup ? dan bagaimana aplikasi dari hukum jihad yang saat ini sudah fardhu 'ain? Penanya tersebut juga menanyakan bagaimana pembuktian akan hancurnya AS ? Salah seorang penanya mengkritisi pendapat Ustadz Khalid yang menyatakan jihad saat ini kurang efektif dan harus dilakukan jika sudah ada khilafah. Bukankah hukum jihad sudah banyak bertebaran di dalam Al Qur'an ? dan akan berlangsung terus hingga hari kiamat sebagaimana hadits Rosululloh SAW.
Diskusi dan Bedah Buku In The Heart of Al Qaeda pun berlangsung seru dan menarik. Seluruh masalah dan keingintahuan peserta terjawab sudah secara tuntas dan memuaskan. Sebagian peserta mengakui dan menyakini bahwa Al Qaeda dan Syekh Usamah bin Ladin bukan hanya sekedar fenomena tetapi merupakan sebuah harapan dan inspirasi bagi umat Islam dan kebangkitannya. Bahkan nasib Amerika saat ini berada di tangan Al Qaeda, setelah Alloh SWT. Wallahu'alam bis showab! diambil oleh: Al-akh Ovry K Adrianto, S, Kom dari situs http://www.almuhajirun.com
Selasa, 01 Juli 2008
CRUSADE (PERANG SALIB)
CRUSADE
(PERANG SALIB)
PERANG SALIB
Perang Salib atau Crusade yang terjadi pada abad 11 hingga abad ke-13 adalah perperangan untuk menguasai tanah suci Jarusalem. Perang ini melibatkan dua pihak yakni Negara – Negara Eropa Barat Nasrani dan Negara – Negara Timur Tengah Islam. Perang salib dari sudut pandang Barat telah menghasilkan karya-karya yang begitu melimpah dalam waktu lebigh dari satu abad, di sisi lain, sangat sedikit studi yang mencermati respon kaum muslimin terhadap perang salib. Karya ini hadir untuk mengisi ruang tersebut. Dengan analisis yang mendala dan sumber-sumber yang valid karya ini menjelaskandampak perang salib yang terus dirasakan kaum muslim hingga kini, dan merupakan kontribusi pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.
PERANG SALIB dan PENGARUHNYA pada HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN
Latar Belakang dan Faktor-Faktor Penyebab Perang Salib
Warga nasrani di Indonesia khususnya dan dunia umumnya menganggap kaum muslimin dengan tafsiran mereka dalam Kej. 16.12, disini muslimin digambarkan sebagai orang yang kelakuannya seperti kedelai liar dan tangannya melawan setiap orang. Perusakan pembakaran gedung-gedung gereja semakin memperkuat pandangan mereka terhadap orang islam bahwa ayat tersebut adalah kutuka bukanjanji atau berkat.
Sebagian besar pengaruh kebudayaan islam atas eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslim di Spanyol dan sisilia. Berasal dari sekelompok tentara pengintai Islam menyebrang dari Afrika Utara. Ke ujung paling selatan sepanyol. Pada Juli 710, laporan kegiatan mata-mata ini menimbulkan minat baru untuk menyerang.
Pada tahun 711 pasukan penyerang yang berjumlah 700 orang yang dipmpin oleh Thariq dari bani umayyahmenerbu spanyol berhasil mengalahkan Roderick, Raja Visigoth, pada tahun 750 kekaisaran islam diobaeah kendali bani Umayyah jatuh ke tangan Bani Abbassiyah
Pada tahun 1055 tentara turki mulai menyerang ke arah barat, yaitu kekaisaran Byzantium dan Siria, dan pada trahun 1070 tentara turki juga menguasai yarusalem.
Setelah pengaryh Romawi lenyap dari Eropa Barat, pada abad 5 wilayah ini ditimpa kekacauan. Suku suku Germanyang merebut daerah yang dahulu dikuasai Romawi mempunyai kebudayaan yang jauh lebih rendah disbanding kebuadayaan Romawi , kehidupan gereja pun berpengaruh dan mulailah senjata masuk gereja.
Misi penyebaran injil dihubungkan dengan ekspedisi militer, memasuki abad ke 11 gereja mulai melibatkan para bangsawan yang gemar berperang untuk melawan musuh-nusuhnya, gereja mulai mengatur peperangan dan menjamin kedamaian, politik ini disebut gerakan damai Allah,paus mengkobarkan semangat mereka dengan menjanjikan pengampunan dosa , dan paus pun berambisi menggabungkan gereja timur kedalam kekuasaannya ubtuk mengusir muslimin dari Baitul Maqdis.
Pada tahun 1050 dikenallah dengan sebutangerakan perang suci dan disebut perang salib karma kam kuffar menggunakan lambing salib dari kain merah pada bahu dan dada mereka
PENGARUH PERANG SALIB PADA HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM Di INDONESIA
Ketika Agama Kristen masuk ke Nusantara tepatnya pada abad 16 sudah banyak penduduk yang emeluk Agama Islam. Sejak awal kedatangan kedua Agama ini (Islam- Kristen), sudah diwarnai oleh yang kurang baik.
Sebenarnya sikap Pemirintah Hindia Belada terhadap agama Kristen bermuka dua. Pada satu pihak Pemerintah sering kali mempersulit atau melarang pengkabaran injil namun dibalik itu pengkabaran injilini pun disongkongnya, pemerintahan colonial erat sekali dengan kegiatan penginjilan. Pelaksanaan dakwah Islam banyak mendapatkan kendala. Cara kaum kuffar adalah mendtang dari satu rumah ke rumah dan banyak membangun gereja dikawasan Muslim.pekabar injil datang ke Indonesia dalam jumlah besar pada awal pemerintahanorde baru. Pemerintah menganjurkan para simpatisan PKI memilih Agama yang sah dan di akui, sebagian besar mereka memilih Kristen sebagai Agama mereka. Bantuan dari luar negri yang bukan saja berbentuktenaga namun juga berbentuk dana berasal dari kalangan injili dan fundamentalis. Dengan dana yang besar tu mereka membangun anyak gereja di tempat yang strategis.mereka juga melakukan penginjilan dengan cara kegiatan social kepada masyarakat miskin. Dengan tujuan agar warga iskin tersebut mau berpindah Agama. Konflik keagamaan timbul akibat kegiatan misi yang dilakukan tanpa mempertimbangkan perasaaan Umat Islam.
Walaupun Indonesia sudah merdeka lebih dari setengah abad, namun Indonesia belum bisa lepas dari pengaruh Negara Negara kuffar, sehingga sampai detik ini kita lihat penegakan syari’at Islam pun belum dapat terwujudkan di Indonesia. Dan mereka tidak akan membairkan syari’at Islam tegak di Indonesia, dengan usaha-usaha berlebelkan kerjasama, mereka memasang taktik politik yang luar biasa liciknya di samping usaha-usaha penginjilan lainnya…LA’NATULLOH ‘ALAIHIM….
Nas alullah an yaj’alana minas shalihien wa muwwahidien, wa akhiru da’wana ‘anilhamdulillahi rabbil ‘alamien….
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla illaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Rabu, 25 Juni 2008
Fatwa mengenai Salafiyyun Ma'zun
Tulisan ini dikumpulkan oleh: Al-Ustadz Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih Abu Ramadhan
" Wajib Mengikuti Salaf "; Bukan Membentuk Golongan yang Dinamakan “As-Salafiyyun”
Oleh: Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahulloh
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku.”
Hadits ini memberi arti bahwa apabila muncul banyak golongan di tengah-tengah umat, maka jangan berafiliasi kepada satu golongan pun. Dulu muncul sekte-sekte, seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Syi’ah, bahkan Rafidhah. Lalu, akhir-akhir ini muncul Ikhwaniyyun, Salafiyyun, Tablighiyyun, dan kelompok lain yang semisal.
Letakkanlah semua kelompok ini di samping kiri dan teruslah melihat ke depan, yaitu jalan yang ditunjukkan oleh Nabi saw, “Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin.”
Tidak diragukan, wajib atas semua kaum Muslimin untuk mengambil paham salaf; bukan berafiliasi pada golongan tertentu yang disebut “As-Salafiyyun”. Yang wajib adalah hendaknya umat Islam mengambil paham salafus shalih; bukan membentuk golongan yang dinamakan “As-Salafiyyun”. Berhati-hatilah terhadap perpecahan! Ada jalan salaf; ada pula golongan yang disebut “As-Salafiyyun”. Apa yang wajib? Mengikuti salaf!
Mengapa? Karena ikhwah As-Salafiyyun adalah kelompok paling dekat dengan kebenaran. Tidak diragukan. Akan tetapi, permasalahan mereka seperti kelompok lainnya. Sebagian individu kelompok ini saling menyesat-nyesatkan, membid’ahkan, dan memfasikkan. Kami tidak mengingkari hal ini apabila benar mereka layak untuk itu. Akan tetapi, kami mengingkari terapi bid’ah-bid’ah tersebut dengan cara ini. Yang wajib adalah pemimpin-pemimpin kelompok ini berkumpul. Hendaknya mereka mengatakan, “Di antara kita ada Kitabullah ‘Azza wa Jalla dan Sunnah Rasul-Nya. Marilah kita berhukum pada keduanya; bukan pada hawa nafsu, pendapat-pendapat, dan tidak pula kepada Fulan dan Fulan.” Setiap orang bisa salah dan bisa benar meski seberapa banyak ilmu dan ibadahnya. Akan tetapi, jaminan kema’shuman hanya pada agama Islam.
Nabi saw memberikan petunjuk dalam hadits ini untuk menempuh jalan yang menyelamatkan manusia; bukan berafiliasi kepada kelompok apa pun, kecuali kepada jalan salafus shalih, yaitu sunnah Nabi saw dan para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=33
" Peringatan Syaikh Muhadist Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahulloh dari Sikap Ta’ashub Terhadap Figur dan Dampak dari Perpecahan "
Saya sangat menyayangkan ketika datang kepadaku salah seorang ikhwan Salafi dari sana. Dia mengunjungiku di sini (Yordania) dan ikut bergabung dengan sebagian saudara-saudara kita yang bermajelis. Ikhwan itu berasal dari jamaah Salafiyah di Hijaz. Barangkali kebanyakan jamaah dari Hijaz terbagi menjadi dua kelompok seperti yang saya sebutkan di sana, yaitu di Abu Dhabi. Jamaah yang bersama kami tidak menyibukkan diri dengan urusan politik. Namun,ironisnya mereka menyerang Salman dan Safar dengan sengit sekali serta berprasangka buruk kepada kedua orang ini. Saya telah berdiskusi dengan mereka—orang-orang yang berprasangka buruk tersebut—dan saya ingkari mereka dengan keras bahwa sikap ini tidak boleh. Kita wajib mencari kemungkinan lain apabila kita dapati dari mereka sebagian pendapat yang menyelisihi perkara yang telah kita ketahui sebagai jamaah—misalnya. Dakwah salafiyyah tidak mengenal ta’ashub terhadap figure atau pendapat tertentu. Akan tetapi, dakwah salafiyyah senantiasa mengikuti hujjah, bukti, dan dalil. Inilah sikapku hingga saat ini. Sebelum saya sendiri berhubungan dengan dua orang yang disebutkan tadi (Syaikh DR.Salman bin Fadh Al-Audah dan Syaikh Safar al-Hawali), mereka bersama kita dalam berdakwah. Akan tetapi, terkadang mereka memiliki pandangan lain dalam beberapa aspek yang tidak diikuti oleh ikhwan lainnya. Terkadang pula mereka memiliki sebagian ijtihad pada sebagian masalah furu’ yang menjadi objek pandangan mereka. Kebenaran terkadang ada pada mereka dan terkadang juga ada pada selain mereka. Maka dari itu, tidak selayaknya apabila perbedaan dalam sebagian masalah furu’ini menjadi sebab perpecahan. Kita semua mengetahui bahwa para sahabat Nabi saw yang disebutkan oleh Al-Qur’an Al-Karim sebagai sebaik-baik umat yang diutus kepada manusia pun juga pernah berbeda pendapat dalam sebagian masalah. Apabila kasus itu terjadi pada hari ini, pasti akan terpecahlah barisan disebutkan oleh sikap ta’ashub serta tidak mau kembali kepada ushul (prinsip). Inilah pendapatku mengenai masalah ini.
Sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=25
" Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Hafidzahulloh
Mengenai Kesesatan Syaikh Sayyid Quthub dan Syaikh Hasan Al-Banna "
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya, “Sebagian pemuda membid’ahkan Syaikh Sayyid Quthub dan melarang untuk membaca kitab-kitabnya. Mereka juga mengucapkan perkataan yang sama terhadap Hasan Al-Banna dan menuduh sebagian ulama sebagai Khawarij. Alasan ucapan mereka ini adalah untuk menjelaskan kesalahan kepada umat manusia. Padahal hingga sekarang, mereka ini baru menuntut ilmu. Saya mengharap jawaban dari Anda agar lenyap keraguan pada kami dan orang-orang selain kami agar perkara ini tidak menjadi kebiasaan umum!”
Beliau menjawab: “Segala puji hanyalah milik Allah semata. Wa ba’du. Tidak boleh membid’ahkan dan memfasikkan kaum Muslimin berdasarkan sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Hai musuh Allah’ padahal kenyataannya tidak demikian, maka ucapan itu akan kembali kepadanya.” “Siapa yang mengkafirkan seorang muslim, maka tuduhan itu akan menimpa salah satu di antara keduanya.” “Ada seseorang yang melewati orang lain yang berbuat dosa. Lalu dia mengatakan, ‘Demi Allah! Allah tidak akan mengampunimu. Allah berfirman, ‘Siapa orangnya yang bersumpah bahwa Aku tidak mengampuni Fulan? Sesungguhnya Aku mengampuninya dan Aku hapus amal perbuatanmu.’.”
Saya katakan bahwa sesungguhnya Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna termasuk ulama kaum Muslimin dan termasuk juga pembela dakwah. Dengan perantara keduanya, Allah telah menolong dan memberikan hidayah banyak orang dengan dakwah keduanya. Tidak dapat diingkari, mereka memiliki usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itulah Syaikh Abdul Aziz bin Bazz memintakan grasi untuk Sayyid Quthub ketika ditetapkan hukuman mati atasnya. Akan tetapi, permintaan grasi itu tidak dikabulkan oleh Presiden Jamal Abdun Nashir—semoga Allah memberian apa yang berhak diterima. Ketika keduanya terbunuh, masing-masing dari keduanya dinyatakan sebagai syahid karena dibunuh secara zhalim. Orang-orangpun bersaksi atas kejadian itu. Tanpa dapat dipungkiri, berita kejadian itu disebarkan dalam berbagai tulisan dan buku. Para ulama pun kemudian menyambut kitab-kitab keduanya. Allah telah memberikan manfaat melalui kedua tokoh itu. Sejak lebih dari dua puluh tahun, tidak seorang pun menuduh negatif terhadap keduanya. Banyak para ulama salaf juga mengalami kejadian seperti yang menimpa Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna. Di antara mereka adalah An-Nawawi, As-Suyuthi, Ibnul Jauzi, Ibnu Athiyyah, Al-Khithabi, Al-Qisthalani, dan masih banyak yang lainnya.
Saya telah membaca buku yang ditulis oleh Syaikh Rabi’ Al-Madkhali dalam membantah Sayyid Quthub. Saya lihat, dia (Syaikh Rabi’) membuat judul-judul yang sebenarnya tidak ada pada Sayyid Quthub. Lalu, Syaikh Bakar Abu Zaid hafizhuhullah membantah buku tersebut. Demikian juga, Syaikh Rabi’ menyerang Syaikh Abdurrahman (Abdul Khalik) dan menuduh perkataannya banyak kesalahan yang menyesatkan, padahal tanpa dapat diingkari keduanya cukup lama bersahabat.
Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” & diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=109
“ Nasihat Wajibnya Husnuzhan Kepada Para Da’I dan Ulama “
(Fatwa Al-Allamah asy-Syaikh Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz Rahimahulloh)
Wajib bagi para penuntut ilmu dan ahli ilmu untuk senantiasa berhusnuzhan kepada saudara-saudaranya; para ulama. Wajib pula atas mereka untuk berbicara dengan baik dan menghindari perkataan yang buruk. Para dai yang menyeru kepada Allah memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga, para ulama memiliki hak agung di tengah-tengah masyarakat. Wajib membantu tugas mereka dengan kata-kata yang baik, cara yang baik, dan prasangka yang baik lagi bersih; tidak dengan bengis dan kaasar serta mencari-cari kesalahan dan menyebarluaskannya agar orang-orang menjauhi si Fulan dan si Fulan. Seorang penuntut ilmu dan seorang penanya wajib meniatkan hatinya untuk kebaikan dan meniatkan untuk mencari manfaat serta bertanya mengenai sesuatu yang memang penting baginya. Apabila dia menjumpai kesalahan atau kesamaran, maka hendaknya dia bertanya dengan ramah, bijak, dan niat yang baik hingga lenyap kesamaran tersebut.
Setiap orang bisa salah bisa benar. Tidak ada manusia yang ma’shum selain para rasul ‘alaihimush shalatu wassalam. Saudara-saudara kita, para dai di negeri ini—kerajaan Saudi Arabia; mereka memiliki hak pada masyarakat agar dibantu dalam kebaikan dan agar pula selalu disikapi dengan husnuzhan. Apabila ada dai yang salah, maka harus dijelaskan kesalahannya dengan cara yang baik dan saling memahami dengan niat memberikan manfaat; bukan dengan niat mencemarkankan nama baik dan menyebarkan aibnya.
Ada sebagian orang yang menulis bulletin maupun article tentang sebagian dai. Artikel tersebut sangat buruk. Tidak pantas seorang penuntut ilmu menulisnya. Sebab, dai tersebut salah dalam ucapannya atau diduga salah dalam ucapannya. Tidak pantas menggunakan cara tulisan buruk itu. Seorang penuntut ilmu yang menginginkan kebaikan hendaknya menanyakan sesuatu yang samar baginya itu degan cara yang baik.
Para da’I tidak ma’shum; baik itu para pengajar maupun penceramah; baik saat ceramah maupun saat seminar. Di antara contoh kejadian tersebut pada hari ini atau pada hari kemarin adalah apa yang dilakukan terhadap sebagian dai, seperti Muhammad Aman Al-Jami, Syaikh Salman Al-Audah, Syaikh Safar Al-Hawali, Syaikh Falih bin Nafi’ Al-Harbi, Syaikh Rabi’ bin Hadi, dan dai-dai lainnya yang dikenal memiliki akidah dan biografi yang baik serta dikenal pula termasuk Ahlussunnah wal Jamaah.
Maka tidak sepantasnya menyakiti salah satu mereka. Apabila seorang penuntut ilmu menyangka bahwa salah seorang mereka salah atau memperlihatkan kesalahan, maka tidak sepantasnya dia mencemarkan kehormatan dai tersebut dengan kesalahan itu atau dia su’uzhan kepadanya. Akan tetapi, hendaknya dia mendo’akan dai tersebut agar mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah. Hendaknya pula dia menanyakan sesuatu yang tidak jelas baginya hingga lenyap ketidakjelasan dengan dalil yang tidak bias dipercaya, yaitu firman Allah dan sabda Rasul.
Disalin dari buku “Apa Beda Salaf dengan Salafi” diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=2 Aslinya merupakan rekaman yang diambil dari situs: http://audio.islamweb.net/islamweb/index.cfm?fuseaction=ReadContent&Audio
" Fatwa Syaikh kami yang mulia Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Hafidzahulloh: Salaf adalah Hizbullah Yang Beruntung, Adapun Penamaan Dengan As-Salafi Atau Al-Atsari Tidak Ada Asal Usulnya "
Seseorang bertanya, “Wahai Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, kami mendengar sebagian orang mengatakan, ‘Tidak boleh intisab “menyandarkan diri” pada salaf dan Salafiyyah dianggap sebagai salah satu hizb ‘golongan’ yang hidup pada masa tertentu.’ Apa pendapat Anda mengenai pernyataan ini?”
Sayikh Shalih AL-Fauzan menjawab, “Iya! Salaf adalah hizbullah ‘golongan Allah’. Salaf adalah golongan, akan tetapi ia adalah hizbullah. Allah berfirman:
“Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung”. (Al-Mujadillah [58]: 22)
Barangsiapa menyelisihi salaf, maka mereka adalah golongan-golongan sesat lagi meyimpang. Golongan itu sendiri bermacam-macam. Ada golongan Allah (hizbullah) dan ada golongan setan (hizbusy syaithan) sebagaimana tercantum di akhir surat Al-Mujadilah. Ada hizbullah dan ada hizbusy syaithan. Golongan pun beragam. Barangsiapa berada di atas manhaj Al-Kitab dan As-Sunnah, maka dia adalah hizbullah. Sebaliknya, barangsiapa berada di atas manhaj sesat, maka dia adalah hizbusy syaithan. Engkau tinggal memilih; mau menjadi hizbullah atau menjadi hizbusy syaithan! Pilih sendiri!”
Kemudian Syaikh Hafizhuhullah ditanya, “Wahai Syaikh—semoga Allah senantiasa memberikan taufiknya kepada Anda, sebagian orang mengembel-embeli di belakang namanya dengan As-Salafi atau Al-Atsari. Apakah ini termasuk bentuk penyucian terhadap diri sendiri? Atau apakah memang sesuai dengan syariat?”
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhuhullah menjawab, “Yang wajib adalah seseorang mengikuti kebenaran. Yang wajib adalah seseorrang mengkaji dan mencari kebenaran serta mengamalkannya. Adapun dia menamai dirinya dengan As-Salafi atau Al-Atsari dan yang semisal, maka tidak ada alasan untuk dapat mengklaim dengan nama ini.
Allah Yang Maha Mengetahui berfirman:
“Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hujurat [49]: 16)
Menamakan diri dengan As-Salafi, Al-Atsari, dan yang semisal adalah tidak ada asal-usulnya. Kita melihat pada substansi nyata; bukan perkataan, penamaan diri, maupun pengakuan.
Terkadang, seseorang mengatakan kepada orang lain, ‘Ia salafi’, padahal orang tersebut bukan salafi (pengikut manhaj salaf). Atau juga mengatakan, ‘Ia atsari’, padahal orang yang ditunjuk bukan atsari (pengikut atsar salaf). Sebaliknya, seseorang adalah salafi (pengikut manhaj salaf) dan atsari (pengikut atsar salaf), namun tidak mengatakan, “Aku ini atsari, Aku ini salafi.’ Hendaknya kita melihat pada substansi nyata; bukan pada penamaan maupun klaim pengakuan.
Seorang muslim harus komitment dengan adab terhadap Allah swt. Tatkala orang-orang Arab Badui mengatakan, ‘Kami telah beriman!’ Allah mengingkari mereka. Allah berfirman:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman’, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’.” (Al-Hujurat [49]: 14)
Allah mengingkari orang-orang Arab Badui yang menyifati diri mereka sebagai orang beriman. Padahal, mereka belum sampai pada tingkatan beriman. Mereka baru saja masuk Islam; itu pun masih diliputi keraguan.
Orang-orang Arab Badui itu datang dari pedusunan. Mereka menganggap diri mereka sudah lama menjadi orang beriman. Padahal tidak! Mereka baru saja masuk Islam. Apabila mereka melanjutkan keislaman mereka dan mau belajar, maka keimanan pun akan masuk ke dalam hati mereka sedikit demi sedikit. Allah berfirman:
“Padahal iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.” (Al-Hujurat [49]: 14)
Kata lamma “belum” menunjukkan sesuatu yang masih menjadi harapan. Maksudnya, iman baru akan masuk tapi engkau sudah menganggap beriman dari pertama kali sebagai bentuk penyucian terhadap diri sendiri. Maka, tidak perlu engkau mengatakan, ‘Aku salafi! Aku atsari! Aku begini dan begini!’ Hendaklah engkau mencari kebenaran dan mengamalkannya. Perbaiki niatmu! Allah-lah Yang Maha Mengetahui substansi nyatanya.”
Sumber : http://www.islamgold.com/view.php?gid=2&rid=89
dikumpulkan Dari buku: Beda Salaf dengan Salafi, Terbitan: ISLAMIKA, atau Kitab aslinya Kasyfu Al-Haqaiq Al-Khafiyyah ‘Inda Mudda’I As-Salafiyyah karya Al-Allamah Asy-Syaikh Mut’ab bin Suryan Al-‘Ashimi Hafidzahulloh.
Pertanyaan-pertanyaan penting
Pertanyaan-pertanyaan penting Kajian Khusus Remaja Di Masjid Al-Amjad, Tigaraksa-Tangerang
Assalamu’alaikum. WR. WB.
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, Bolehkah kita menisbatkan diri memakai gelar As-Salafy atau Al-Atsary begitu pula dengan Salafiyyun?, Mohon penjelasannya serta bolehkah kita mengikuti Manhaj Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari yang mengusung manhaj Murji’ah kontemporer!, Al-akh Abu Taufik (Kp.Rancamaneuh, Tigaraksa)
Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, pertanyaan bagus sekali Sesungguhnya ya Ikhwah fillah kita tidak boleh menisbatkan diri kepada As-Salafy atau Al-Atsary cukup dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah saja sebab Syaikh Al-Allamah DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan Hafidzhahulloh mengatakan bahwa Salaf adalah Hijbulloh sedangkan menamakan dirinya dengan As-Salafy atau Al-Atsary serta Salafiyyun tidak ada asal usulnya serta termasuk bid’ah sepengetahuan ana, wallohu’ ta’ala a’lam untuk lebih jelas antum baca saja buku yang alhamdulillah bagus walaupun buku ini dicela alias di tahdzir sama tokoh taqdis dan muqodas serta muqaliddun dikalangan kaum salafiyyun ma’zun karena buku ini dilengkapi fatwa ha’iah kibarul ulama yang alhamdulillah dengan ijin Alloh Rabbul ’Izzati telah diterjemahkan kedalam buku bahasa Indonesia dengan judul Beda Salaf dengan Salafi Harusnya sama Kenapa Beda!, Karya: Syaikh Al-Allamah Mut’ab bin Suryan Al-’Ashimi Hafidzahulloh, Terbitan: Islamika, untuk masalah siapakah Ali Hasan al-Halabi serta Khalid al-Ambari silakan antum baca saja buku tentang judul bukunya adalah Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, Terbitan: Pustaka MIM dan masalah Kitab yang setahu ana karangan Ali Hasan Al-Halabi serta Khalid Al-Ambari sarat dengan Faham Murjiah yang mana seharusnya para Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan masalah iman adalah pembenaran dihati, diucapkan dilisan dan diamalkan dengan anggota badan itulah yang benar bukan yang didengungkan oleh sang salafiyyun ma’zun yang mana mereka juga bukan mendukung jihad para ulama dan mujahidin tetapi mencela ulama dan mujahidin yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka, innalillahi wa innalillahi rojiun, apakah ini yang dinamakan dengan manhaj salaf ya ikhwah!, silakan antum rujuklah buku Karya: Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman dengan judul: Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terbitan:Pustaka. Atstsuguur, halaman: 37-38 catetan kaki yang ke.4-5, silakan antum baca kedua buku tersebut yakni buku Membongkar Kedok Salafiyyun Sempalan, serta buku Kandungan Laa ilaaha illallah versi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Barakallohu’ fiik. Wassallam.
Assalamu’alaikum. WR. WB
Pertanyaan kepada Ust. Abu Hanifah albantani, buku apa yang perlu dibaca untuk masalah Dakwah dan Jihad, mohon penjelasan, serta Majalah apa yang bagus dibaca untuk umat Islam mengenai Dakwah dan Jihad sebab ana pernah baca Majalah As-Sunnah yang Mottonya kalau tidak salah upaya menghidupkan sunnah tapi malah memadamkan cahaya sunnah, mohon penjelan antum, Syukron!. (Abu Yusuf, Balaraja).
Jawab, Segala Puja Bagi Alloh Rabb Semesta Alam, Shalawat beserta Salam tetap tercurah kehadirat Rasululloh ibnu Abdillah Shallallahu’ alaihi wa Sallam, Kelurganya, Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, setahu ana buku serta kitab yang patut antum baca adalah karya ulama dakwah tauhid seperti karya: Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh, Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah Rahimahulloh beserta muridnya Al-Imam Al-Allamah Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh, serta bacalah buku karya Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Hamuud bin ’Uqla Asy-Syu’aibi Rahimahulloh serta muridnya Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Mujahid Ali bin Khudhair al-Khudhair Rahimahulloh, serta bacalah pula buku karya Masyayikh yang berada di Ha’iah Kibarul Ulama serta Al-Lajnah Ad-Da’imah beserta buku dari Tandzim Anshorus Sunnah Muhammadiyah, Mesir, juga antum bacapula buku tentang nasihat At-Taujihat Al-Manhajiyyah 3 Idha’at ala Thariqil Jihad (Terj. dari Buku Dari Usamah Kepada para Aktifis), Terbitan: Kafayeh, Buku Ayaturrahman Fii Jihadil Afghan, Karya: Syaikh Al-Allamah Mujahid DR. Abdullah Azzam Rahimahulloh, Terbitan: Kafayeh, juga antum bacapula Buku Karangan Syaikh kami yang mulia Al-Allamah Al-Faqih Mujahid Abu Muhammad ’Ashim Al-Burqawi Al-Maqdisi Hafidzahulloh dengan Judul Mereka Mujahid tapi Salah langkah, Terbitan: Jazera, juga 2 buku yang sangat bagus sekali yakni tentang Buku Muslimah Berjihad Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Yusuf Al-’Uyairi Rahimahulloh, Terbitan: Islamika, juga Buku Melawan Penguasa Karya: Al-Allamah Muhadist Al-Faqih Syaikh Abdul Mun’im Halimah, Terbitan: Jazera, silakan saja atum baca buku tersebut insyaAlloh banyak faedah ilmu, untuk masalah Majalah silakan yang patut antum baca lebih baik baca saja Majalah An-Najah serta Majalah Ummatie dan Majalah Gerimis, insyaAlloh tidak kalah isinya dan mutunya dari majalah pengekor thoghut sang Salafiyyun Ma’zun yakni Majalah aneh bin ajaib pengekor Murji’ah Kontemporer seperti Majalah As-Sunnah, Majalah Asy-Syari’ah, Majalah FATAWA, Majalah Al-Furqon, Majalah Adz-Dzakhiirah, Majalah Salafy, dll, Barakallohu’ Fikk. Wassallam.
Dikumpulkan oleh pertanyaan ini oleh: Al-akh Muhajirin al-Anshori.
Senin, 23 Juni 2008
Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak
" Memilih Sekolah dan Perguruan Tinggi untuk Anak "
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Menjelang tahun ajaran baru, banyak orang tua yang sejak awal mencari-cari tahu, mana sekolah yang baik untuk anak-anaknya. Ada yang bertanya-tanya kepada sanak saudara, handai taulan, dan kenalan. Ada yang membuka-buka halaman iklan di majalah, koran, dan sebagainya. Ada juga yang bertanya kepada dukun, walau sudah diberitahu oleh para da’i bahwa bertanya ke dukun itu haram, bahkan shalatnya tak diterima selama 40 hari. Lebih dari itu, kalau datang ke dukun, lalu menanyakan sesuatu, kemudian mempercayainya maka ia telah tidak mempercayai wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Ilklan-iklan tentang sekolah atau tempat pendidikan pun bermunculan di mana-mana. Ada yang lewat media cetak formal, media elektronik, dan ada yang lewat slebaran. Bahkan spanduk, pamflet dan brosur-brosur disodorkan kepada masyarakat secara beramai-ramai di sana-sini. Semuanya menjanjikan ini dan itu, serba bagus, serba baik, serba tidak sesat, walau mungkin sekali justru punya misi penyesatan, dan menjerumuskan ke neraka.
Para orang tua masa kini tampaknya ditarik dari arah sana-sini untuk menyerahkan anak-anaknya ke sekolah yang diiklankan di mana-mana. Dari yang paling kecil untuk masuk TK (Taman Kanak-kanak) Nol Kecil, Nol Besar, SD/ Madrasah, SMP/ Tsanawiyah, SMU/ Aliyah, D2,D3, S1, S2, sampai yang paling tua ke S3; semuanya diiming-imingi kemudahan, fasilitas, dan jaminan mutu plus tidak sesat. Kata-kata “tidak sesat” memang tidak ditulis, tidak diucapkan, tetapi yang jelas semuanya tidak ada yang mengakui kesesatannya. Padahal, betapa banyak orang tua yang sudah capai-capai menyekolahkan anaknya, misalnya ke Ma’had Al-Zaitun di Indramayu Jawa Barat, ternyata harus menyesal dan mencabut kembali anaknya, karena adanya perubahan sikap anaknya yang ogah shalat berjama’ah, melawan ajaran Islam yang dulunya diajarkan orang tua sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan semacamnya. Karena memang Ma’had Al-Zaitun itu jelas didirikan oleh kelompok NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah IX) yang fahamnya menyimpang lagi sesat. (Lihat buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan 18, tahun 2008).
Penyesatan dan Pemurtadan
Ada orang tua seperti Ade Armando –yang corak pemikirannya model JIL (Jaringan Islam Liberal) dan suka menulis di koran Republika—(waktu lalu, kini di Majalah Madania?) yang menjadi bangga tapi kebanggaan yang tidak pada tempatnya, setelah menyekolahkan anaknya kemudian anaknya menawar kepada bapaknya untuk pilih masuk Kristen saja. Ketika ayahnya menanyakannya, anak itu menjawab, di sekolahnya SD Paramadina ( Yayasan yang di antara tokohnya Dr Nurcholish Madjid, Dr Komaruddin Hidayat dan lainnya waktu lalu) di Pinggiran Jakarta (Parung Bogor) menampilkan sinterklas (salah satu simbol di Kristen) yang lucu. Sedang di Islam, mboseni (membosankan), alasannya, karena bedugnya berisik, dalam penampilan di sekolah itu. Salah satu orang tua yang bangga dengan anaknya yang ingin murtad itu adalah Ade Armando dan perasaannya itu dia tulis di koran Republika, bahkan mengharapkan agar sekolah model (pemurtadan) itu dijadikan percontohan.
Di samping iklan-iklan serta tulisan dan ocehan yang model-model membanggakan pemurtadan semacam itu, orang tua masih secara gencar dijerumuskan oleh penulis-penulis yang tidak bertanggung jawab dari segi keimanan Ummat Islam. Mereka gencar menyuarakan pemurtadan dengan cara-cara licik, di antaranya ditulis di kolom-kolom surat kabar kristenisasi, misalnya surat kabar Kompas.
Contoh nyata adalah tulisan Ulil Abshar Abdalla tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal) dari Lakspedam NU di Kompas Senin 18 Nopember 2002 bulan Ramadhan 1423H yang berjudul Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam. Di antaranya Ulil Abshar Abdalla menulis: “Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non Islam, sudah tidak relevan lagi.” “Agama adalah urusan pribadi; sementara pengaturan kehidupan publik adalah sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui prosedur demokrasi.” “Menurut saya, tidak ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dan sebagainya.” “Menurut saya, Rasul Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah).” (lihat Kompas Senin 18 Nopember 2002).
Terhadap tulisan Ulil itu ada reaksi keras dari Ummat Islam. Di antaranya di Bandung ada pernyataan yang disampaikan kepada pers, (2/12/ 2002) dari “Ulama dan Ummat Islam Jabar, Jateng dan Jatim”. Tulisan Ulil itu menurut pernyataan tersebut dinilai telah menghina Alloh, Islam, dan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Sesuai syari’at Islam, oknum yang menghina dan memutarbalikan diancam dengan hukuman mati. Penjelasan kepada pers di Bandung itu dihadiri Ketua Umum FUUI (Forum Ulama Ummat Islam) KH Athian Ali M Da’i, Ketua PPP Reformasi Jabar H Rizal Fadhillah SH, pengamat politik Herman Ibrahim dan sejumlah pimpinan Ponpes, menurut berita ‘detikcom’ yang ditulis M Munab Islah Ahyani dengan judul Ulil Abshar dinilai Hina Islam.
Kenyataan di masyarakat, sampai-sampai, mertua Ulil Abshar Abdalla sendiri, A. Mustofa Bisri tokoh NU menulis di Kompas, Rabu 04 Desember 2002 dengan judul: Menyegarkan Kembali Sikap Islam, Beberapa Kesalahan Ulil Abshar Abdalla. Tulisan sang mertua yang kiai ini diakhiri dengan ungkapan: “…saya tidak melihat tulisan Ulil kali ini dimaksudkan untuk mengutarakan pikiran, bahkan wacana sekalipun. Saya yakin kalau membaca lagi tulisannya, dia akan menyesal, minimal agak menyesal, atau saya mengharapkan begitu.”
Sehari sebelum artikelnya dimuat, Ulil Abshar Abdalla sempat mengemukakannya dalam Dialog Ramadhan di Masjid Kampus UGM (Universitas Gajah Mada) Jogjakarta. Saat itu sempat saya bantah, dan bahkan Ismail Yusanto juga membantahnya, sampai-sampai agar Ulil bertobat sebelum mati nggluntung, kata Isma’il. Saya (Hartono Ahmad Jaiz) katakan, “Menurut Al-Qur’an, apabila ada sesuatu yang diperselisihkan (hal yang tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) pun kita disuruh untuk kembali kepada Alloh dan Rasul-Nya. Suruhan ‘agar dikembalikan kepada Alloh dan Rasul-Nya’ itu ternyata orang Yahudi pun menyetujuinya, dalam Piagam Madinah, ayat 23. Apakah Anda yang Muslim malah tidak mau? Dan kenapa justru yang telah Alloh tetapkan lewat Al-Qur’an seperti hukum-hukum pernikahan, qishosh, hudud dan lainnya malah Anda mau kembalikan kepada kondisi dan situasi? Itu namanya terbalik,” kata saya.
Mengenai penulis-penulis yang menyesatkan, sering sekali penulis-penulis yang mengaku Islam, bahkan mengajar di perguruan tinggi Islam menjajakan tulisan yang berisi pemurtadan. Mislanya menggencarkan pemahaman pluralisme agama, menganggap semua agama sama, sejajar, paralel, masuk surga semua, hanya beda teknis. Lalu mereka membujuk para penyelenggara pendidikan, agar pendidikan agama di sekolah diubah menjadi teologi pluralitas, yang dalam bahasa gampangnya adalah pemurtadan atau kemusyrikan model baru. Dengan nyinyirnya mereka menjerumuskan para penyelenggara pendidikan dan para orang tua untuk mengikhlaskan anak-anaknya supaya ke neraka.
Lain lagi golongan-golongan yang sesat lagi menyesatkan. Mereka pandai membuat istilah-istilah, slogan-slogan, bahkan nama-nama yang menarik dan bisa membungkus kesesatannya. Ahmadiyah misalnya, menamakan markasnya dengan “Al-Mubarok” yang artinya “yang diberkahi” di Parung, pinggir Jakarta-Bogor. Itulah Ahmadiyah Qadyan yang disebut JAI (jemaat Ahmadiyah Indonesia. Kemudian Ahmadiyah lainnya membuat nama sekolahnya dengan nama PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) di antaranya besar juga sekolahannya di Jogjakarta. Itulah Ahmadiyah Lahore atau GAI (Gerakan Ahmadiyah Indonesia). Dua-duanya, Ahmadiyah Qadyan (JAI) dan Ahmadiyah Lahore (GAI) adalah murtad semua alias kafir. Itu telah difatwakan oleh Mujamma’ Al-Fiqih Al-Islami OKI (Organisasi Konferensi Islam), Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam), dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Ahmadiyah Qadyan dan Ahmadiyah Lahore sama-sama murtad
Keputusan Muktamar II Mujamma’ al-Fiqh al-Islami (Akademi Fiqih Islam) di Jeddah, Desember 1985 M tentang Aliran Qadiyaniyah, antara lain menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qath’i dan disepakati oleh seluruh ulama Islam bahwa Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.Teks Keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
إِنَّ مَاادَّعَاهُ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَد مِنَ النُّبُوَّةِ وّالرِّسَالَةِ وَنُزُوْلِ الْوَحْيِ عَلَيْهِ إِنْكَارٌ صَرِيْحٌ لِمَا ثَبَتَ مِنَ الدِّيْنِ بِالضَّرُوْرَةِ ثُبُوْتًا قَطْعِيًّا يَقِيْنِيًّا مِنْ خَتْمِ الرِّسَالَةِ وَالنُّبُوَّةِ بِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّهُ لاَيَنْزِلُ وَحْيٌ عَلَى أَحَدٍ بَعْدَهُ، وَهذِهِ الدَّعْوَى مِنْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ تَجْعَلُهُ وَسَائِرَ مَنْ يُوَافِقُوْنَهُ عَلَيْهَا مُرْتَدِّيْنَ خَارِجِيْنَ عَنِ اْلإِسْلاَمِ، وَأَمَّا الَّلاهُوْرِيَّةُ فَإِنَّهُمْ كَالْقَادِيَانِيَّةِ فِي الْحُكْمِ عَلَيْهِمْ بِالرِّدَّةِ، بِالرَّغْمِ مِنْ وَصْفِهِمْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ بِأَنَّهُ ظِلٌّ وِبُرُوْزٌ لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ.
“Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya secara qath’i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorangpun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pegikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad SAW”. (Keputusan Mujamma’ al-Fiqh al-Islami –Akademi Fiqih Islam– Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H / 22-28 Desember 1985 M).
Permainan nama ataupun slogan
Kembali ke masalah nama-nama yang nampak “Islami” memang tampaknya merupakan salah satu jalan untuk mengelabui masyarakat. Jaringan Islam Liberal (JIL) pun membuat slogan, “Islam yang membebaskan”, seakan Islam yang benar, yang anti pemurtadan adalah membelenggu. Syukurlah istilah itu ditimpa istilah baru lagi dengan website tandingan yang slogannya, “Islam yang membebaskan dari sistem kekufuran”.
Permainan nama untuk memasarkan diri sambil menutupi kesesatannya, rupanya ada biangnya, yaitu LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Tadinya bernama Lemkari yang dilarang karena kesesatannya, setelah ganti nama dari Darul Hadits dan Islam Jama’ah yang semuanya itu adalah dilarang pemerintah. Akhirnya mereka memilih ganti nama dengan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Padahal justru sebenarnya adalah lembaga propaganda pengkafiran terhadap Ummat Islam. Karena setiap orang Islam yang bukan golongan LDII mereka anggap sebagai kafir dan najis. Mereka ini juga mendirikan pesantren, tentu saja meraih anak didik dari para orang tua. Kalau sampai orang tua memasukkan anaknya ke pesantren LDII atau membolehkan anaknya ikut pengajian LDII, maka resikonya, apabila orang tua tidak mau ikut masuk ke LDII maka dianggap najis pula oleh anaknya itu. Dan ketika orang tua itu meninggal dunia, maka si anak tidak akan mau mensholatinya. Kalau toh mau mensholatinya, maka tanpa wudhu sebelumnya, disengaja memang hanya untuk pura-pura mensholati. (Lihat buku-buku LPPI Jakarta tentang sesatnya LDII).
Orang-orang Islam yang di luar jam’ahnya dinyatakan sebagai:
n Orang kafir
n musuh Alloh
n musuh orang iman
n calon ahli neraka
n tidak boleh dikasihani. Di antaranya ditulis:
1. Dalam Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8, berbunyi: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,”
2. Untuk menyikapi orang di luar jama’ah LDII yang telah dianggap kafir itu dikemukakan ayat yang sebenarnya memang untuk orang kafir, tetapi di makalah itu untuk menegaskan orang di luar jama’ah LDII adalah kafir, dan larangan menikah dengan orang selain jama’ah LDII. Maka ditulis di baris selanjutnya:
“…ingatlah firman Alloh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ . سورة النساء 144
“Hai orang orang iman jangan menjadikan kamu kekasih pada orang-orang kafir yakni selain orang iman.”
Dan diberi dorongan bahwa ternyata didalam jama’ah masih banyak sekali perawan-perawan, rondo-rondo yang cantik, yang barokah yang siap dinikahi dan banyak pula joko-joko, dudo-dudo yang ganteng dan tidak kalah gagahnya daripada orang-orang luar jama’ah. (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah, h/97, halaman 9).
Ahmadiyah, LDII dan sebagainya
Di MUI (Majelis Ulama Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) itu masih dianggap aliran sesat karena dianggap sebagai reinkarnasi Islam Jama’ah. Islam Jamaah sudah ada fatwa tentang kesesatannya. Di Munas MUI ke-7, LDII dipersamakan dengan Ahmadiyah. Memang bukan di dalam fatwa, namun dalam rekomendasi MUI tentang aliran sesat. Di mana disebutkan di situ, Ahmadiyah dan LDII. (KH Ma’ruf Amin, Ketua Komisi Fatwa MUI, Majalah Sabili, Jakarta, No 23 Th XIII, 1 Juni 2006/ 20 Jumadil Awal 1427, halaman 9).
MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan bahwa aliran sesat seperti Ahmadiyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan sebagainya agar ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat. Bunyi teks rekomendasi itu sebagai berikut:
“Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah. MUI mendesak Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap munculnya berbagai ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam, dan membubarkannya, karena sangat meresahkan masyarakat, seperti Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sebagainya. MUI supaya melakukan kajian secara kritis terhadap faham Islam Liberal dan sejenisnya, yang berdampak terhadap pendangkalan aqidah, dan segera menetapkan fatwa tentang keberadaan faham tersebut. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.” (Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005, halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah).
Ahmadiyah ataupun LDII sama-sama mengkafirkan orang Muslim, hingga wanita Ahmadiyah atau LDII tidak boleh dinikahi oleh orang Islam (yang bukan golongan mereka). Ini pada hakekatnya adalah membuat syari’at baru, mirip dengan nabi palsu, Musailamah Al-Kaddzab yang diserang oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dengan 10.000 tentara yang dipimpin panglima Khalid bin Walid, hingga nabi palsu itu tewas bersama 10 ribuan pengikutnya yang murtad. Sedang sisanya yang masih hidup dari jumlah pengikut nabi palsu 40 ribu orang itu kemudian masuk Islam lagi setelah yang 10-an ribu orang murtad pengikut nabi palsu itu jadi bangkai di Kebun Bangkai atas serangan Muslimin.
Sekolah dan misinya
Sekolah-sekolah lain yang tampaknya tidak sesat pun masing-masing punya misi. Ada misi yang masih dalam kebenaran, dan ada pula yang sudah tidak mempedulikan kebenaran. Kalau sekolah itu berlabel Islam, atau dari oraganisasi Islam, atau di bawah lembaga Islam pun, setelah diketahui bahwa itu tidak termasuk dalam aliran sesat, masih perlu dilihat pula.. Apakah mereka itu teguh dalam mendidik murid-murid/ mahasiswanya dengan Islam yang benar. Apakah memang diterapkan shalat berjama’ah, berpakaian muslim/ muslimah, dijaga pergaulan antara lelaki dan perempuan, atau tidak. Kalau satu sekolah/ pesantren/ perguruan tinggi sudah ragu-ragu dalam menerapkan peraturan tentang pakaian muslim/ muslimah, itu pertanda misi Islamnya setengah-setengah. Dalih apapun yang mereka kemukakan, sudah bisa dibaca bahwa Islam dianggap lebih rendah dibanding duit dan semacamnya. Walaupun itu sekolah unggulan, terkemuka, dan sangat banyak muridnya, namun itu jelas mendidik untuk ragu-ragu, bahkan agar munafik dalam ber-Islam. Biar dari luar masih digolongkan Islam, namun tidak disebut fanatik oleh orang yang anti Islam. Begitulah kira-kira arah kemunafikannya.
Sekolah-sekolah negeri/ umum yang memang justru sebagian pengelolanya ada yang menggunakan kesempatan untuk memusuhi Islam, selayaknya tidak laku di negeri Muslim ini. Sekolah-sekolah negeri/ umum sekarang sudah banyak yang kalah bersaing dengan sekolah-sekolah swasta. Apabila sekolah negeri/ umum tidak memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkan pendidikan yang Islami, maka kemungkinan besar akan makin ditinggalkan oleh masyarakat. Mereka akan lebih pilih sekolah swasta walaupun mungkin biayanya lebih tinggi, asal lebih Islami, pergaulan lelaki perempuan tidak bebas, tidak tawuran, tidak terkena narkoba, dan tidak jadi preman-preman berbaju sekolah.
Dilema menyekolahkan anak masa kini, mereka yang menginginkan anaknya agar jadi ulama yang sholih atau sholihah, tahu-tahu kalau salah tempat pendidikannya justru jadi pentolan aliran sesat, atau justru jadi liberal, mementingkan filsafat, dan oke-oke saja untuk maju bersama dengan barisan pemurtadan, dan jadi tukang demo untuk membela kekafiran dan kesesatan. Contoh nyata, kelompok yang menyebut diri mereka AKKBB dikenal berdemo di Monas Jakarta 1 Juni 2008 untuk membela kafirin Ahmadiyah.
Demikian pula yang ingin anaknya agar jadi ilmuwan yang tangguh, kalau salah dalam memilih sekolahan, tahu-tahu terpengaruh oleh kebiasaan tawuran, terkena narkoba, pergaulan bebas lelaki perempuan, dan jauh dari agama, bahkan anti Islam.
Berupaya memilih tempat pendidikan anak yang terbebas dari pemurtadan, kesesatan, kemunafikan, kemunkaran, dan pergaulan bebas, adalah wajib bagi para orang tua yang akan menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya, bahkan juga diri sendiri ketika mau berkuliah. Di samping itu perlu disertai do’a, bermunajat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, agar ditunjuki jalan yang benar dan diridhoi-Nya. Kalau tidak, maka berarti orang tua pada hakekatnya adalah membiarkan anaknya untuk diyahudikan atau dinasranikan atas biaya dari orang tua itu sendiri atau atas biaya dan susah payah diri sendiri. Betapa ruginya. (dimodifikasi dari buku Ada Pemurtadan di IAIN dan lainnya).
Hukum Menyekolahkan Anak ke Sekolah Kristen/Katolik
Hukum Menyekolahkan Anak
ke Sekolah Kristen/Katolik
Soal :
Assalamu’alaikum wr wb.
Sekarang ini saya akan menyekolahkan anak-anak saya untuk tahun ajaran baru. Ada yang baru mau dimasukkan ke SLTP dan ada yang akan ke SMA (kini SMU).
Saya merasa terpengaruh ungkapan teman, katanya anak-anaknya bisa pandai karena disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik. Katanya, sekarang anak-anaknya disiplin dan pandai. Sedang setiap harinya juga masih mau shalat, hanya saja mesti selalu diingatkan. Padahal dulunya anak-anaknya itu rajin shalat dan mengaji, sekarang sudah jarang mengaji, dengan alasan banyak kesibukan sekolah. Tetapi, orang tua itu berkilah, walau demikian, ia upayakan dengan diadakan les privat agama Islam.
Satu segi saya tertarik akan kedisiplinan dan kepandaian anak teman itu. Hanya saja saya khawatir, jangan-jangan nanti anak saya kalau saya sekolahkan ke sekolah non Islam seperti dia, akibatnya tidak taat agama (Islam) atau bahkan ganti agama.
Bagaimana sebenarnya menurut Islam.
Atas jawabannya saya sampaikan terimakasih.
Wassalam
Jawab:
‘Alaikumus salam wr wb.
Perlu diketahui, sekolah-sekolah Kristen atau Katolik diakui oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional, sering tidak jujur dan mengkilahi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Seperti yang pernah diungkapkan kepada para utusan KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) April 1998 ketika mempersoalkan masalah “kecurangan mereka itu” kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiranto Arismunandar. Dijelaskan bahwa sekolah-sekolah Kristen sering menyodorkan blangko kepada wali murid untuk diisi bahwa wali murid merelakan anaknya disekolahkan di sekolah Kristen atau Katolik tanpa diberi pelajaran agama yang dipeluk si anak. Jadi anak-anak Muslim sama dengan “dipaksa” untuk membuat perjanjian rela tidak dididik pelajaran Agama Islam.
Dengan demikian, pelajaran agama yang disampaikan pada murid hanya agama Kristen atau Katolik, sekalipun muridnya Muslim. Di samping pelajaran agama Kristen/ Katolik itu disampaikan secara lisan, tidak mustahil diadakan praktek agama itu pula. Maka murtad lah si murid yang Muslim itu dari agamanya, Islam. Ketika ia mempraktekkan ibadah Kristen atau Katolik itu berarti ia sudah murtad secara perbuatan (fi’li), karena walau keadaannya karena terpaksa namun sebelumnya dia sudah ada perjanjian untuk patuh dan rela. Sedang kalau praktek ibadah itu diyakini kebenarannya pula maka sudah masuk ke murtad I’tiqadi (keyakinan) yaitu sebenarnya murtad.
Dari kenyataan kasus ketidak jujuran yang telah diakui oleh pihak pemerintah seperti tersebut di atas, maka menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram. Karena akan menjerumuskan anak untuk menjadi murtad. Sedang murtad itu justru lebih buruk dibanding kafir biasa.
Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6).
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim/ 66:6).
Di samping kenyataan tidak jujur alias curang seperti tersebut di atas, ada watak dasar dalam hati mereka yang sudah dijelaskan Allah dalam Al-Quran, hingga kita perlu berhati-hati, karena memang mereka tetap akan berusaha memurtadkan kita dan keluarga/ anak-anak kita. Allah berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(120).
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah/ 2:120).
Mengenai keinginan agar anak jadi disiplin dan pintar dengan disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik, itu perlu diluruskan. Apakah tidak ada sekolah lain terutama sekolah Islam yang mendidik disiplin dan menjadikan pintar murid-muridnya? Kalau jarang adanya, maka justru menjadi kewajiban umat Islam untuk mengadakannya, di antaranya dengan memasukkan anak-anak Muslim ke sekolah Islam, hingga sekolahnya subur, dana menjadi cukup, gurunya terjamin, hingga akhirnya maju dengan baik. Sebaliknya, kalau anak-anak Muslim justru disekolahkan ke sekolah Kristen atau Katolik maka berarti Muslimin itu menyuburkan sekolah-sekolah yang justru memurtadkan anak-anak Muslim . Jadi sama dengan mendanai pemurtadan.
Seandainya sama sekali tidak ada sekolah selain Kristen dan Katolik yang bisa diharapkan mendidik anak-anak menjadi disiplin dan pintar pun masih tidak diperkenankan memilih ke sekolah yang memurtadkan itu. Karena, nilai kedisiplinan dan kepintaran itu menurut Islam hanya keduniaan yang nilainya kecil sekali dibanding akherat. Hingga orang yang lebih memilih dunia ketimbang akherat itu termasuk orang yang celaka.
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37). وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38). فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى(39).
Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS An-Naazi’aat/ 79: 37-39).
Oleh karena itu di dalam kaidah ushul fiqh ditegaskan:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Dar’ul mafaasidi muqoddamun ‘alaa jalbil mashoolihi.
(Menolak mafsadat/ kerusakan lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan/ kebaikan).
Kerusakan yang paling fatal adalah kerusakan di akherat yaitu masuk neraka, maka jauh lebih harus dicegah. Sedang kerusakan di dunia saja harus dicegah, apalagi kerusakan di akherat.
Kesimpulan:
1. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik hukumnya haram berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.
2. Menyekolahkan anak ke sekolah Kristen atau Katolik akan menyuburkan pemur-tadan.
3 Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan memiskinkan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan memundurkannya.
4. Menyekolahkan anak Muslim ke sekolah Kristen atau Katolik akan mewariskan ge-nerasi murtad.
Wallahu a’lam.
(Fatwa haramnya menyekolahkan anak ke sekolah Kristen/ Katolik telah dikeluarkan oleh BKSPP (Badan Kerjasama Pondok Pesantren), Januari 1994, para ulama di Kudus Jawa Tengah, dan rekomendasi rapat kerja nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) 24-26 November 1992. Lihat buku Bila Hak Muslimin Dirampas oleh H ¨ Hartono A Jaiz, 1994, hal 42-47). ( Pengasuh/ Media Dakwah, Juni 1998)
Tantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur
Tantangan Mubahalah untuk Ahmad Syafii Maarif dan Gus Dur
Hal: Surat terbuka, tantangan mubahalah
Kepada Yth.
Bapak Ahmad Syafii Maarif dan
Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid)
di mana saja berada
Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk (Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya).
Setelah saya memahami fatwa-fatwa tentang kafirnya Ahmadiyah (Qadyan dan Lahore) yang dikeluarkan oleh Mujamma’ Al-Fiqh Al-Islami –lembaga OKI Organisasi Konferensi Islam–, Rabithah Alam Islami, dan MUI (Majelis Ulama Indonesia), namun di Indonesia ada manusia-manusia yang terang-terangan membela Ahmadiyah, di antaranya Bapak Ahmad Syafii Maarif mantan Ketua Umum PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah, dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mantan Ketua Umum PB (Pengurus Besar) Nahdlatul Ulama; dan setelah fatwa-fatwa itu saya fahami bahwa Ahmadiyah itu menodai Islam, maka saya selaku seorang Muslim menantang mubahalah (do’a saling melaknat agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta) kepada Bapak Ahmad Syafii Maarif dan Bapak Gus Dur (Abdurrahman Wahid).
Demikian surat terbuka lewat situs nahimunkar.com berupa tantangan mubahalah.
Jakarta, Sabtu 14 Juni 2008M/ 9 Jumadil Akhir 1429H
Hormat saya:
Hartono Ahmad Jaiz
Penulis buku Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat; dan buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, yang pro fatwa para ulama internasional dan nasional dalam kasus Ahmadiyah.
Landasan Menantang Mubahalah
Tantangan saya ini berlandaskan kepada penjelasan-penjelasan sebagai berikut:
Mubahalah (atau mula’anah, saling melaknat, pen) ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat, berdo’a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. _(Al- Quran dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/ 1986 juz 1 hal 628).
Mubahalah atau do’a saling melaknat itu dilakukan terhadap:
1. Orang Nasrani, berlandaskan QS Ali ‘Imran: 61;
2. Orang Yahudi berlandaskan QS Al-Jumu’ah: 6
3. Orang Musyrik berlandaskan QS Maryam: 75 dan hadits tentang Abu Jahal ditantang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mubahalah, riwayat Al-Bukhari, Ahmad, At-Tirmidzi, dan An-Nasai).
4. Terhadap penyeleweng, ahli bid’ah dan semacamnya, berlandaskan bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan lebih dua masa. Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya:
Perintah do’a di dalam Al-Qur’an, kalau ditujukan kepada Ahli Kitab justru berupa ancaman, bahkan mubahalah.
{ قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ }
_Katakanlah :”Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS 62 Al-Jumu’ah: 6).
{ فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ } [آل عمران : 61]
_”Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa setelah datang ilmu ” ً (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS 3 Ali Imran: 61).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, suruhan Allah kepada Yahudi agar minta mati di Surat Al-Jumu’ah 62, Al-Baqarah 94, itu juga mubahalah; kalau memang orang Yahudi itu menganggap (diri mereka berada) dalam hidayah Allah, sedang Muhammad itu dianggap dalam kesesatan, maka mintakan mati atas yang sesat dari kedua golongan itu, kalau memang Yahudi menganggap diri mereka benar. Ternyata Yahudi tak berani.
Demikian pula ancaman terhadap orang-orang musyrik di Surat Maryam ayat 75, agar musyrikin ber-mubahalah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekeluarga-nya.
2264- حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّىُّ أَبُو يَزِيدَ حَدَّثَنَا فُرَاتٌ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ يُصَلِّى عِنْدَ الْكَعْبَةِ لآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ فَقَالَ « لَوْ فَعَلَ لأَخَذَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ عِيَاناً وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوُا الْمَوْتَ لَمَاتَوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهِلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَرَجَعُوا لاَ يَجِدُونَ مَالاً وَلاَ أَهْلاً ». مسند أحمد - (ج 5 / ص 290)
Dari Ibnu Abbas: Abu Jahal la’natullah berkata, bila aku melihat Muhammad di sisi Ka’bah pasti sungguh aku datangi dia sehingga aku injak lehernya. Ibnu Abbas berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
”Kalau ia (Abu Jahal) berbuat, pasti malaikat akan mengambilnya (mengadzabnya) terang-terangan, dan seandainya orang-orang Yahudi mengharapkan mati pasti mereka mati dan mereka melihat tempat-tempat mereka berupa neraka.” Dan seandainya mereka yang (ditantang) ber_mubahalah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu keluar, pasti mereka pulang (dalam keadaan) tidak menemukan keluarganya dan tidak pula hartanya. (HR Ahmad, Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan An-Nasai, _Tafsir Ibnu Katsir, darul Fikr 1412H/ 1992M jilid 4: hal 438, Tafsir Surat Al-Jumu’ah ayat 6, atau juz 8 halaman 118, ditahqiq Sami bin Muhammad Salamah, Daru Thibah, cetekan 2, 1420H/ 1999M).
Mubahalah Tidak Khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Soal:
Apakah mubahalah itu khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau dapat menjadi umum bagi Muslimin? Dan apakah seandainya mubahalah itu umum bagi Muslimin bolehkah untuk dihadapkan dari arah ahlis sunnah waljama’ah kepada firqoh-firqoh sesat? Dan apakah mesti terjadi tanda yang menampakkan kebenaran seandainya dilangsungkan mubahalah?
Fatwa:
Alhamdulillah wassholatu wassalmu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi washohbihi, amma ba’du.
Mubahalah adalah do’a dengan laknat atas yang berdusta di antara dua pihak yang bermubahalah. Mubahalah itu tidak khusus hanya untuk Nabi saw. Dalilnya, bahwa banyak dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dulu mengajak orang lain untuk mubahalah. Di antaranya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘iddah (masa tunggu) wanita hamil. Dan sesungguhnya iddah itu selesai dengan lahirnya kehamilan, bukan dengan yang terpanjang dari dua masa (sampai melahirkan, dan sampai 4 bulan 10 hari, pen).
Dan juga Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengajak untuk mubahalah dalam masalah ‘aul dalam faroidh (pembagian waris); dan tidak mengapa dalam hal mubahalah Ahlis Sunnah waljama’ah terhadap ahli syirik, bid’ah dan semacamnya tetapi sesudah ditegakkan hujjah (argumentasi) dan upaya menghilangi syubhat (kesamaran), dan memberikan nasihat dan peringatan, sedang itu semua tak guna. Bukan termasuk kepastian (setelah mubahalah itu) munculnya tanda/ bukti atas dustanya orang yang batil dan dhalimnya orang yang dhalim, karena Allah Ta’ala menunda dan mengakhirkan, sebagai cobaan dan istidroj/ uluran.
Wallohu a’lam.
Mufti; Markas Fatwa dengan bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih (Asy-Syabakah Al-Islamiyah juz 8 halaman 85).
http://www.nahimunkar.com
“ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU “
“ AYAT-AYAT CINTA: WARNING TANTANGAN DAKWAH BARU “
Oleh: team kajian islam anshorud da’wah ila kitabi was sunnati
SPEKTAKULEEER!! Barangkali inilah kata yang pantas diselamatkan pada fenomena novel dan, terutama, film Ayat-Ayat Cinta. Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, jumlah penonton resmi di bioskop-bioskop sudah menembus angka 4 juta. Belum lagi yang menonton sendiri di rumah melalui VCD dan penonton-penonton yang memilih untuk membeli VCD bajakannya. Jumlahnya pasti berkali-kali lipat dari jumlah penonton di bioskop. Sepanjang sejarah perfilman di Indonesia, baru kali ini ada film Indonesia yang sangat spektakuler seperti itu. Jumlah penontonnya hanya bisa disaingi oleh film-film Hollywood dan Bollywood. Produser film ini, Manooj Punjabi, dalam sebuah wawancara dengan detik.com bahkan mengatakan bahwa sampai sepuluh tahun ke depan belum tentu akan ada lagi film se-spektakuler Ayat-Ayat Cinta ini.
Kehebohan film ini pun sempat mampir dalam berbagai forum-forum percakapan, dari mulai yang paling resmi sampai di warung-warung kopi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla beserta jajarannya sampai harus menyempatkan diri menonton film ini. Mantan Presiden Habibie, jauh-jauh dari Jerman menyempatkan pulang ke Indonesia hanya untuk menonton film ini. Bahkan sejumlah politisi sengaja janjian untuk nonton bareng film ini. Milis-milis di Internet selama sebulan salah satu yang menjadi tema favorit untuk dibicarakan adalah film ini. Pandangannya seperti biasa: sebagian mengkritik habis dan yang lain memuji-muji setinggi langit. Dengan serta-merta, sountrack film yang dinyanyikan pelantun tembang-tembang pop asal Sumedang (JABAR), Rossa, inipun ikut terdongkrak popularitasnya.
Betapa dianggap penting film ini, sampai-sampai Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Samsuddin, ikut mempromosikan kepada umat untuk menontonnya. Untuk kasus ini bisa dipahami mengingat Hanung Bramantyo yang berasal dari keluarga besar Muhammadiyah di Yogya memilihnya menjadi penasihat masalah-masalah keagamaan untuk film ini. Namun, kesediaan Din menjadi penasihat untuk film ini di tengah berbagai kesibukannya mengisyaratkan bahwa film ini dihitungnya sangat penting.
Memang akhirnya banyak juga yang mengkritik fil ini. Para penonton yang pernah membaca edisi novelnya banyak yang kecewa. Bayangan mereka tentang apa yang ada di dalam novel banyak yang tidak nyambung dengan film yang mereka tonton. Pesan-pesan Islam yang dikemas secara apik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam edisi novel tidak tampak dalam film. Bahkan sebagian blogger (penulis blog pribadi di internet) ada yang menyebutkan bahwa film ini bukan film islami, apalagi disebut-sebut sebagai film dakwah. Film ini sebetulnya sama seperti film-film percintaan lainnya, hanya saja tokoh, latar, dan alurnya ada hubungannya dengan Islam, nuansa Islam membalut kisah percintaan dalam film ini.
Namun demikian, apapun yang terjadi dengan film ini satu hal yang patut menjadi renungan bersama untuk gerakan dakwah kita di masa-masa yang akan datang, yaitu bahwa film dan tontonan elektronik lain sudah menjadi sesuatu yang sangat merasuk kehidupan masyarakat kita. Alat-alat elektronik itu hanyalah alat. Keberadaannya bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Ketika orang-orang yang tidak bermoral memegang dan menguasainya, maka sudah hampir bisa dipastikan alat ini dimanfaatkan untuk kebejatan moral mereka. Hanya satu yang mereka kejar: uang! Begitu pula sebaliknya.
Kalau kenyataannya demikian, maka sudah saatnya lagi dakwah kita hanya berhenti sebatas mencaci keberadaan tayangan-tayangan di media elektronik ini. Dakwah kita memang harus ikut menyadarkan umat untuk bisa menyeleksi tayangan-tayangan yang tidak layak ditonton, terutama oleh anak-anak seperti tayangan yang mengajarkan materialisme, tayangan berbau pornografi, horor, dan kekerasan. Di samping itu, dakwah juga harus berani merebut ruang-ruang tayang dalam media-media elektronik ini agar yang dikonsumsi langsung oleh khalayak adalah peran-peran ilahiyah, bukah materialisme dan kebobrokan.
Mungkin timbul pertanyaan, bukankah selama ini sudah banyak tayangan-tayangan ceramah keagamaan yang mengambil ruang dalam siaran-siaran televisi? Itu benar. Namun, harus dicatat bahwa dakwah melalui media elektronik tidak cukup dengan penyampaian pesan-pesan agama secara langsung. Cara ini sesekali dibutuhkan. Namun kalau sepanjang hari siaran televisi isinya adalah ceramah, maka hampir bisa dipastikn akan segera ditinggalkan penonton.
