Rabu, 07 Mei 2008

وجوب عداوة اليهود والنصارى وغيرهم من الكفار

WAJIBNYA MEMUSUHI YAHUDI DAN NASRANI SERTA KAUM KUFFAR LAINNYA

الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز

Al-Allamah al-Faqih Muhadists Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz Rahimahulloh

Kitabullah, as-Sunnah dan Ijma’ kaum muslimin telah menunjukkan akan wajibnya kaum muslimin untuk memusuhi kaum kuffar dari Yahudi, Nasrani dan seluruh kaum musyrikin dan supaya kaum muslimin berhati-hati dari sikap mencintai mereka dan menjadikan mereka sebagai wali-wali (pelindung) sebagaimana diberitakan oleh Alloh Subhanahu di dalam kitab-Nya yang Mubin (jelas), yang tidak ada kebatilan di dalamnya dan tidak pula di belakangnya, yang diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, bahwasanya Yahudi dan kaum musyrikin itu adalah manusia yang paling sengit permusuhannya terhadap kaum mukminin.

Alloh Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ } إلى قوله سبحانه: {قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), Karena rasa kasih sayang; padahal Sesungguhnya mereka Telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu” sampai dengan firman-Nya Subhanahu : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik. Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.

Dan ayat-ayat yang semakna sangatlah banyak, dan ayat-ayat ini menunjukkan secara shorih (terang) akan wajibnya untuk memusuhi orang-orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani dan seluruh kaum musyrikin beserta kewajiban untuk memusuhi mereka sampai mereka mau untuk beriman kepada Alloh semata. Ayat-ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menyayangi dan berwala’ (loyal) terhadap mereka, yang mana hal ini –yaitu membenci dan waspada dari tipu daya mereka- disebabkan oleh karena kekufuran mereka terhadap Alloh, permusuhan mereka terhadap agama-Nya dan wali-wali-Nya serta dikarenakan tipu daya mereka terhadap Islam dan pemeluknya.

Sebagaimana firman Alloh Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ هَا أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu." Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”

Di dalam ayat yang mulia ini, ada dorongan untuk membenci kaum kafir dan memusuhi mereka di jalan Alloh Subhanahu dari banyak sisi serta peringatan dari menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan sekaligus sebagai tashrih (penerang) bahwasanya mereka tidak akan mengurangi (aktivitas mereka) untuk menimpakan kejelekan kepada kita, dan ini adalah makna dari firman Alloh Ta’ala : لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالاmereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu”, dan الخبال maknanya adalah الفساد (kerusakan) dan التخريب (gangguan).

Alloh Subhanahu telah menerangkan bahwa mereka sangat suka dengan apa yang menyusahkan dan memberatkan kita, dan Alloh Subhahahu juga menjelaskan bahwa telah nyata kebencian dari mulut-mulut mereka dan dari ucapan-ucapan yang mereka lontarkan -bagi yang merenungkan dan memahaminya- dan apa-apa yang disembunyikan di dalam hati mereka berupa kedengkian, kebencian dan niat buruk terhadap kita lebih besar daripada apa yang mereka tampakkan.

Kemudian Alloh Subhanahu menyebutkan tentang mereka –kaum kafir tersebut- bahwa mereka menampakkan keislaman mereka secara munafik supaya dapat memenuhi maksud mereka yang jelek, dan apabila mereka berlalu dan menemui setan-setan mereka, mereka gigit ujung jari mereka lantaran kebencian mereka terhadap kaum muslimin. Alloh Azza waJalla juga menjelaskan, bahwa segala kebaikan yang kita peroleh berupa kemuliaan, kemenangan dan pertolongan terhadap musuh-musuh atau yang semisalnya, niscaya akan menyusahkan mereka dan apa-apa yang menimpa kita berupa keburukan, malapetaka dan wabah penyakit atau yang semisalnya, niscaya akan menggembirakan mereka. Hal ini tidaklah mereka lakukan melainkan dikarenakan permusuhan dan kebencian mereka yang amat sangat terhadap kita dan agama kita.

Sikap Yahudi terhadap Islam, Rasul Islam dan pemeluk Islam yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang mulia ini, semuanya membuktikan akan permusuhan mereka yang amat sangat terhadap kaum muslimin. Dan realita bangsa Yahudi zaman ini dan di zaman kenabian serta di antara zaman ini dan zaman kenabian, merupakan bukti terbesar akan hal ini (permusuhan terhadap ahli kebenaran, pent.).