Penonton itu butuh ” tontonan ” seperti film, sinetron, variety show, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dakwah dengan memanfaatkan media elektonik berarti harus merambah dunia ” tontonan ” itu. Artinya pesan dakwah harus disampaikan melalui film, sinetron, variety show, dan semisalnya. Masalahnya kemudian apakah mungkin dakwah dicampur-adukkan dengan berbagai kemungkaran yang sering terjadi dalam tayangan-tayangan film dan televisi seperti orang mempertontonkan aurat, Ikhtilat (Campur baur) antara pria dan wanita, dan semisalnya. Atas dasar ini pula ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa berdakwah melalui media film, sinetron, atau tontonan-tontanan lain semisalnya adalah ” mencampurkan hak dan bathil ” sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
Di sinilah masalah harus kita pecahkan bersama dengan diawali niat baik dan prasangka yang baik pula. Pertama, kita harus melihat media-media elektonik ini sebagai peluang media dakwah yang sangat terbuka lebar dan belum banyak dijamah. Oleh sebab itu, terlebih dahulu kita harus melihat ini sebagai sesuatu yang harus dikuasai oleh aktivis-aktivis Muslim yang memilki concern terhadap dakwah Islam. Paling tidak, aktivis-aktivis Muslim harus bisa ambil bagian dalam dunia media ini. Kalau sejak semula sudah dipandang negatif dan tidak mungkin mengarahkan media elektronik menjadi alat dakwah, maka sampai kapan pun umat islam tidak akan pernah dapat menguasai publik penikmat media elektonik yang jumlahnya bermilyar-milyar orang mungkin lebih dari triliun orang di seluruh dunia. Kalau tidak jeli, bisa jadi ini adalah jebakan pihak Barat-Yahudi yang tidak ingin umat Islam berjaya.
Kedua, kita memang harus memikirkan secara serius bagaimana formula yang baik agar pesan dakwah tidak disampaikan dengan cara yang bathil. Dalam hal ini, para aktivis dakwah bersama-sama dengan seniman dan praktisi yang memiliki perhatian tinggi terhadap dakwah harus berkreasi membuat model-model ” tontonan dakwah ” yang memenuhi kriteria syar’i yang diinginkan. Masalahnya, kalau tidak dimulai usaha-usaha ke arah sana tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu, munculnya film Ayat-Ayat Cinta, Kun Fayakuun, dan semisalnya merupakan langkah awal yang baik. Namun, langkah jangan sampai berhenti di sana. Harus selalu terus dikembangkan kritik untuk mendapatkan formula ” tontonan dakwah ” yang paling baik dan ideal. Kita semua sebagai bagian dari umat pun harus ikut mendorong semakin banyaknya ” tontonan dakwah ” agar media elektronik benar-benar akan menjadi wasilah tersebarnya rahmat Islam di seluruh alam. Walloohu’ A’lam.
Diambil dan disarikan dari Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid, Vol. 39/Tahun VI, 03 Jumadil Awwal 1429 H/09 Mei 2008 M dari Tulisan Tiar Anwar Bachtiar.
Bila anda berminat berlangganan Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid Harga per eksp, Rp.200,- berlangganan min 50 eksp, pembayaran di muka atau melalui Rekening Bank Muamalat Indonesia No.305.06563.22 (atas nama Saefulloh) info lebih lanjut Hub Alamat Redaksi Buletin Dakwah Jum’at At-Tajdid: Jl. Johar Baru 1 No. 22 Jakarta 10560, Tlp. 081514393766.
http://faishalalbantani.blogspot.com
Minggu, 22 Juni 2008
KUPAS TUNTAS AHMADIYYAH
Ahmadiyah Kelompok Pengekor Nabi Palsu
Apa Itu Ahmadiyah ?
Ahmadiyah adalah gerakan yang lahir pada tahun 1900M, yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris di India. Didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran/bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Corong gerakan ini adalah “Majalah Al-Adyan” yang diterbitkan dengan bahasa Inggris.
Siapakah Mirza Ghulam Ahmad ?
Mirza Ghulam Ahmad hidup pada tahun 1839-1908M. Dia dilahirkan di desa Qadian, di wilayah Punjab, India tahun 1839M. Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik.
Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris.
Di antara yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa’, seorang pemimpin Jami’ah Ahlul Hadits di India. Beliau mendebat dan mematahkan hujjah Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta penyimpangan pengakuannya.
Ketika Mirza Ghulam Ahmad masih juga belum kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abul Wafa’ mengajaknya ber-mubahalah (berdoa bersama), agar Allah mematikan siapa yang berdusta di antara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tidak lama setelah bermubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui ajalnya tahun 1908M.
Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad berdakwah sebagaimana para da’i Islam yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya. Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi Al-Muntazhar dan Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia mati meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin serta artikel hasil karyanya.
Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul Izalatul Auham, I’jaz Ahmadi, Barahin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I’jazul Masih, At-Tabligh dan Tajliat Ilahiah.
Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an.
Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.
Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin.
Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji.
Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang ; yang secara tidak langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah.
Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluaga bangsawan.
Pada tahun 1953M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri. Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya.
Pada bulan Rabiul Awwal 1394H, bertepatan dengan bulan April 1974M dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah Al-Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh dunia. Hasil muktamar memutuskan “Kufurnya kelompok ini dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak bermu’amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum Muslimin”.
Majelis Rakyat (Parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok Ahmadiyah bernama Nasir Ahmad. Debat ini berlangsung sampai mendekati 30 jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis parlemen mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam.
Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad
Pengakuannya sebagai nabi.
Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah.
Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian.
Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia.
Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul (bersatunya manusia dengan tuhan).
Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak tuhan.
Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membuka pintu bagi siapa saja yang menginginkannya.
Penyebaran dan Aktifitas Ahmadiyah
Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar dapat membentuk/membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka berada.
Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5000 mursyid dan da’i yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Dan aktifitas mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan.
Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintah Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang mereka miliki
Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah dengan segala cara, khsusnya media massa. Mereka adalah orang-orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pandai, insinyur dan dokter. Di Inggris terdapat stasiun pemancar TV dengan nama “TV Islami” yang dikelola oleh penganut kelompok Ahmadiyah.
Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah
Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad bernama Nuruddin. Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiyah kepadanya dan diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul “Fashlb Al-Khithab“.
Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir Ahmadiyah di Lahore. Keduanya adalah corong dan ahli debat kelompok Ahmadiyah. Muhammad Ali telah menulis terjemah Al-Qur’an dengan perubahan transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain. Haqiqat Al-Ikhtilaf An-Nubuwah Fi Al-Islam dan Ad-Din Al-Islami. Khaujah Kamaluddin menulis kitab yang berjudul Matsal Al-A’la Fi Al-Anbiya serta kitab-kitab lain. Jamaah Ahmadiyah Lahore ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka sama saja saling mengadopsi satu sama lain.
Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul Khatam An-Nabiyyin.
Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Di antara tulisannya berjudul Anwar Al-Khilafah, Tuhfat Al-Muluk, Haqiqat An-Nubuwwah.
Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang diadopsi dari ayat Al-Qur’an: “Dan Kami melindungi mereka di suatu Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Qs. Al-Mukminun: 50)
Kesimpulan
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur.
Maraji’:
Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fi Al-Adyan Wa Al-Madzahib Wa Al-Ahzab Al-mu’ashirah, oleh DR Mani’ Ibnu Hammad al-Jahani
Tabshir Al-Adhan bi Ba’di Al-Madzahib wa Al-Adyan, oleh Muhammad As-Sabi’i
http://hidayatullah.com
KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID
.KIAT SEDERHANA MEMAKMURKAN MESJID
1. SERUKAN AJAKAN SHOLAT DALAM BAHASA SETEMPAT (INDONESIA, JAWA, SUNDA, DLL) 30 MENIT SEBELUM JATUH WAKTU SHOLAT / SEBELUM AZAN. SEBAGAI CONTOH : "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, DIPERSILAHKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±30 MENIT LAGI."
2. 15 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±15 MENIT LAGI."
3. 10 MENIT KEMUDIAN, ULANGI SERUAN YANG SAMA, "KEPADA YTH.BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, ADIK-ADIK REMAJA PUTERA DAN PUTERI YANG HENDAK MELAKSANAKAN SHOLAT (MAGHRIB, ISYA, SUBUH) BERJAMAAH, HARAP BERSEGERA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI DATANG KE MESJID. WAKTU SHOLAT BERJAMAAH ±5 MENIT LAGI."
4. AZAN
5. SHOLAT QOBLIAH, TUNGGU BEBERAPA SAAT, ±5 MENIT, BARU KEMUDIAN....
6. IQOMAT
7. SHOLAT BERJAMAAH.
BERIKUT INI ALASAN MENGAPA KITA HARUS MERUBAH PARADIGMA SERUAN
UNTUK BERJAMAAH DI MESJID KARENA :
1. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT SERING TERLALU CEPAT, BERKISAR ±5 MENIT, HANYA MENUNGGU ORANG SHOLAT QOBLIAH SAJA, LANGSUNG SHOLAT FARDHU, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG MUNGKIN SEDANG ADA KEGIATAN DISORE HARI, CONTOHNYA SEDANG MENGERJAKAN SESUATU, TIDAK SADAR KARENA KE ASYIKAN BEKERJA, DAN LUPA BAHWA WAKTU MAGHRIB SUDAH MASUK, TIDAK BISA BERGABUNG SHOLAT BERJAMAAH. UNTUK ITU KITA PERLU MEMBERI WAKTU AGAR MEREKA BISA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN MANDI, MENCUCI TANGAN, MEMBERESKAN ALAT-ALAT KERJA, DAN LAIN-LAIN. ITU SEBABNYA MENGAPA PERLU DIINGATKAN SETIAP WAKTU SHOLAT FARDHU UNTUK BERJAMAAH.
2. ANTARA WAKTU AZAN DAN IQOMAT DI MASJIDIL HARAM / NABAWI BISA SAMPAI ±30 ATAU ±45 MENIT, DENGAN DEMIKIAN TIDAK ADA SALAHNYA JIKA KITA BISA MELAKSANAKAN TATACARA YANG SAMA. BAGI SEBAGIAN ORANG YANG BERPENDAPAT BAHWA WAKTU SHOLAT MAGHRIB DAN SUBUH ADALAH PENDEK DAN HARUS DISEGERAKAN KARENA HARUS TERBURU-BURU BEKERJA BISA DIARTIKAN BAHWA ORANG TERSEBUT LEBIH MENGEJAR SERTA MENGUTAMAKAN DUNIAWI DIBANDING MEMAKMURKAN MESJID MENGHADAP ALLAH SWT.
3. BANYAK MESJID MEGAH, TAPI JARANG ORANG IKUT SHOLAT BERJAMAAH.
4. AGAR PARA USTADZ DAN PENGURUS MESJID BISA MERANGKUL JAMAAH YANG ADA DISEKITAR MESJID UNTUK BERSAMA-SAMA SHOLAT BERJAMAAH TANPA HARUS MEMBEDA-BEDAKAN KELOMPOK DAN GOLONGAN. YANG PENTING ADALAH MERANGKUL ORANG-ORANG YANG MAU SHOLAT BERJAMAAH, AGAR BANGKIT UKUWAH ISLAMIAH. SENYUM ADALAH IBADAH. MARI KITA TERSENYUM KEPADA SESAMA MANUSIA, KHUSUSNYA SESAMA UMAT ISLAM YANG HENDAK BERIBADAH MESKIPUN KITA BERBEDA KELOMPOK DAN GOLONGAN. MENYINGKIRKAN DURI DI JALAN JUGA IBADAH. KARENA ITU MARI KITA SINGKIRKAN SYAKWASANGKA KITA (DURI) KEPADA SESAMA MUSLIM.
5. ANALOGI SEDERHANA, SEPERTI HALNYA DENGAN PEMBERANGKATAN KERETA API, BILA TIDAK DI UMUMKAN WAKTU KEBERANGKATANNYA DAN PARA PENUMPANG AGAR BERSIAP-SIAP, MAKA AKAN BANYAK PENUMPANG YANG KEBINGUNGAN DAN TERTINGGAL KEBERANGKATAN KERETA API TERSEBUT.
6. MEMBERI KESEMPATAN YANG SAMA DAN ADIL KEPADA SEMUA GOLONGAN / KELOMPOK ISLAM DALAM MEMAKMURKAN MESJID, BAIK UNTUK MENJADI PENGURUS MESJID, IMAM, KHOTIB, DLL.
7. MEMAKMURKAN MESJID, MEMPERKUAT UKHUWAH ISLAMIAH, DAN MERAIH PAHALA SEBESAR-BESARNYA.
INSYA ALLAH MESJID KITA MENJADI MAKMUR JAMAAH
diambil dari, http://daktaradio.tripod.com
JUAL MAJALAH ISLAMI PT. MARWAH INDO MEDIA
GEBYARRR!!!! BUKU ISLAMI!!!...
AYO MURAH_MERIAH!!!
@ Majalah UMMATIE
( Menyongsong Kejayaan Islam )
@ Majalah GERIMIS
( Merintis Kehidupan Indah, Sejuk,...)
(& Menentramkan )
Nb : Ehh ada EDISI BARU & EDISI LAMAnya...
Juga lho OK!!!
Harga Rp.8.000,00 luar Jawa Rp.9.500,00
Plus Klo pengen dikirim langsung
Ke RUMAH, ada Ongkos Kirimnya...
InsyaAlloh Pokonya MURAH_MERIAH...dech!
Hub: Iman 081389094351/islamjuba@gmail.com
AYOOO!!!! CEPAT
SEGERA PESANNNN... sebelum KEHABISAN!!!
Hubungi kami
Iman
Jalan. Purnama 13 Cimanglid, Tamansari Bogor 16610 PO BOX. 01 Ciomas Bogor
Bogor, Jawa Barat
Telp. 081389094351
http://www.bacagerim is.wordpress.com
Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21
Terorisme (Al Irhaab) Trend Abad ke-21 Print E-mail
Kamis, 08 Pebruari 2007
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
"Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir (Nasrani, Yahudi, Musyrik, Orang-orang murtad, dll) rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak meurunkan keterangan tentang itu.” (Q.S Ali Imran, 3: 151)
Dalam ayat ini. Allah SWT secara jelas menginformasikan kepada kita bahwa Dia akan menteror dan akan memasukkan teror ke dalam hati orang-orang kafir yaitu non muslim karena kesyirikan yang mereka lakukan, menyekutukan Allah dengan yang lain. Bentuk syirik (mengadakan tandingan dengan Allah) bisa berupa voting (memilih) hukum buatan manusia, berhukum pada konstitusi kufur (non Islam), mengatakan bahwa Allah memiliki seorang anak laki-laki, berhukum pada PBB dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa orang-orang non muslim akan hidup dalam ketakutan dan teror karena mereka menyekutukan Allah dengan Tuhan-tuhan yang palsu yang tidak akan dapat memberikan manfaat kepada mereka atau dapat menolak bahaya dari mereka. Mereka menyembah hawa nafsu mereka sendiri, hukum di negaranya, berhala, orang-orang alimnya, pendeta-pendeta, dan lain-lain. Karena ini adalah kejahatan yang besar maka Allah bersumpah untuk menteror mereka.
Lebih lanjut, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu mengantarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang Allah mengetahui.” (Q.S Al Anfaal,8:60).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menteror (turhibun) musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kita, dengan menyiapkan perlengkapan seperti artileri, kekuatan dan senjata yang dapat kita persiapkan. Dalam ayat itu, Allah secara langsung memerintahkan kepada kita untuk menggunakan terorisme dalam melawan para aggressor dan musuh-musuh Allah, segala puji hanya bagi-Nya.
Aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin melawan musuh-musuh Allah di berbagai tempat seperti di New York, Wahshington, Bali, Turki, Riyaad, dan Madrid, sesungguhnya aksi-aksi tersebut adalah aksi Terorisme (Al-Irhaab) dan orang yang melakukan penyerangan tersebut adalah seorang teroris. Sebagaimana aksi penyerangan yang dilakukan oleh AS, UK (Ingggris) dan kekuatan koalisinya di berbagai tempat seperti Afghanistan, Palestina, Chechnya, Iraq, Khasmir, dan lain-lain. Sesungguhnya itu adalah aksi terorisme terhadap wanita, anak-anak dan orang-orang yang sudah tua. Keduanya merupakan aksi terorisme yang digunakan untuk mempropagandakan ideologi dan memasukkannya ke negara lain di dunia, lalu siapa pelaku kriminal yang sebenarnya?
Ada dua tipe terorisme, satu tipe dipuji Allah SWT dan satunya dicela dan layak mendapat hukuman yang berat di kehidupan ini dan akhirat kelak. Penyerangan bentuknya juga ada dua, yaitu satu bentuknya pro kehidupan dan satunya melawan kehidupan. Adapun penyerangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris di Afghanistan dan di Iraq adalah bentuk penyerangan yang melawan kehidupan karena mereka menyerang wanita-wanita muda, anak-anak dan orang-orang tua. Bentuk terorisme yang digunakan AS, Inggris dan sekutu-sekutunya sesungguhnya merupakan bentuk agresi, kejahatan, penyimpangan dan kedzoliman yang layak mendapatkan hukuman yang berat dan mendapat penghinaan dari Allah karena bentuk terorisme yang mereka lakukan secara langsung telah menteror ummat dalam hal kesucian kehidupan mereka, kekayaan dan tanah milik mereka (yaitu muslim). Adapun terorisme yang digunakan oleh Mujahidin adalah terorisme yang terpuji, mulia dan bentuk terorisme yang diberkahi Allah karena terorisme tersebut melawan orang-orang yang tidak memiliki kesucian atas kehidupan mereka, orang yang mendukung agresor (penjajah) dan penguasa yang dzolim serta orang-orang yang menyebarkan kemungkaran dan kejahatan di muka bumi. Terlebih lagi terorisme tersebut dalam rangka menjalankan perintah Allah, Dzat yang telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menteror musuh-musuh-Nya.
Aksi-aksi penyerangan yang dilakukan oleh Mujahidin dalam rangka melawan orang-orang yang mendukung Thagut, menyembah dan mematuhinya, juga digunakan untuk melawan orang-orang yang tidak memiliki perjanjian keamanan dengannya. Islam tidak membenarkan adanya penghianatan yaitu hidup di tengah-tengah orang dimana kamu memiliki perjanjian keamanan lalu membunuhnya dan mengambil hartanya seperti orang-orang yang memiliki kewarganegaraan atau perjanjian dengan rezim dimana mereka hidup dalam suatu negara seperti AS, Inggris, Spanyol, Italia, dan lain-lain (karena berbeda halnya dengan hidup di bawah penguasa muslim yang murtad di negeri muslim). Secara lengkap dilarang melaksanakan aksi penyerangan melawan orang (yang mereka memiliki perjanjian dengannya), secara fakta itu adalah dosa besar dan dianggap sebagai bentuk penghianatan dalam Islam.
Definisi terorisme menurut orang-orang kafir adalah tidak relevan (tidak berhubungan) dan tidak signifikan bagi orang muslim. Ini disebabkan karena kita hanya merujuk pada Islam sebagai maraji’ (referensi) yaitu poin rujukan dan furqon (kriteria pembeda antara yang hak dan yang bathil). Dalam kasus definisi mereka terorisme juga diaplikasikan kepada mereka sendiri sebagaimana mereka telah mensistem untuk melakukan aksi penyerangan melawan orang-orang yang tidak berdosa untuk membenarkan politik mereka sendiri.
Ummat muslim seharusnya tidak boleh takut untuk dikatakan sebagai teroris, fundamentalis, dan ekstrimis. Pertama itu merupakan bagian propaganda orang-orang kafir melawan Islam dan kaum muslimin, juga digunakan melawan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, mereka adalah orang-orang yang dilabeli sebagai teroris, ekstrimis, ahli magic, pembohong dan ahli sihir! Kedua, karena itu adalah hal yang benar, kita adalah teroris sebagaimana Allah telah memerintahkan kapada kita untuk menggunakan terorisme. Kita juga adalah orang fundamentalis karena kami merujuk pada fundamental (dasar-dasar fondasi) dari Islam seperti Tauhid dan sebagai seorang yang ekstrimis karena sejak awal kita sangat ekstrim melawan pornografi, alkohol, klub-klub malam, kedzoliman, kekejaman, penyimpangan, kejahatan, dan lain-lain, yaitu hukum buatan manusia.
Ummat muslim seharusnya sadar bahwa oang-orang kafir akan selalu bermain-main dengan terminologi perang dalam rangka untuk membungkam orang-orang beriman dan menjadikan kita tampak sebagai agresor. Bagaimanapun, ini tidak akan berpengaruh kepada Mujahidin (orang-orang yang mencintai Allah lebih daripada siapapun dan tidak pernah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun) karena mereka sadar bahwa kita ini berada dalam perang antara Islam dan kekufuran, kebenaran akan selalu berada diantara golongan minoritas. Allah SWT berfirman :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S Al Anaam,6:116).
Kecintaan dan ketakutan mereka hanya pada Allah, Allah melarang mereka untuk takut kepad orang-orang kafir dan propagandanya. Mereka tetap teguh dalam masa yang krisis dan sulit ini, selalu memohon kepada Allah untuk mendukung dan memberikan kemenangan padanya (bukan pada PBB atau anggota parlemen). Mereka mengetahui Tuhan yang mereka sembah (nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan memahami kebenaran dari makna Laa Ilaaha Illallah, meninggalkan hawa nafsu, Tuhan-tuhan palsu, adat, tradisi, dan lain-lain lalu beriman kepada Allah semata.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Islam datang sebagai sesuatu yang ‘asing’ dan akan kembali menjadii sesuatu yang ‘asing’. Surga bagi orang-orang yang ‘asing’. Beliau SAW ditanya :”Ya Rasulullah, siapakah Al Ghouroba’ itu (orang-orang yang ‘asing’ itu)? Beliau menjawab : orang-orang yang meninggalkan (suku, adat, tradisi, dan lain-lain dari kaumnya)”.
Oleh karena itu, dalam masa krisis ini, sangat penting untuk bersama dengan golongan minoritas dan orang-orang yang terlihat sebagai oprang-orang yang ‘asing’ atau aneh. Semoga Allah mengembalikan kekhalifahan (negara Islam) sesegera mungkin kepada kita dan yang terakhir memberikan pemahaman kepada kita yang benar akan Tauhid, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
dinukil dan diambil oleh Al-akh Ovry K Adrianto, S, Kom dari situs Al-Muhajirun (Pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah) di http://www.almuhajirun.com
Langganan:
Postingan (Atom)