Demikian pula dengan kaum Nasrani dan selain mereka dari kaum kuffar, yang menimpakan tipu dayanya terhadap Islam, memerangi pemeluknya dan mengerahkan semua kemampuannya untuk menyebarkan tasykik (keragu-raguan), tanfir (menyebabkan lari dari Islam) dan talbis (kerancuan) di tengah-tengah pemeluk agama Islam serta mereka keluarkan harta mereka dalam jumlah besar untuk missi kristenisasi dan menyeru umat supaya masuk ke dalam agama ini. Semuanya ini, menunjukkan akan kebenaran apa yang ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur’an yang mulia tentang wajibnya membenci seluruh kaum kuffar dan waspada dari mereka dan dari tipu daya mereka serta dari menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan.

Maka wajib bagi pemeluk agama Islam untuk berhati-hati dari perkara yang besar ini, dan wajib untuk memusuhi dan membenci orang-orang yang diperintahkan oleh Alloh untuk memusuhi dan membencinya, dari kalangan Yahudi, Nasrani dan seluruh kaum musyrikin, sampai mereka mau untuk beriman kepada Alloh semata dan berpegang teguh dengan agama-Nya yang Dia mengutus dengannya Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

Dan dengan demikian, mereka mewujudkan ittiba’ (pengikutan) mereka terhadap millah bapak mereka Ibrahim dan Nabi mereka Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang Alloh telah menjelaskan hal ini di dalam ayat sebelumnya, yaitu firman-Nya Azza wa Jalla :

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.

Dan firman-Nya :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.”

Dan firman-Nya Azza wa Jalla :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. Dan ayat yang semakna sangat banyak sekali.

Firman-Nya Ta’ala :

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”

Terdapat penunjukan yang terang bahwasanya seluruh kaum kafir itu adalah musuh bagi kaum yang beriman kepada Alloh Subhanahu dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam, akan tetapi Yahudi dan kaum musyrikin penyembah berhala-lah yang paling ketas permusuhannya terhadap kaum mukminin. Di dalam ayat ini terdapat dorongan dari Alloh kepada kaum mukminin untuk memusuhi kaum kuffar dan kaum musyrikin secara umum dan khususnya terhadap Yahudi dan kaum musyrikin dengan adanya tambahan permusuhan di dalam menghadapi permusuhan mereka yang keras kepada kita. Oleh karena itu, diwajibkan untuk menambah kewaspadaan dari tipu daya dan permusuhan terhadap mereka.

Kemudian, sesungguhnya Alloh Subhanahu dengan perintahnya kepada kaum mukminin untuk memusuhi kaum kafir, mewajibkan kaum muslimin untuk bersikap adil di dalam permusuhan mereka. Alloh Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa

Alloh Subhanahu memerintahkan kaum mukminin untuk senantiasa menegakkan keadilan terhadap seluruh musuh-musuh mereka, dan melarang mereka untuk meninggalkan sifat adil terhadap mereka dhanya karena kebencian terhadap suatu kaum. Dan Alloh Azza wa Jalla telah mengabarkan bahwasanya keadilan terhadap musuh dan teman adalah lebih dekat kepada takwa. Dan maknanya adalah berbuat adil terhadap seluruh manusia dari wali-wali (teman akrab) dan musuh-musuh adalah lebih dekat kepada takut akan murka Alloh dan adzab-Nya. Alloh Ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Dan ayat yang mulia ini termasuk selengkap-lengkap ayat yang mencakup perintah terhadap semua kebaikan dan larangan terhadap semua keburukan. Diriwayatkan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam tatkala mengutus Abdullah bin Rawahah al-Anshori ke Khaibar untuk menerka jumlah buah kurma yang ditanam Yahudi, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bermu’amalah dengan mereka dengan menyewakan kebun kurma dan tanah dengan cara dibayar dengan separuh hasil panen kurma dan hasil cocok tanam. Abdullah menerka jumlah buah kurma mereka, dan mereka berkata kepada beliau, “sesungguhnya penerkaan ini adalah suatu kezhaliman”, maka Abdullah radhiallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Demi (Dzat) yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian ini lebih aku benci daripada perhitungan kalian, dan benciku kepada kalian melebihi benciku terhadap kera dan babi, dan sesungguhnya terkaanku ini tidaklah menjadikan kebencianku kepada kalian dan kecintaanku kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyebabkan aku bersikap zhalim kepada kalian.” Maka kaum Yahudi itu berkata, “Dengan (keadilan) ini tegaklah langit dan bumi.”

Maka bersikap adil itu wajib baik terhadap orang yang dekat maupun jauh, terhadap teman maupun lawan, akan tetapi keadilan ini tidaklah menghalangi untuk membenci dan memusuhi musuh-musuh Alloh serta mencintai dan berwala’ terhadap wali-wali Alloh yang mukmin, sebagai pengejawantahan dalil-dalil syar’iyah dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan Alloh-lah tempat memohon pertolongan…

$ $ $

(Majmu’ Fatawa wa Maqoolat Mutanawwi`ah : II/178)

Dialihbahasakan oleh: Al-Ustadz Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy, Spd, I

Tidak ada komentar: