Kamis, 01 Mei 2008

Kumpulan Tulisan para Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah

Kumpulan Tulisan para Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah

Syaikh Al-Allamah Mujahid Abu Mus’ab Az Zarqawi Hafidzhahulloh Ta’ala

Pada suatu sore dengan angin keras dan dingin pada bulan Desember 1989, Huthaifa Azzam, putra belasan tahun dari mujahidin pemimpin Jordanian-Palestina dari cerita Syekh Abdullah Azzam, pergi ke pelabuhan udara di Peshawar, Pakistan, untuk menyambut suatu kelompok pemuda-pemuda. Semua adalah calon baru, sebagian besar dari Jordan, dan mereka telah datang untuk berjuang di Afghanistan. Huthaifa menyambut mereka, dan nampak dengan susah di battle-ready membentuk. Beberapa adalah para siswa, yang lain profesor dan syekh. Salah satu mereka akan membuktikan mengingat kembali manusia berharga nama Ahmad Fadhil Nazzal al-Khalaylah. Kemudian, ia akan dikenal di bawah nama Abu Musab al-Zarqawi.

Huthaifa Azzam penghubung dua dunia. Ia pertama memasuki pertempuran pada umur lima belas, memberantas Soviet di Afghanistan dengan bapaknya dan bersama Osama dimuati; tiga tahun kemudian, pada Desember Malam itu di Peshawar pelabuhan udara, ia jumpa al-Zarqawi untuk pertama kali. Dua Azzam dan telah memberantas Soviet yang pada awal hari jihad; al-Zarqawi akan berjuang di tahap detik peperangan, setelah Soviet telah mencabut. Kedua-Duanya Huthaifa Azzam dan al-Zarqawi akan secepatnya meninggalkan Afghanistan untuk mengejar dua hidup sangat berbeda, tetapi jalan mereka akan sekali lagi berjalan atas medan perang jihad di Iraq, setelah invasi USA 2003.

Azzam sekarang hidup di ibukota Jordanian, Amman, di mana ia bekerja pada suatu doctorate di literatur Mengenai Arab klasik, tetapi ia pindah;gerakkan secara rutin antar[a] Jordan dan Iraq. Aku minta Azzam jika ia mengenal siapa membiayai aktivitas al-Zarqawi’s di Iraq. Ia pikir sebentar, dan kemudian menjawab tanpa menjawab,” Pada ketika jihad, kamu dapat mendapatkan sejumlah uang banyak dengan suatu percakapan telepon sederhana. Aku sendiri sekali ketika mengumpulkan tiga juta dolar, bapak ku yang telah mengatur dengan panggilan tunggal.” “ Suatu transfer bank?” Aku minta. “ Tidak ada. Aku mengumpulkannya atas sepeda motor ku. Aku di dalam Syria ketika peperangan di Iraq mulai,” ia terus. “ Orang-Orang sedang tiba di dalam memandu semua orang ingin pergi ke Iraq untuk melawan Orang Amerika. Aku ingat satu orang yang datang dan dikatakan ia adalah yang terlalu tua untuk berjuang/ berkelahi, tetapi ia memberi perekrut $ 200,000 dengan uang tunai. ‘ Beri ia/nya kepada mujahideen,’ adalah semua ia berkata.”

Ia kemudian menceritakan [kepada] aku sekitar seorang anak laki-laki muda [yang] ia telah jumpa pada awal hari [menyangkut] peperangan. “ Ia adalah dari Saudi Arabia dan baru saja memutar tigabelas. Aku mencatat dia di (dalam) kerumunan pada suatu perekrutan pusat dekat Syrian-Iraqi perbatasan. Orang-Orang akan datang dan mendaftarkan pagi-pagi, kemudian menyeberang perbatasan di (dalam) sore oleh bus. Aku pertama lihat dia di meja tulis pendaftaran. Perekrut menolak untuk mengambil dia sebab ia menjadi sangat muda, dan ia memulai untuk menangis/berteriak. Aku kembali kemudian (dalam) hari, dan orang [yang] kecil sama ini mempunyai sneaked di dalam [itu] bus. Ketika mereka menemukan dia, ia memulai ke sorak Allahu Akhbar! Mereka memenangkan dia batal/mulai. Ia mempunyai $ 12,000 di (dalam) pocket-expense uang nya keluarga nya telah memberi dia [sebelum/di depan] ia memasang. ‘ Ambil ia/nya semua,’ ia membela. ‘ Tolong, biarkan saja aku lakukan jihad.’”

Abu Musab al-Zarqawi, [yang] hampir tidak empatpuluh, suatu Badui dari Bani Hassan suku bangsa, adalah sampai baru-baru ini hampir yang tak dikenal (di) luar Jordan asli nya. Kemudian, pada [atas] Pebruari 5, 2003, Sekretaris Status Colin Powell yang catapulted dia ke langkah dunia. Di (dalam) alamat nya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat kasus untuk peperangan di (dalam) Iraq, Powell [yang] dengan sembarangan mengenali al-Zarqawi [sebagai/ketika] mata rantai yang rumit antar[a] al-Qaeda dan Saddam rejim Hussein’S. [Yang] sesudah itu, al-Zarqawi menjadi suatu figur terkemuka di (dalam) insurgency di (dalam) Iraq.

Al-Zarqawi dilahirkan ke dalam suatu keluarga besar di (dalam) kota industri Zarqa dari yang (mana) ia mengambil nama baru nya. Beberapa administrasi semak Pejabat [memanggil/hubungi] dia suatu Jordanian-Palestinian, tetapi sesungguhnya ia datang dari salah satu [dari] Pertengahan [yang] badui [yang] paling berpengaruh Timur Suku bangsa. Ia adalah sering melaporkan mati, hanya untuk naik lagi. Zarqa adalah suatu kota industri sekitar 850,000 orang-orang, suatu menelentang pabrik-pabrik, bidang terbuka, dan debu. Twenty-Five miles untuk timur laut Amman, adalah kota besar third-largest Jordan. Bertahun-Tahun [itu] telah (menjadi) suatu magnit untuk Mujahedin. Bersama dengan kota besar Irbid dan Garam, [itu] telah mengirim yang paling besar jumlah sukarelawan Jordanian untuk berjuang/ berkelahi luar negeri, pertama di (dalam) Afghanistan dan sekarang di (dalam) Iraq. Al-Zarqawi dilahirkan dan diangkat di (dalam) al-Masoum lingkungan [dari;ttg] kota besar tua Zarqa’S, yang (mana) menelentang sedikit banyak(nya) secara sembrono ke dalam al-Ruseifah pengungsi Palestinian berkemah. ( Lebih dari 60 persen [dari;ttg] penduduk/penghuni juta 5.9 Jordan adalah Palestinian, seperti adalah sekitar 80 persen [menyangkut] penduduk/penghuni tempo dulu; purbakala Zarqa.)

Al-Zarqawi menjaga suatu rumah pada [atas] suatu jalan setapak ketenangan di (dalam) Zarqa. Adalah tak dapat dibedakan dari nya neighbors-a two-story plester semen putih [yang] membangun dikepung oleh suatu dinding whitewashed. Rumah kosong; para saudari al-Zarqawi’s, [yang] masih tinggal di Zarqa, datang dengan untuk memelihara itu. Sependapat menunjuk aku mengerling ke arah suatu jendela, yang (mana) adalah [yang] sedikit terbuka sedikit. Yang pertama untuk isteri dua al-Zarqawi’s telah [tinggal/hidup] di rumah sampai baru-baru ini. Dia adalah kemenakan nya, yang ia telah menikah ketika ia adalah twenty-two. Mereka mempunyai empat anak-anak, dua anak-anak lelaki dan dua anak-anak perempuan. Tetapi tidak dulu kala, al-Zarqawi telah mengirim seorang manusia yang tak dikenal untuk [memandu;mengemudi] [mereka/nya] ke seberang perbatasan untuk dengan dia di (dalam) Iraq. detik/second nya Isteri, suatu Jordanian-Palestinian yang ia telah menikah di (dalam) Afghanistan, dan dengan yang ia mempunyai seorang putra, dilaporkan untuk;menjadi dengan dia di (dalam) Iraq juga. Ibu Al-Zarqawi’s, Omm Sayel, yang ia adored-and [yang] telah menempuh perjalanan ke Peshawar dengan dia ketika ia bergabung yang jihad-died leukemia di (dalam) 2004; walaupun ia menjadi manusia [yang] yang paling diinginkan di (dalam) Jordan pada ketika kematian nya, al-Zarqawi kembali ke Zarqa dalam penyamaran untuk menghadiri pemakaman nya.

Zarqa nampak seperti kota nya. Tiga anak-anak lelaki sedikit/kecil dengan seringai besar pada [atas] muka [yang] kecil mereka menyiarkan tanda kemenangan. Suatu ayah/suami [yang] berlari [menjalankan] suatu toko bahan makanan lokal meminta dengan tegas pada [atas] habis minuman tanpa alkohol dan kentang cuma-cuma memotong [bagi/kepada] manapun Mujahid yang kembali dari Iraq atau Afghanistan. Al-Zarqawi, di (dalam) 1989, pada umur twenty-three, telah menempuh perjalanan ke Afghanistan. Adalah menjadi pertama kali [yang] ia telah pernah ke luar dari Jordan, dan untuk dia [itu] meng/berubah segalanya.

Salah al-Hami, suatu Jordanian pendaratan Palestinian, adalah ipar al-Zarqawi’s dan salah satu nya terdekat para teman di (dalam) Zarqa. Ia dan al-Zarqawi telah jumpa di (dalam) Afghanistan selama korset [yang] pertama al-Zarqawi’s [di/ke] sana, dari 1989 [bagi/kepada] 1993. Al-Zarqawi didasarkan pada awalnya di (dalam) kota perbatasan Khost, yang (mana), setelah kedua-duanya Orang Amerika dan Soviet telah meninggalkan Afghanistan, menjadi lokasi [dari;ttg] keras dan dengan berat mengadakan perlombaan pertempuran antar[a] mujahideen dan Pro-Soviet Najibullah rejim. Di permulaan, al-Zarqawi belum suatu pejuang tetapi telah mencoba tangan nya pada menjadi wartawan. Ia telah bekerja sebagai suatu wartawan untuk suatu jihadist majalah/gudang senjata kecil, Al Al-Bonian Marsous, [selagi/sedang] al-Hami adalah suatu wartawan/penulis surat untuk Al-Jihad majalah/gudang senjata, yang mana mujahideen diterbitkan di (dalam) Peshawar. Akan tetapi suatu hari al-Hami menginjak suatu ranjau darat dan hilang salah satu kaki nya. Adalah selama kunjungan al-Zarqawi’s kepada rumah sakit yang ia dan al-Hami menjadi sahabat karib. Suatu hari di (dalam) rumah sakit [itu], al-Hami telah menyatakan [menyangkut] ketidakmungkinan pernah mempunyai;nikmati suatu keluarga atau seorang isteri. “ Seorang manusia berkaki satu?” al-Hami secara melaporkan berkata kepada al-Zarqawi. “ [Yang] akan ingin menikah dia?” Di (dalam) tanggapan al-Zarqawi menawarkan dia tangan salah satu para saudari nya, dan al-Hami menyetujui. Demikian juga saudari, dan keduanya dinikahi di (dalam) Peshawar, di (dalam) suatu upacara yang diketuai oleh al-Zarqawi, [yang] bapak siapa telah meninggal ketika ia muda. Video dari resepsi menjadi satu-satunya ukuran panjang al-Zarqawi [yang] dibuktikan keasliannya pernah didepan umum seen-until April ini, ketika, untuk pertama kali, al-Zarqawi melepaskan siaran ulang tv dari video. Yang lain [sen]dirinya Al-Hami gerak ke Zarqa ketika ia kembali dari Afghanistan. Selama beberapa tahun sekarang ia telah memelihara keluarga al-Zarqawi’s, seperti halnya [milik]nya, [selagi/sedang] ipar nya menempuh perjalanan pada [atas] suatu alur yang mengambil dia ke penjara, kembali ke Afghanistan, kemudian ke Iran, Kurdistan utara, dan, [yang] akhirnya, Iraq.

“ Ia adalah suatu orang biasa, suatu pejuang biasa, dan tidak benar-benar menciri [sen]dirinya,” Huthaifa Azzam berkata pertama kali al-Zarqawi’s di (dalam) Afghanistan. “ Ia adalah suatu orang ketenangan [yang] tidak berbicara banyak. Tetapi ia berani. Zarqawi tidak mengetahui arti dari ketakutan. Ia adalah terluka lima atau enam kali di (dalam) Afghanistan dan Iraq. Ia nampak ke dengan sengaja menempatkan [sen]dirinya pada pertengahan situasi [yang] yang paling berbahaya. Ia berkelahi di (dalam) pertempuran Khost dan Kardez dan, di (dalam) April 1992, menyaksikan pembebasan Kabul oleh mujahideen [itu]. Banyak Arabs adalah pemimpin agung selama tahun itu. Zarqawi bukanlah. Ia juga bukan [yang] sangat religius selama waktu itu. Sesungguhnya, ia telah saja ‘ yang dikembalikan’ ke Islam Tiga bulan [sebelum/di depan] datang Afghanistan.”

Abu Muntassir Bilah Muhammad adalah Mujahid yang lain [yang] membelanjakan waktu yang berkelahi di (dalam) Afghanistan [yang] dan siapa yang akan di;jadi;kan kemudiannya salah satu [dari] asisten pendiri [dari;ttg] Jihad kelompok pertama al-Zarqawi’s. Zarqawi tiba di (dalam) Afghanistan, melatih dan berkelahi dan ia kembali ke Jordan dengan ambisi dan mimpi: untuk membawa ideologi jihad. ambisi [yang] Pertama nya akan ubah Jordan, untuk menyediakan suatu orang islam ortodoks Status. Zarqawi kembali ke Jordan dengan newfound rasa hormat. Dengan tujuan; dengan harapan masa depan [itu], al-Zarqawi juga menggunakan jihad tahun untuk mulai proses dalam menanami persahabatan yang akan secepatnya mendorong kearah pembentukan suatu internasional mendukung jaringan. “ [Yang] terutama sekali ketika ia adalah di (dalam) Khost, persahabatan [yang] utama nya ada bersama Saudi Mujahedin dan (orang) yang lain dari Teluk [itu],” Huthaifa Azzam berkata.

Tetapi barangkali sepenting seperti yang lain-lain, adalah di (dalam) Afghanistan bahwa al-Zarqawi diperkenalkan ke Syekh Abu Muhammad Al-Maqdisi ( Isam Muhammad Tahir al-Barqawi), suatu Salafist sarjana dipuja-puja [yang] telah gerak ke Zarqa mengikuti pengusiran massa Palestinians dari Kuwait sebagai akibatnya [menyangkut] Teluk Perang. Dari tahun ke tahun, al-Maqdisi memeluk Wahhabism Saudi Arabia, dan pada awal 1980s ia menerbitkan Syahadat Abraham, sumber pengajaran [yang] paling utama yang tunggal untuk [itu] Salafis di seluruh bumi. Al-Maqdisi akan menjadi penasihat [yang] ideologis al-Zarqawi’s dan pengaruh [yang] paling dalam.

Al-Zarqawi dan al-Maqdisi meninggalkan Afghanistan di (dalam) 1993 dan kembali ke Jordan. Mereka menemukan ia/nya banyak diubah. Di (dalam) ketidakhadiran mereka [adalah] Jordanians dan Israelis telah mulai negosiasi yang akan mendorong kearah menandatangani suatu perjanjian damai di (dalam) 1994; Palestinians telah menandatangani Oslo Setujui 1993; dan Iraqis telah hilang Teluk Peperangan. Pengangguran adalah atas tajam, hasil suatu pengarah privatisasi disetujui dengan Dana Moneter Internasional, dan Jordanians terhalang dan marah. Orang Islam [Itu] Brotherhood-The [yang] kerajaan hanya oposisi sehat kekuatan politis, yang (mana) telah menyetujui mendukung Raja Hussein sebagai pertukaran dengan yang sedang diijinkan untuk mengambil bagian di (dalam) publik dan tidak mampu life-appeared bersifat parlementaer- untuk mengatasi [itu] peningkatan kekecewaan. orang islam ortodoks Kelompok telah oleh karena itu mulai untuk nampak, menyusun sebagian besar manusia [laki-laki] [yang] telah berkelahi di (dalam) Afghan jihad, dan siapa yang berpedoman kepada Orang Islam Persaudaraan yang tadinya co-opted oleh status.

Setelah keduanya manusia [laki-laki] kembali[kan rumah, al-Maqdisi berwisata kerajaan dan al-Zarqawi mencari-cari Abu Muntassir, [yang] telah memperoleh suatu kedudukan di (dalam) Jordan. “ Kita berbicara banyak, (di) atas dua hari,” Abu Muntassir berkata. “ Ia masih cantik banyak suatu orang baru, tetapi [yang] sangat rela, sangat mampu, dan tekun/tajam untuk belajar sekitar Islam. Aku sedang mengajar geografi pada ketika di (dalam) suatu sekolah pemerintah, maka adalah gampang untuk aku untuk memberi pengajaran Islam juga. Setelah sekali waktu, Zarqawi [minta;tanya] aku yang akan bekerja bersama dia di (dalam) suatu Islam Kelompok; al-Maqdisi telah diatas kapal. Gagasan ada di sana, tetapi [itu] tidak tidak punya kepemimpinan dan nama. pertama Kita [memanggil/hubungi] ia/nya al-Tawhid, kemudian meng/berubah nama ke Bayat al-Imam. Kita adalah kecil tetapi enthusiastic-a dosin atau kira-kira segitu manusia [laki-laki]. Sasaran pokok [kita/kami], tentu saja, akan merobohkan kerajaan dan menetapkan suatu Islam Pemerintah.”

Al-Maqdisi memberi al-Zarqawi tujuh granat [yang] ia telah menyelundupkan ke dalam Jordan, dan al-Zarqawi sembunyi[kan] [mereka/nya] di (dalam) gudang di bawah tanah [dari;ttg] rumah keluarga nya. Al-Maqdisi telah di bawah pengawasan oleh badan penyelidik Jordan oleh waktu itu, oleh karena ketenaran bertumbuh nya. Granat dengan cepat ditemukan, dan dua manusia [laki-laki], bersama dengan sejumlah pengikut mereka, menemukan diri mereka untuk pertama kali [sebelum/di depan] suatu keamanan status meramahi. Hakim/Wasit menghukum dia dan al-Maqdisi pemilikan senjata tidak sah dan kepunyaan suatu organisasi dikutuk. Di (dalam) 1994, al-Zarqawi dihukum untuk lima belas tahun dalam penjara. Swaqa penjara duduk dalam selatan tepi padang pasir, enampuluh miles selatan Amman, dan tahanan politik nya, kedua-duanya Orang islam ortodoks dan secular, dipondokkan di (dalam) empat sayap. Nurut narapidana peserta [dari;ttg] nya, gol [yang] utama al-Zarqawi’s akan merekrut narapidana lain dan menghafal Quran [itu]. Ia adalah buritan, tabah, dan tak kenal henti pada [atas] apapun yang ia dianggap sebagai suatu pelanggaran [dari;ttg] aturan nya dan ia adalah sering melihat di halaman penjara [yang] menangis [seperti/ kala] ia membaca Quran [itu]. Ia mengenakan shalwar kameez dan suatu rolled-brim, pakaian wool Pashtun kopiah. Ia menarik banyak calon; beberapa dihubungkan dia ke luar dari dayatarik, (orang) yang lain ke luar dari kecurigaan. Dalam waktu singkat, ia telah mengorganisir hidup penjara pada Swaqa di bawah perintah nya.

Kapan Abu Rumman masuk Swaqa, al-Zarqawi adalah di (dalam) pengasingan [yang] mengikuti suatu pertengkaran penjara. “ [Itu] cukup luar biasa,” Abu Rumman dikatakan. “ pandangan sekilas Zarqawi [yang] Pertama ku adalah ketika ia dilepaskan. Ia kembali ke bangsal sebagai pahlawan yang dikepung oleh [milik]nya bodyguards. Semua orang mulai ke sorak: Allahu Akhbar! Dengan waktu itu Zarqawi telah mempertimbangkan ‘ emir’.” Di (dalam) 1998, tiga atau sebanyak empat dari bidang al-Zarqawi’s ditempatkan/diposkan pada [atas] Internet [itu]. Segera mereka datang ke[pada] perhatian Osama bak/peti Dimuati, di (dalam) Afghanistan. Adalah menjadi pertama kali [yang] ia telah pernah mendengar tentang al-Zarqawi. Pada bulan Mei [menyangkut] tahun berikut, Raja Jordan Abdullah [YANG] II-NEWLY mentahtakan setelah kematian [dari;ttg] bapak nya, Raja Yang Hussein-declared suatu pengampunan umum, dan al-Zarqawi bebas dari Swaqa. Ia telah buat penggunaan [yang] efektif [dari;ttg] waktu nya [di/ke] sana; ia telah memperluas jangkauan nya dan pendekatan nya.

Setelah mengembalikan untuk beberapa bulan ke Zarqa, al-Zarqawi meninggalkan lagi dan menempuh perjalanan ke Pakistan. Ia tiba bearing/tegas suatu surat perkenalan dari Abu Kutaiba al-Urduni, salah satu para pemimpin [yang] paling penting Jordan sepanjang jihad di (dalam) Afghanistan. Al-Urduni tadinya suatu wakil kunci to-and [adalah] perekrut pemimpin di dalam jordan For-Sheikh Abdullah Azzam, Huthaifa bapak Azzam’S. ( Setelah bekerja untuk tahun di (dalam) Peshawar [sebagai/ketika] pemimpin dari Melayani Kantor, atau Maktab al-Khidmat, syekh telah menjadi figur yang sangat penting di (dalam) perekrutan sukarelawan [yang] Yang Pan-Islamic untuk jihad.) Surat Al-Urduni’s menjadi pengesahan yang pertama bahwa al-Zarqawi telah menerima dari figure-and [yang] senior seperti itu [adalah] surat menunjukkan Osama bak/peti Dimuati. Pada bulan Desember 1999, al-Zarqawi menyeberang perbatasan ke dalam Afghanistan, dan kemudiannya yang bulan [yang] ia dan bak/peti Yang dimuati dijumpai di Pemerintah Pesanggrahan di (dalam) kota besar selatan Kandahar, tidak facto [modal/ibukota] [menyangkut] Taliban.

Setelah beberapa debat di dalam al-Qaeda, [itu] disetujui al-Zarqawi itu akan diberi $ 5,000 untuk menyediakan pelatihan [milik]nya berkemah di luar Afghan kota besar Herat barat itu, dekat perbatasan Yang berhungan dengan Iran [itu]. Di (dalam) awal 2000, dengan selusin atau kira-kira segitu pengikut [yang] telah tiba dari Peshawar dan Amman, al-Zarqawi memperkenalkan untuk padang pasir [yang] yang barat yang melingkari Herat untuk membangun suatu angkatan perang yang ia bisa mengekspor ke di manapun di dunia. Al-Adel membayar bulanan mengunjungi ke pelatihan al-Zarqawi’s berkemah; kemudian, pada [atas] web nya Lokasi, ia akan tulis bahwa ia kagum tentang apa ia lihat [di/ke] sana. Banyaknya pejuang al-Zarqawi’s berlipat dari dosin ke ratusan sepanjang tahun berikut, dan pada saat itu kekuatan mengungsikan kemah mereka, sebelum [itu] U.S. serangan udara Oktober 200L, pejuang dan keluarga-keluarga mereka menomori di sekitar 3,000.

Ketika Amerika Serikat meluncurkan perang (di) udara nya di dalam Afghanistan, pada [atas] Oktober 7, 2001, al-Zarqawi bergabung dengan al-Qaeda dan Taliban untuk pertama kali. Ia dan nya Jund al-Sham dilancarkan di (dalam) dan di sekitar Herat dan Kandahar. Al-Zarqawi terluka di (dalam) suatu udara Amerika strike-not di (dalam) kaki, [seperti/ketika] U.S. pejabat mengklaim untuk dua tahun, tetapi di (dalam) dada/peti, ketika pagu/langit-langit dari [yang] membangun di mana ia sedang beroperasi dirobohkan pada [atas] dia. Pada bulan Desember 2001, menemani dengan sekitar 300 pejuang dari Jund al-Sham, al-Zarqawi meninggalkan Afghanistan sekali lagi, dan masuk Iran. Sepanjang yang berikutnya empat belas bulan, al-Zarqawi mendasarkan [sen]dirinya terutama semata di (dalam) Iran dan di (dalam) area Kurdistan yang otonomi, di (dalam) Iraq utara, keliling dari waktu ke waktu ke Syria dan kepada Ayn al-Hilwah pengungsi Palestinian berkemah di (dalam) selatan Lebanon. Lebih sering, bagaimanapun, al-Zarqawi menempuh perjalanan kepada Sunni Segi tiga Iraq. Ia memperluas jaringan nya, merekrut dan melatih pejuang baru, dan menyediakan basis, rumah aman, dan pelatihan militer berkemah. Di (dalam) Iran, ia disatukan kembali dengan Saif al-Adel-who mendukung dia untuk pergi ke Iraq dan menyajikan kontak there-and untuk sementara waktu, al-Zarqawi tinggal bertahan pada suatu kebun kepunyaan Afghan Mujahid Gulbaddin Hekmatyar. Di (dalam) Kurdistan [yang] ia [hidup/tinggal] dan yang dikerjakan dengan kelompok [itu] Ansar al-Islam.

Berita terakhir mengenai Syaikh Al-Allamah Abu Muhammad Al-Maqdisi Hafidzhahulloh Ta’ala -fakkallahu asrohu-, dari sebuah forum berbahasa Inggris:

Syaikh Abu Muhammad Al Maqdishi saat ini masih melakukan mogok makan di penjara Yordan sejak awal bulan Romadhon.. Hal ini karena tekanan berat yang terus-menerus supaya beliau mau mengakui adanya kesalahan pada tulisan-tulisannya.

Dari sejumlah sumber kami mengetahui bahwa Syaikh mulai menderita beberapa penyakit (di sekujur tubuhnya) dan juga penurunan berat badan yang signifikan.

Saat ini rezim Yordan melakukan pemaksaan terus menerus supaya Syaikh mengakui adanya kesalahan pada tulisan-tulisan dan artikelnya, yang disertai dengan penyiksaan secara fisik dan juga mencegah Syaikh mengunjungi ayahnya -semoga Allah merahmatinya- ketika ayahnya sedang sakit dan bahkan melarang menyolatinya ketika wafat.

Karena itu, kami meminta pada saudara-saudari kami untuk berdoa supaya Syaikh tetap tegar dan Allah menyegerakan kebebasannya dan membalas orang-orang yang telah menahannya dan menyiksanya. Wa laa haula wa laa quwwata illa billah.

***

Dan kami berikan kabar gembira kepadamu wahai Syaikh kami, bahwa copy-an pertama program Mimbar Tauhid dan Jihad telah dipublikasikan dalam CD-ROM yang berisi seluruh pesan-pesan dan buku-buku anda, berisi seluruh materi dari Mimbar Tauhid dan Jihad dan telah disebar secara luas. Sebuah kebahagian bagi orang-orang beriman dan kemurkaan pada orang-orang kafir dan mereka yang memusuhi dakwah.

diterjemahkan secara cepat, hanya point-point tertentu dari pesan yang dipublikasikan di http://www.tawhed.ws/

------------------------------------ Bagi yang belum mengenal Syaikh Abu Muhammad Al Maqdishi, bisa dibaca langsung karya-karyanya yang sebagian sudah diterjemahkan dan beredar di internet.

Millah Ibrohim Agama Demokrasi Kepada Mereka Yang Buron dan Tertawan

Dan sebuah bukunya yang membongkar kekufuran negara Saudi: Saudi di Mata Seorang Al-Qoidah. Sayang baru ada versi bukunya, belum ada versi online yang lengkap.

Syaikh Abu Muhammad Ashim’ Al-Burqawi Al-Maqdisi telah Dibebaskan dari Penjara Yordania

Di (dalam) musim panas 2003, tiga bulan setelah invasi Amerika, al-Zarqawi gerak ke Sunni area Iraq. Di (dalam) Oktober 2004, al-Zarqawi membayar bayat ke Osama bak/peti Yang dimuati dan menjadi “ Emir [dari;ttg] Operasi al-Qaeda’s di (dalam) Daratan Mesopotamia.”

Sumber: muhajirun Sumber-smber keamanan Yordania mengatakan, bahwa Pemerintah Yordania pada hari Rabu 12 Maret 2008 telah melepaskan Syaikh Abu Muhammad al-Maqdisial-Urduni. Seorang tokoh Tandhim as-Salafiyyah al-Jihadiyah yang menonjol, setelah dipenjara beberapa tahun tanpa proses pengadilan. Penanggungjawab intelligent Amerika mengatakan, bahwa al-Maqdisi adalah tokoh yang menonjol pada gerakan jihadi. Dia memeiliki pengaruh pemikiran jihadi yang lebih jauh dari tokoh-tokoh lain yang tak kelah menonjolnya seperti Usamah bin Ladin dan Ayman adh-Dhawahiri

Sumber yang berasal dari reuters mengatakan, bahwa al-Maqdisi adalah guru Abu Mush’ab az-Zarqawi, pimpinan Tandhim al-Qa’idah di Iraq, ditangkap kembali pada Juli 2005.

Al-Maqdisi ditahan dalam satu sel dengan az-Zarqawi selama empat tahun, dari tahun 1995 hingga 1999, dan keduanya dilepaskan karena ada amnesty. Lalu az-Zarqawi pergi ke Afghanistan, lalu ke Iraq.

Sumber keamanan telah membebaskan syaikh al-Maqdisi tanpa memberikan keterangan apa-apa. Tetapi para analis dari berbagai sumber informasi menjelaskan bahwa pembebasan ini dilatarbelakangi oleh kesehatan al-Maqdisi yang cukup memprihatinkan, setelah beliau melakukan sejumlah aksi mogok makan di penjara, karena beliau dipenjara tanpa ada proses hukum atau tuduhan yang jelas.

Sumber: http://www.islammemo.cc/article1.aspx?id=60873

Buku Abu Mus’ab Az Zarqawi : Tak Akan Kubiarkan Islam di Gerogoti, Selagi Aku Masih Hidup !

Februari 18, 2008

Amirul Istisyhadiyin Syaikh Mujahid Abu Mush'ab al-Zarqawi -Rahimahullah-

Buku ini dihadirkan oleh admin forum altawbah ke tengah umat Islam. Buku ini adalah buku yang dijemahkan dari ceramah Komandan yang gagah berani, Panglima yang cerdas, teladan yang baik didalam medan Jihad pada zaman sekarang ini, Syaikh Mujahid Abu Mush’ab Al-Zarqawi –semoga Allah merahmati beliau dan menerimanya sebagai syuhada serta meletakkan beliau di jannah al-firdaws yang tertinggi-.

Sebuah ceramah yang menggambarkan kemarahan beliau atas sikap duduk dan berpangku tangan kita terhadap nasib Islam dan kaum muslimin yang terus dihinakan dan injak-injak kehormatannya. Beliau sejak awal hingga akhir ceramah ini, mengungkapkan betapa sedihnya dan kecewanya beliau kerana sikap lalai kita dari membela agama Alloh.

Dan tentu saja, beliau dengan kata-katanya yang indah dan gaya bahasa yang tinggi, tak lupa untuk mengobarkan semangat kaum mukminin untuk berperang dan mempersembahkan harta, darah dan nyawa mereka dalam rangka menolong agama Alloh serta mengembalikan izzah kaum muslimin.

Apalagi disaat api jihad sedang berkobar hebat, pertempuran belangsung dengan dahsyat antara tentara Ar-Rahman dengan tentara Syaithon pada masa sekarang ini, muncul sebuah syubhat baru yang di hembuskan oleh orang-orang yang duduk, syubhat ini bukan datang dari kaum murji’ah ataupun dari kaum yang berada di atas manhaj yang bathil, akan tetapi syubhat ini datang dari ‘Ulama yang dianggap sebagai gurunya mujahidin. bahkan syubhat itu telah dihadirkan ketengah-tengah kita, yaitu pada sebuah buku yang berjudul Waqofaat ma’a Tsamroti l-Jihad yang ditulis oleh Syaikh Abu Muhammad al-Maqdisi –semoga Allah membebaskan dan memberi beliau hidayah.

Kemudian buku tersebut diterjemahkan dengan judul yang menyakitkan dan kemudian diterbitkan dengan judul yang keji dan serampangan, yaitu “Mereka Mujahid tapi Salah Langkah”. Kami menghimbau kepada semua orang yang terlibat dalam menyebarkan dan mengajarkan buku itu dengan cara apapun, agar memohon ampunan serta petunjuk kepada Alloh ta’ala, sesungguhnya kalian telah menyebarkan sesuatu yang kalian sendiri tiada ilmu tentangnya atau kalian memang pengekor “seorang tokoh” tanpa peduli dia salah atau benar.

Terakhir semoga dengan hadirnya buku ini mampu menerangi jalan para pencari kebenaran. Semoga Allah membalas amal baik penterjemah dan semua orang yang terlibat menyebarkan buku ini. Segala yang benar hanyalah dari Alloh, segala kesalahan berasal dari hawa nafsu dan hasutan syaithon ke dalam diri kami.

:: Download :: http://rapidshare.com/files/92192051…lam…pdf.html

http://www.fileflyer.com/view/jShXGAH

“ Syaikh Al-Maqdisi menurut penuturannya sendiri dalam wawancara dengan majalah Nidaul Islam “:

*********************

Bolehkan engkau memberikan kepada kami gambaran singkat tentang diri engkau, kondisi penangkapan dan vonis yang dijatuhkan kepada engkau?

Bismillah, dan segala puji hanya bagi Allah, serta shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah dan orang-orang yang mengikutinya.

Saudara kalian ini adalah Abu Muhammad ‘Isham (atau) ‘Ashim (dan ia adalah lebih saya sukai) ibnu Muhammad ibnu Tharih Al Barqawi penisbatan tempat lahir, Al Maqdisiy penisbatan yang terkenal, Al Utaibiy penisbatan keturunan.

Muhammad adalah anak saya yang paling besar, umurnya 21 tahun, dan dengannya saya dipanggil (Abu Muhammad), dan saya juga mempunyai dua anak laki-laki yang lainnya; Umar dan Ibrahim, serta satu anak perempuan.

Al Maqdisiy adalah laqab yang dengannya saya terkenal lebih dari nama saya di awal dakwah dan tulisan-tulisan saya, dan itu dilekatkan pada diri saya, dan ia adalah penisbatan pengagungan kepada Baitul Maqdis tempat yang paling agung dan yang paling dekat dengan tempat kelahiran saya, yaitu Barqa di wilayah Nablus, yang di sana saya terlahir tahun 1478 H yang bertepatan dengan tahun 1959 M, dan saya telah meninggalkannya setelah tiga atau empat tahun bersama keluarga saya ke Kuwait, dimana saya menetap dan melanjutkan sekolah SMU saya. Dan saat itu cita-cita saya adalah kuliah di Fakultas Syari’ah di Unversitas Madinah Al Munawarrah, akan tetapi saya beralih untuk mempelajari ilmu-ilmu di Universitas Mosul di utara Irak atas dasar keinginan ayah saya.

Dan masa ini adalah masa penentuan arah jalan saya, dan Allah memberikan taufiq kepada saya untuk tidak menerima begitu saja hizbiyyah (fanatik golongan) dan saya tidak mengizinkan bagi lingkarannya untuk membatasi saya atau menghalangi saya dari berhubungan dengan kelompok-kelompok Islam yang lainnya agar saya mengambil apa yang saya pandang berfaidah dari semuanya sejak awal. Dimana saya memiliki keikutsertaan hubungan dahulu dengan beberapa harakah dan berbagai jama’ah, di antaranya kelompok pembaharu yang terpisah dari harakah Ikhwan Muslimin.

Sebagaimana saya juga beberapa waktu berhubungan dengan Salafiyyin, dan dengan suatu kelompok dari jama’ah Juhaiman di waktu yang lain. Dan sebagaimana saya juga berhubungan dengan beberapa simbol dan tokoh Quthbiyyin, dan dengan beberapa gerakan jihad. Dan saya dari mayoritas mereka itu memiliki banyak ikhwah dengan masyayikh yang baik dan tidak saya lupakan hak mereka dan jasanya, terutama bahwa hal itu adalah di awal pencarian ilmu, walaupun saya menyelisihi mereka dalam banyak hal yang tidak pernah saya sembunyikan dari mereka…

Dan saya berpindah-pindah dari Kuwait dan Hijaz, dan disana sini saya memiliki kontak yang baik dan hubungan yang besar dengan para pencari ilmu dan sebagian masyayikh yang darinya saya telah mengambil sebagian kunci-kunci ilmu, namun sesungguhnya mereka itu tidak memberikan kepuasan dahaga saya, yang biasa dicari para pemuda berupa bashirah terhadap waqi’ dan penerapan hukum-hukum syar’iyyah shahihah terhadapnya serta sikap yang tegas terhadap pemerintah-pemerintah zaman ini dan kejelasan jalan untuk merubah realita ummat ini. Maka saya menekuni pengkajian kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim.

Kemudian di masa-masa pulang pergi saya ke Madinnah Al Munawarrah saya tertarik dengan kitab-kitab Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah, murid-muridnya, anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan Aimmah Dakwah Najdiyyah yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan umum dan khusus di sana, maka saya menekuninya dalam waktu yang sangat panjang, dan saya mengira tidak ada satu kitab merekapun yang dicetak melainkan saya telah mentelaahnya, sehingga kitab-kitab inilah yang secara khusus memiliki pengaruh besar dalam arah pemahaman saya setelah itu.

Dan saya berkali-kali pergi ke Pakistan dan Afghanistan, dan disela-selanya saya mengenali banyak ikhwan dan jama’ah-jama’ah dari berbagai pelosok dunia Islam, serta di sana saya ikut serta dalam banyak kegiatan pembelajaran dakwah. Dan di sanalah awal penerbitan kitab “Millah Ibrahim” yang telah saya tulis dimasa itu, dan keterpengaruhan saya dengan kitab-kitab Aimmah Dakwah Nadiyyah di dalamnya adalah sangat nampak jelas.

Sebagaimana saya banyak mengalami gesekan dan perhelatan menghadapi sebagian ghulatul mukaffirah, yang mana ini melahirkan beberapa tulisan yang sampai sekarang belum diterbitkan, seperti Ar Raddu ‘Alaa Ghulatul Mukaffirah Fii Qaidatil Manlam Yukaffir Al Kafir Wa Salasil At Takfir, sebagaimana saya mengalami pergesekan lain dan perhelatan menghadapi beberapa jama’ah Irja, dan ini melahirkan kitab di antaranya Intaa’un Nadhri Fi Kasyfi Syubuhat Murji’atil ‘Ashri dan Al Farqul Mubiin Bainal ‘Udzri Bil Jahli Wal I’radl ‘Anid Dien dan yang lainnya.

Kemudian saya menetap di Yordania dan itu hanya dua tahun sebelum penangkapan saya, yaitu tahun 1992 M, dimana saya mendapatkannnya sesak dengan jama’ah-jama’ah Irja yang lenggang kangkung di sana. Maka saya memulai dengan dakwah yang penuh berkah ini, dimana saya memiliki tiga kajian di tempat-tempat terpisah di negeri ini, dua adalah kajian umum dan yang ketiga adalah kajian khusus.

Dan penekanan dalam kajian-kajian ini adalah terhadap tauhid, lawazimnya, kewajiban-kewajibannya (Laa ilaaha illallaah) dan syarat-syaratnya, pembatal-pembatalnya dan ikatan-ikatan yang paling kokoh, serta terhadap aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan bantahan terhadap berbagai syubhat jama’ah-jama’ah Irja serta materi-materi penting lainnya yang banyak ditinggalkan manusia dan sangat dibutuhkan oleh para pemuda.

selengkapnya baca di: http://anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com/2007/10/wawancara-majalah-nidaaul-islam-dengan_18.html

Jawaban Syaikh Abu Mushab Az-Zarqawy terhadap Wawancara Syaikh Abu Muhammad Ashim’ al-Burqawi Al-Maqdisiy dengan Stasiun Al-Jazeera “. Segala puji bagi Alloh, yang memuliakan Islam dan pertolongan-Nya. Yang menghinakan kesyirikan dengan kekuatan-Nya. Yang mengatur semua urusan dengan perintah-Nya.Yang mengulur batas waktu bagi orang-orang kafir dengan makar-Nya. Yang mempergilirkan hari-hari (kemenangan) antar umat manusia dengan keadilan-Nya, dan menjadikan hasil akhir sebagai milik orang-orang bertakwa dengan keutamaan-Nya. Sholawat dan salam terhatur selalu kepada Nabi Muhammad, manusia yang Alloh tinggikan menara Islam dengan pedangnya.Amma ba`du…Sesungguhnya Alloh SWT menguji hamba-hamba-Nya seiring berlalunya hari dan malam dengan berbagai macam cobaan dan bala’, dalam rangka menguji, mencoba dan menyeleksi mereka. Alloh Ta`ala berfirman: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” Di dalam Shohih Muslim disebutkan bahwa Alloh SWT berfirman kepada Nabi-Nya SAW: إنَّما بعثتُك لأبتليَك، وأبتليَ بك “Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk mengujimu dan menguji manusia denganmu.” Dan lihatlah, ujian demi ujian menerpa negeri Dua Aliran Sungai secara silih berganti sejak para penyembah salib menginvasi negeri tersebut, yang mana mereka bermaksud menimpakan fitnah kepada masyarakat dan menguasai tanah air, di bawah komando batalyon salibis terbesar yang pernah dikenal oleh sejarah zaman sekarang. Dan Alloh SWT telah memuliakan kami dengan memberi kesempatan untuk menempuh jalan jihad di jalan-Nya, demi membela agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Manusia membidik kami dari satu busur dan mengarahkan anak panahnya ke arah kami, mereka gunakan lidah mereka untuk memperburuk citra dakwah dan jihad yang kami lakukan, dan untuk membuat orang lari menjauhi kami. Kami terus berjalan sementara penghibur kami adalah sabda Nabi SAW: “…mereka tidak terpengaruh oleh orang yang mentelantarkan mereka, mau pun yang menyelisihi mereka.” Yang menghibur dan meringankan kami dalam menanggung kesepian dan keterasingan yang kami rasakan dalam menempuh jalan kami ini adalah; para pengkritik langkah kami itu adalah penganut konsep yang rusak dan jalan fikiran yang batil. Di sisi lain, Alloh telah memuliakan para mujahidin dan wali-wali-Nya yang jujur, ketika Alloh memenangkan mereka dalam pertempuran pertama di kota Fallujah melawan pasukan koalisi. Maka Alloh hinakan musuh mujahidin dan memukul mundur mereka dalam keadaan merugi. Ketika para mujahidin tengah merasakan teduhnya kemenangan nyata ini, dan ketika mereka tengah menjalani hari-harinya, tiba-tiba ada yang memperkeruh suasananya dan melenyapkan kemanisannya. Sebuah “panah” baru kembali mengarah ke leher-leher kami. Tetapi kali ini bukan berasal dari orang-orang yang kami sebutkan sifatnya di muka, tetapi berasal dari seorang tokoh yang menisbatkan diri kepada konsep jihad dan termasuk ahli ilmu. “Panah” itu adalah artikel syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi -semoga Alloh senantiasa menjaga beliau-berjudul: Al-Zarqawi: antara harapan dan keprihatinan, pembelaan sekaligus dukungan. Penyair berkata: Kezaliman kerabat lebih menyakitkan bagi seseorang, daripada tebasan pedang Aku tidak akan pernah melupakan tangisan syaikh Abu Anas -rahimahulloh– ketika beliau melihat kesedihan terpancar di raut mukaku setelah aku membaca nasehat dalam artikel ini, karena di dalamnya berisi kezaliman, tidak melakukan tabayyun, dan pemutar balikan fakta. Beliau menghiburku dengan mengatakan: “Hai Fulan, sesungguhnya Alloh membela orang-orang beriman.” Bukan berarti mengumbar rahasia ketika saya katakan bahwa tadinya saya mengira ini masalah kecil, sebentar lagi akan lurus sendiri, masalah ini hanya akan berhenti di situ. Akan tetapi ternyata syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-turut menyertakan kritikan ini dengan artikelnya yang berjudul: Waqofaat ma`a tsamroti `l-jihad (koreksi atas hasil-hasil jihad selama ini), kemudian beliau menegaskannya dalam wawancara dengan Al-Jazeera tersebut, bahwa dalam hal ini dirinya berbicara atas pilihannya sendiri, tidak ada seorang pun yang menekannya. Dari sini saya melihat masalahnya sudah mulai keluar dari koridor nasehat dan pembelaan, dan nasehat yang dimaksud itu telah kehilangan arah dan jalan yang syar`i, di sana mulai nampak dampak-dampak ke depan yang lain, terutama dalam suasana rawan seperti sekarang-sekarang ini, di mana runtuhnya kekuatan pasukan penyembah salib mulai terlihat dengan jelas bagi setiap yang memiliki mata. Maka saya merasa berkewajiban untuk menjelaskan fakta-fakta yang ada dan mengoreksi beberapa kesalahan yang tercantum dalam nasehat dan wawancara dengan Al-Jazeera tersebut. Tetapi saya tidak mengoreksinya secara keseluruhan, sebab itu akan membutuhkan catatan berlembar-lembar. Ma laa yudroku kullahu laa yutroku jullahu (yang tidak bisa digapai seluruhnya, tidak perlu ditinggalkan sebagian besarnya) Semoga Alloh meluruskan saya dan menjaga saya dari kepentingan pribadi. Saya katakan, dan hanya dengan pertolongan Alloh saja aku mendapat taufik, kepada-Nya saja aku bersandar: Pertama: Koreksi saya akan berbicara seputar beberapa fakta yang terkait dengan metode jihad yang kami lakukan di Irak. Saya tidak akan memberi komentar tentang fakta di dalam nasehat Syaikh -hafidzohulloh-tentang hubungan saya dengan beliau dan kejadian yang pernah saya alami dengan beliau di masa lampau, karena saya melihat itu tidak membantu menjelaskan masalah yang sedang kita hadapi dan bahkan justeru memberi manfaat kepada musuh-musuh Islam. Kedua: Syaikh -hafidzohulloh-menyebutkan di bagian awal nasehatnya, bahwa dirinya sudah berusaha dengan sangat serius untuk menyampaikan banyak hal dari isi nasehat tersebut secara langsung kepada saya, akan tetapi belum berhasil -menurut beliau-akhirnya ia terpaksa mempublikasikannya secara luas. Kalaulah kita setuju dengan hal ini, lantas mengapa kata-kata yang sama kembali beliau sebutkan dalam wawancaranya dengan Al-Jazeera, kalau memang yang dimaksud adalah menyampaikan nasehat? Bukankah nasehat yang sama pernah beliau sampaikan kepada saya dalam suratnya? Juga, mengapa disampaikan di waktu-waktu seperti ini, yang hanya akan memberikan keuntungan kepada fihak salibis dan boneka-boneka murtad mereka? Ketiga: Syaikh -hafidzohulloh- menyebut-nyebut saya sebagai orang yang pernah mengambil ilmu dari beliau, menggunakan nama besarnya sebagai syaikh, dan bahwa saya tidak pernah mengeluarkan pendapat kecuali dari pendapat beliau, tidak mengatakan kecuali ucapan dan pilihan beliau. Saya katakan: Tidak diragukan bahwa syaikh Abu Muhammad -hafidzohulloh-termasuk orang yang memiliki andil besar terhadap saya sebagai hamba yang fakir ini. Beliau memang salah satu nara sumber saya dalam menerima ilmu tentang tauhid dan rincian-rinciannya. Saya juga menganut keyakinan yang banyak diyakini Abu Muhammad. Akan tetapi yang harus dicatat, saya mengikuti beliau semata-mata didasari keyakinan bahwa apa yang beliau utarakan dan beliau tulis di dalam risalah-risalahnya itu sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Dan sikap saya itu bukan taklid buta semata. Seandainya saya mengikuti beliau hanya didasari taklid buta, tentu taklid kami itu lebih layak kami berikan kepada orang yang kedudukan dan ilmunya jauh lebih tinggi daripada beliau. Prinsip dakwah kita adalah mengikuti Al-Quran dan Sunnah, selanjutnya kita mengambil pendapat yang bersesuaian dengan keduanya dan membuang semua pendapat yang menyelisihi keduanya. Sebagaimana saya mengambil ilmu dari syaih Abu Muhammad -hafidzohulloh-, saya juga mengambil ilmu dari ulama lain; bukan berarti saya hanya mengikuti perkataan Al-Maqdisi saja. Ilmu tidaklah terkonsentrasi dalam diri beliau seorang, dan tidak semua perkataan Al-Maqdisi tepat serta harus diikuti; khususnya dalam masalah-masalah ijtihadiyah dan kasus-kasus yang terjadi di lapangan. Secara pribadi, dalam menjalankan jihad ini, saya tidak pernah berani menjalankan suatu urusan kecuali setelah dipandu oleh kaidah-kaidah syar`i; saya tidak berani menerapkan sebuah masalah sebelum saya meminta masukan dari para ulama yang jujur dan turut berjihad. Hanya Alloh yang tahu kalau hubungan saya terus terjalin dengan sebagian ulama yang ilmunya lebih tinggi dibanding Al-Maqdisi, di mana saya selalu meminta fatwa kepada mereka dalam mayoritas kasus yang saya hadapi. Para ulama itu sekarang diuji dengan dipenjarakan di penjara-penjara thoghut. Kalau bukan khawatir akan membahayakan mereka, tentu akan saya sebutkan nama-namanya. Setiap orang yang mengenal saya -sebagai hamba yang fakir ini-, dan mengenal syaikh Abu Muhammad, baik di dalam atau di luar penjara, akan tahu secara yakin bahwa saya sering berbeda pandangan dengan beliau dalam banyak permasalahan. Khususnya masalah-masalah yang terkait dengan jihad dan amal jama`i. Kemudian sekeluarnya saya dari penjara dan saya memutuskan untuk berangkat ke medan jihad, saya tidak meminta saran terlebih dahulu kepada Abu Muhammad -hafidzohulloh-; saya memiliki pandangan lain dengan Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh- dalam urusan membela agama ini. Seiring dengan ini, saya merasa sedih dan menyayangkan, mengapa kata-kata itu keluar dari seorang Abu Muhammad, yang salah satu prinsip dakwahnya adalah menghambakan manusia kepada Alloh; bukan kepada orang atau tokoh… yaitu kata-kata: “…saya sebagai syaikh, di bawah naungan nama kebesaran saya, mengambil manfaat dari nama saya.” Wallohu l-musta`an, hanya Alloh tempat meminta pertolongan. Apakah Anda semua pernah menjumpai dalam Al-Quran dan Sunnah, atau dalam sejarah para pendahulu kita; bahwa jika seseorang mengambil faedah dari seorang syaikh dalam ilmu tertentu, lalu orang itu menjadi “budak”-nya? yang kemudian ia tidak boleh menyelisihi ijtihadnya, atau menggunakan pendapat ulama selain dia? Keempat: Syaikh menyebut diri saya pernah memberikan syarat kepada syaikh Usamah -hafidzohulloh-untuk mau bekerja sama dengan beliau asal beliau mau menjadikan manhaj Abu Muhammad sebagai kurikulum pengajaran. Saya katakan: perkataan ini sama sekali tidak benar, belum pernah saya duduk bersama syaikh Usamah -hafidzohulloh-khusus untuk menyampaikan urusan ini. Saya mau bertanya kepada syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-tentang perkataan beliau: Manhaj Abu Muhammad; apakah ini manhaj beliau pribadi yang sebelumnya belum pernah ada yang mendahului, ataukah manhaj yang mengikuti ulama lain dari kalangan para pendahulu kita yang sholeh? Jika jawabannya yang pertama, maka kita tidak perlu manhaj beliau, sebab agama kita adalah agama ittiba` (mengikuti warisan salaf), bukan agama ibtida` (membuat manhaj baru), dan manhaj para pendahulu kita sudah cukup daripada memakai manhaj si fulan dan si fulan. Tetapi jika jawabannya adalah kedua -dan itu yang sepantasnya menjadi jawaban beliau-maka mengapakah beliau menisbatkan manhaj tersebut kepada dirinya? Padahal syaikh-syaikh di medan jihad di zaman kita sekarang juga menyerukan dakwah yang sama dengan yang diserukan Abu Muhammad, tetapi belum pernah kami mendengar satu pun dari mereka mengatakan: Ini adalah manhajku!! Saya tak habis pikir, bagaimana seorang syaikh Abu Muhammad melontarkan pernyataan seperti ini sebelum beliau men-crosscek berita itu kepada saya. Akibatnya muncullah pertanyaan-pertanyaan yang cukup membuat saya terusik; mengapa pernyataan ini keluar dalam suasana yang sangat sensitif seperti ini? Lebih-lebih saya sekarang berstatus sebagai salah satu tentara syaikh Usamah -hafizhohulloh. Apa manfaatnya? Dan siapa yang mengambil keuntungan dengan disampaikannya kisah itu sekarang? Kelima: Syaikh Abu Muhammad mengatakan bahwa saya mengikuti pendapat beliau mengenai tidak bolehnya melakukan operasi mencari mati syahid (amaliyah istisyhadiyah), kemudian beliau mengatakan bahwa di Irak sekarang saya terlalu longgar dalam membolehkan pelaksanaan amal istisyhadiyah ini. Saya katakan: Yang benar bukan seperti beliau katakan. Saya sudah berpendapat tidak bolehnya melakukan aksi istisyhadiyah ketika saya masih di Afghanistan beberapa saat setelah invasi komunis ke negara tersebut. Hal ini karena saya mengikuti sebagian tokoh ketika itu, ketika saya belum pernah berjumpa dengan Al-Maqdisi. Begitu saya bertemu dengan beliau, keyakinan saya itu ternyata sesuai dengan pendapatnya. Kemudian ketika kami sama-sama keluar dari penjara dan saya pergi untuk kedua kalinya ke Afghanistan, saya berjumpa dengan syaikh Abu `Abdillah Al-Muhajir. Terjadilah dialog antara kami mengenai hukum operasi mencari mati syahid. Ternyata syaikh Al-Muhajir berpendapat boleh, saya juga membaca tulisannya yang cukup menarik dalam masalah ini, di samping mendengarkan juga kaset-kaset ceramah beliau dalam masalah yang sama. Sejak itu Alloh melapangkan dada saya untuk menerima pendapatnya. Saya tidak hanya berprinsip boleh, bahkan saya mulai melihat operasi seperti ini adalah sunnah. Ini, demi Alloh, barangkali termasuk berkah daripada ilmu dan perjumpaan dengan ahlinya. Akhirnya saya menjadwalkan semacam dauroh (seminar) syar`iyyah kecil-kecilan selama sepuluh hari di sebuah kamp latihan di propinsi Herat, yang materinya diampu oleh syaikh Al-Muhajir. Selama sepuluh hari itu beliau menerangkan masalah hukum amaliyah istisyhadiyah kepada para ikhwah, di mana penyampaian beliau cukup memberikan pengaruh dalam diri mereka. Kemudian, mengapa syaikh Abu Muhammad harus mengingkari perubahan ijtihad saya tentang hukum melakukan operasi seperti ini? Padahal beliau tadinya juga berpendapat itu haram, tetapi kemudian berpendapat boleh dengan beberapa syarat yang beliau letakkan. Bukankah akan lebih adil jika di samping menyebutkan perubahan ijtihad saya beliau juga menyebutkan perubahan ijtihadnya sendiri? Bukhori meriwayatkan secara mu`allaq, dan Ibnu Abi Syaibah menyambungkannya kepada shahabat `Ammar RA bahwa ia berkata: “Tiga hal yang siapa mengumpulkannya maka ia telah mengumpulkan iman: bersikap adil terhadap dirimu, berinfak ketika kondisi kikir, dan mengucapkan salam kepada orang alim.” Keenam: Syaikh -hafidzohulloh-menyatakan bahwa saya menamai kelompok saya saya dengan “Jamaah Tauhid wal Jihad” karena mengacu kepada nama website yang beliau kelola, yaitu: Mimbar Tauhid wal Jihad.” Kami menyayangkan mengapa beliau mengkritik penamaan kelompok kami dengan nama tersebut? Apakah nama itu hanya monopoli satu orang saja? Rasa heran saya semakin tak berujung, bagaimana kata-kata seperti ini keluar dari seorang Abu Muhammad -hafidzohulloh-? Memori saya berputar kembali untuk mengingat masa-masa ketika kami saling memotivasi satu sama lain dalam dakwah dan berbagai fitnah yang kami terima dari tokoh-tokoh Murjiah dan Jahmiyah; seperti `Ali Al-Halabi dan lain-lain, yang kerjanya mengklasifikasikan manusia berdasarkan sejalan tidaknya manusia tersebut dengan pemikiran mereka. Siapa yang sejalan berarti dia pengikut salaf, siapa menyelisihi berarti dia ahli bid`ah. Ketika itu Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-selalu menyatakan bahwa salafiyah bukan “kantor perwakilan khusus”, bukan pula “perusahaan saham” yang hanya boleh dimonopoli orang-orang tertentu sementara yang lain dilarang ikut di dalamnya. Lalu mengapa Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-hari ini justeru terjerumus ke dalam perkara yang beliau kritik orang lain di masa lampau? Seandainya saya membentuk sebuah kelompok dan menamainya: JAMAAH SALAFIYAH LI `D-DAKWAH WA `L-QITAL FI `l-IROQ, apakah berarti harus ada penisbatan kepada ikhwan-ikhwan di Aljazair -semoga Alloh melindungi mereka-? Banyak sekali para ulama kita yang menulis berbagai karya dengan judul sama, namun belum pernah kita mendengar yang satu menyalahkan yang lain. Contohnya adalah kitab Az-Zuhd, ada yang tulisan Ibnu `l-Mubarok, ada yang tulisan Ibnu Abi `Ashim, Ahmad bin Hanbal dan Baihaqi. Demikian juga kitab Ahkamu `l-Qur’an, ada yang tulisan Al-Jashosh, ada yang tulisan Ibnu `l-Arobi. Kemudian Fathu `l-Bari, ditulis oleh Ibnu Rojab disamping ditulis oleh Ibnu Hajar Al-`Asqolani, dan masih banyak contoh kitab yang lain. Memang, bisa jadi benar jika kami menamakan kelompok kami dengan Jamaah Tahuid wal Jihad karena terinspirasi oleh Mimbar Tauhid wal Jihad, atau mengikuti Mimbar Tauhid wal Jihad, atau yang mengikuti Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-, atau mengikuti syiar dari Mimbar itu sendiri, atau alasan serupa lainnya. Pertanyaan yang dengan sendirinya muncul dan selalu mengusik orang yang mendengar statemen beliau ini adalah: Apa maksud menceritakan permasalahan seperti ini, dan mengulang-ulangnya dalam setiap kesempatan, padahal kelompok bernama Jamaah Tauhid wal Jihad kini tinggal kenangan dan sekarang kelompok tersebut sudah berafiliasi di bawah bendara Tandzim Al-Qaeda? Ketujuh: Syaikh -hafidzohulloh-menyatakan tak sependapat dengan aksi peledakan gereja dan membunuh warga sipil. Saya katakan: Saya tidak mengerti dari mana Syaikh mengambil sumber berita, dari mana beliau menerima data-datanya? Padahal, sudah kami nyatakan secara gamblang di dalam kaset berjudul: Wi`ad Ahfaadi Ibni `l-`Alqomi, bahwa kami sama sekali tidak menjadikan warga sipil dari kelompok Kristen atau yang lain sebagai target serangan. Di antara pernyataan kami di dalam kaset tersebut: “Di negeri Dua Aliran Sungai terdapat banyak sekte. Ada sekte Shobi’ah, ada Yazidiyyun para penyembah setan, Kaldaniyyun dan Aasyuuriyyun. Kami sama sekali tidak akan menyakiti mereka, kami tidak akan mengarahkan tembakan kami ke arah mereka, meskipun mereka adalah kelompok yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Islam. Tetapi kami belum melihat mereka ikut bekerjasama dengan tentara salib dalam memerangi Mujahidin dan tidak juga memainkan peran memalukan seperti yang dimainkan kaum Syiah (Rofidhoh).” Kedelapan: Syaikh menyayangkan perang yang kami lancarkan kepada kaum Syiah (Rofidhoh), beliau juga berpendapat bahwa kalangan awam Syiah sama dengan kalangan awam Sunni. Saya katakan: Mengenai perang yang kami lancarkan kepada Rofidhoh, kami berulang-ulang menyatakan -khususnya dalam kaset tadi-bahwa kami bukan pihak yang memulai, bukan pula yang pertama kali membidikkan tembakan. Merekalah yang pertama kali memberangus kader-kader Ahlus Sunnah (Sunni), memaksa mereka mengungsi, menginjak-injak masjid dan rumah-rumah mereka. Kebiadaban milisi Badar masih segar dalam ingatan kita, terlebih lagi mereka menggunakan seragam polisi dan aparat keamanan nasional dalam melakukan aksinya. Dan sebelum semua ini, mereka telah memberikan kesetiaan (wala’)-nya kepada tentara salib. Maka setelah semua fakta ini, masihkah kami memiliki alasan untuk tidak memerangi mereka? Adapun pendapat bahwa kalangan awam Syiah sama dengan kalangan awam Sunni, maka demi Alloh ini adalah sebuah kedzaliman terhadap kaum awam Sunni. Samakah orang yang prinsip dasar keyakinannya adalah tauhid, dengan orang yang prinsip dasar keyakinannya adalah memohon pertolongan kepada Husain dan Ahli Bait? Perbuatan mereka di Karbala dan tempat-tempat lain bukan menjadi rahasia lagi bagi setiap yang memiliki mata. Ini ditambah keyakinan mereka bahwa para imam mereka berstatus ma`shum (terjaga dari kesalahan), meyakini bahwa para imam itu mengetahui yang ghoib dan turut mengendalikan alam semesta, dan masih banyak lagi kesyirikan-kesyirikan yang sebenarnya siapa pun tidak bisa beralasan untuk tidak mengetahui ilmunya. Samakah orang yang prinsip utamanya ridho kepada sahabat Nabi SAW, dengan orang yang prinsip utamanya membenci sahabat bahkan melaknat mereka, terutama dua sahabat: Abu Bakar dan `Umar RA, serta menuduh Ash-Shiddiqoh `Aisyah RA berbuat keji? Demi Robbku, tidaklah keduanya sama. Demi Alloh keduanya tidak sama dan tidak akan pernah bertemu Sampai jambul burung gagak beruban sekalipun Kemudian, bagi yang mengamati kondisi kaum Syiah di Irak, secara yakin akan menyimpulkan bahwa mereka bukanlah masyarakat awam seperti yang Anda maksud. Sebab kini mereka berubah menjadi balatentara pasukan kafir penjajah dan memata-matai mujahidin yang jujur. Mungkinkan Ibrohim Ja`fari dan Al-Hakim serta tokoh Syiah lainnya bisa mencapai kursi kekuasaan tanpa suara yang mereka berikan? Adalah tindakan dzolim ketika seseorang menggunakan fatwa Ibnu Taimiyah tentang zamannya, kemudian menerapkannya untuk fakta kaum Syiah hari ini (tanpa melihat perbedaan-perbedaan dari dari dua masa itu). Di samping itu, ada beberapa ulama yang menyatakan kafirnya pengikut sekte Syiah Rofidhoh secara perorangan, di antaranya adalah Syaikh Hamud Al-Uqola -rahimahulloh-, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan dan Syaikh `Ali Al-Khudhoir -semoga Alloh membebaskan mereka dari penjara-, Syaikh Abu `Abdillah Al-Muhajir, Syaikh Ar-Rosyud -rahimahullah-dan lain-lain. Kesembilan: Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-menyatakan dirinya tidak menganjurkan para pemuda yang mau berjihad untuk pergi ke Irak, sebab itu justeru hanya akan “menghanguskan” mereka -demikian istilah beliau-. Ini -demi Alloh-adalah musibah besar. Logiskah fatwa seperti ini keluar dari orang sekelas Abu Muhammad? “Menghanguskan” yang bagaimana yang Anda maksud, wahai Syaikh yang Mulia? Penghangus yang paling menghanguskan adalah berpaling dari hukum Alloh SWT yang memerintahkan untuk berangkat ke medan-medan jihad. Alloh Ta`ala berfirman: “Berangkatlah berperang, baik dalam keadaan ringan atau berat…” Sesungguhnya penghangus adalah meninggalkan perbuatan yang disepakati oleh umat Islam, yaitu wajibnya membantu orang-orang muslim tertindas, yang diserang oleh musuh mereka, yang menjajah negeri mereka dan memperkosa kehormatan mereka. Alloh Ta`ala berfirman: “… dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan…” Penghangus adalah berpangku tangan dari membebaskan kaum muslimin yang ditawan di penjara Abu Ghorib, Guantanamo dan lain-lain. Penghangus adalah mentelantarkan pembebasan saudari-saudari kita yang suci dan bersih, yang kehormatan mereka direnggut setiap saat oleh kaum salibis dan Syiah Rofidhoh pendengki, di depan penglihatan dan pendengaran seluruh masyarakat dunia. Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi saja -yang merupakan salah satu penguasa tiran dan kejam-ketika mendengar berita ada wanita muslimah yang ditawan di India berteriak: “Wahai Hajjaaj…!”, ia langsung menjawab: “Aku sambut panggilanmu, aku sambut panggilanmu.” Lalu ia membelanjakan dana sebesar tujuh juta dirham hingga akhirnya berhasil menaklukkan India dan membebaskan wanita itu serta memperlakukannya dengan baik. Bukankah konsekwensi mengambil fatwa beliau ini adalah meninggalkan jihad dan membiarkan tanah air kaum muslimin dikuasai para penyembah salib, sehingga mereka bisa berbuat apa saja terhadap kaum muslimin? Sungguh, berangkat ke medan jihad tidak akan menyegerakan ajal dan tidak menjauhkan rezeki. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) membisikkan dalam jiwaku, bahwa suatu jiwa tidak akan mati sebelum ia menyempurnakan jatah rezeki dan ajalnya.” Lihatlah Kholid bin Walid RA, beliau terjun dalam lebih dari seratus pertempuran, tetapi setelah itu beliau -Radhiyallohu Anhu-justeru meninggal di atas tempat tidurnya. Maka dari itu, saya sarankan kepada kaum muslimin untuk mengabaikan fatwa Syaikh ini, yang menyatakan bahwa keberangkatan para pemuda Islam dalam rangka membela agamanya, melindungi kesucian dan kehormatannya, adalah penghangus. Dalam hal ini jelas beliau menyelisihi ijmak umat Islam tentang masalah mengusir musuh yang menyerang. Hendaknya kalian berpegang kepada para ulama mujahidin dan para komandan mereka. Perhatikan Syaikh Usamah bin Ladin yang berpendapat bahwa kalian (di Irak) sedang berada di daerah perbatasan musuh yang sangat bernilai agung, bahkan beliau bersumpah jika menemukan jalan untuk pergi ke Irak beliau tidak pernah ragu untuk berangkat. Demikian juga Syaikh Ayman Adz-Dzowahiri, beliau berpendapat perang kalian (di Irak) adalah kewajiban. Juga Syaikh Sulaiman Al-`Ulwan, Syaikh Abu `Abdillah Al-Muhajir, Syaikh Abu Laits Al-Libbi, Syaikh `Abdulloh Ar-Rosyud -Rahimahulloh-, Syaikh Yusuf Al-`Uyairi -Rahimahulloh-, Syaikh Hamd Al-Humaidi dan lain-lain. Mereka semua berpendapat bahwa jihad di Irak termasuk kewajiban yang paling utama. Jadi, referensi kita adalah Al-Quran dan Sunnah, maka apa saja yang sesuai dengan keduanya kita ikuti, dan apa yang menyelisihi keduanya kita tolak, meskipun yang menyelisihi itu adalah manusia paling berilmu, dan meski pun di saat yang sama kami tetap menghormati kedudukan dan keilmuannya. Demi Alloh, wahai Abu Muhammad, seandainya seluruh umat Islam menghadang dan mengatakan: Jihad di Irak adalah penghangus, aku tetap tidak akan menuruti mereka dalam masalah ini, kecuali jika mereka menunjukkan dalil yang jelas. Bagaimana tidak, sementara kitab Alloh dengan begitu gamblang mengatakan kebenaran kepada kita, Alloh berfirman: “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Alloh dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Robb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” Alhamdulillah-nya kita bukan orang Rofidhoh, sehingga kami akan menutup telinga kami dan membutakan penglihatan kami, serta mengikuti refensi pendapat kami tanpa didasari petunjuk dan ilmu. Bukankah fatwa beliau ini -apalagi di saat kekalahan tentara Amerika mulai terlihat begitu jelas-hanya akan menjadi sarana untuk menyelamatkan Bush dan para pengikutnya, entah kita sadari atau tidak, dan kita sengaja atau tidak? Saya tidak menemukan bantahan lebih bagus selain perkataan beliau sendiri ketika beliau memberikan pengantar terhadap buku berjudul Ju’natu `l-Muthibin tulisan Syaikh Abu Qotadah -hafidzohulloh-, di mana beliau mengatakan: “Kita tidak boleh menjadi batu penghalang dengan menyampaikan fatwa atau hukum yang berpandangan pendek, yang tidak menyentuh tujuan-tujuan utama syariat dan tidak berdasarkan pengetahuan tentang kondisi realita kaum muslimin; sehingga kita menghalangi orang dari setiap peperangan atau jihad yang sedang tegak di bumi, yang dilakukan untuk mengusir serangan terhadap kaum muslimin tertindas atau tempat-tempat suci mereka, dengan alasan jihad tersebut mengandung unsur-unsur kesalahan dan penyimpangan. Wahai hamba Alloh, jika engkau memang menginginkan jihad yang betul-betul robbani yang bebas dari kotoran dan syubhat-syubhat tersebut, dan engkau menyayangkan nyawamu untuk kau korbankan selain untuk jihad seperti ini, silahkan saja. Tidak ada yang boleh melarangmu. Sebab nyawa itu hanya satu, tidak ada cadangan lain untuk coba dikorbankan di suatu tempat, kemudian pindah ke tempat lain, kemudian ke tempat lain. Hanya saja, jangan sampai dirimu menghalangi orang lain untuk melakukan jihad yang terkadang dibolehkan -atau bahkan diwajibkan-oleh syariat hanya karena di dalam jihad itu ada beberapa kesalahan dan perbuatan tidak pantas. Bahkan lebih jauh saya katakan: Jangan sampai kamu menghalangi orang lain untuk memerangi musuh-musuh Alloh, walau pun mereka yang berperang berasal dari kalangan orang-orang yang tidak begitu istimewa, atau tidak berada di atas jalan orang-orang beriman. Bukankah kesadaran tentang jalan orang-orang pendosa dan kematangan dalam memahami realita yang dihadapi kaum muslimin tidak akan tercapai kalau kita tidak ikut serta menyokong aksi perlawanan mereka, dan kita tidak menjadi batu penghalang dalam medan-medan pertempuran seperti ini? Lagi pula, apa alasan untuk menyeret para pemuda yang bersemangat itu untuk menjadi lemah dan menghalangi mereka dari mengikuti aksi perlawanan seperti ini? Benarkah karena dorongan nasehat kepada orang yang berhak menerimanya? Sungguh nasehat itu bisa disampaikan tanpa harus melemahkan semangat mereka, atau mengecilkan nilainya, atau nilai darah yang masih terus mengalir di sana.” Demikian perkataan beliau. Terakhir, dalam rangka mengamalkan sabda Nabi SAW: “Agama adalah nasehat…” saya katakan kepada Syaikh -hafidzohulloh-: “Tulisan Anda yang Anda anggap sebagai pembelaan dan nasehat itu, sebenarnya sama sekali bukan pembelaan. Anda telah menyebutkan perkara-perkara yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan nasehat, yaitu menyebutkan fakta-fakta dan posisi-posisi dalam sejarah dakwah kita. Bahkan sayangnya lagi, Anda tidak berusaha adil dalam menilainya serta tidak berusaha menyebutkannya secara terperinci. Perlu Anda ketahui, wahai Abu Muhammad, saya bisa mengkritisi banyak kesalahan-kesalahan yang Anda sebutkan, dengan kekuatan maksimal. Akan tetapi kekuatan dan sikap keras itu biarlah saya simpan sebagai persediaan menghadapi musuh-musuh agama ini, bukan menghadapi saudara-saudaraku sendiri. Dan inilah yang diperintahkan Robb kita -Tabaroka wa Ta`ala- kepada kita; “Muhammad itu adalah utusan Alloh, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” Dan saya ingin sekedar menyampaikan kabar gembira kepada Anda, Abu Muhammad; kaum penyembah salib, kaum sekuler, Rofidhoh, Hizb Islami, Jahmiyah dan Murjiah di Irak mulai membagi-bagikan artikel pembelaan Anda ini kepada masyarakat, sehingga menghalangi mereka untuk bergabung bersama barisan mujahidin. Perlu Anda ketahui juga, wahai Syaikh kami yang mulia, tak lama setelah wawancara Anda dengan Al-Jazeera, musuh-musuh Alloh dari kalangan sekuler dan kaum munafik umat Islam mulai melewati malam terbaik. Lihatlah si kaki tangan keluarga Salul, Al-`Awaji, menyampaikan pesan atas perintah atasan-atasannya: bahwa Al-Maqdese telah berubah fikiran dan perpecahan akan segera muncul di tubuh para mujahidin. Al-`Awaji adalah orang yang keluar di saluran televisi pada saat terbunuhnya Al-Muqrin -semoga Alloh merahmatinya dan meninggikan derajatnya- untuk memberikan pembelaan kepada thoghut, ia mengatakan terhadap Al-Muqrin dan Syaikh Al-`Uyairi -semoga Alloh merahmati mereka berdua-: “Kalian sekarang berada di negeri kebenaran (akhirat), apa yang akan kalian katakan kepada Alloh ketika Dia menanyai kalian tentang nyawa-nyawa yang terlindungi darahnya yang terhilangkan akibat ulah tangan kalian?” Jika aku yang ditanya tentang itu, aku akan katakan bahwa orang-orang itu telah memutar balikkan perkataan saya, saya tidak bermaksud membunuh orang-orang yang mereka nilai itu (pernyataan ini sama dengan penjelasan terakhir Anda dalam harian tersebut). Maka saya katakan: Semoga Alloh memaafkanmu, wahai Abu Muhammad, kapankah harian berita dan saluran seperti Al-Jazeera itu menjadikan tujuannya adalah membela kebenaran dan pengikutnya? Padahal Anda sendiri yang menunjukkan kepada kami tentang jalan yang ditempuhnya. Mengapa Anda tidak mau menunggu beberapa saat sampai berita tentang kondisi yang kami alami sampai kepada Anda dengan jelas? Setelah itu silahkan Anda memilih cara-cara syar`i yang Anda kehendaki dalam memberi nasehat. Kemudian apa yang benar, niscaya akan kami ambil dan praktekkan. Sedangkan yang tidak benar, kami akan menjelaskan cara pandang kami secara syar`i dan ijtihad kami sesuai kondisi lapangan yang kami alami, di mana Anda tidak mengetahuinya karena keberadaan Anda yang jauh dari lapangan tersebut. Perlu Anda ketahui juga, wahai Syaikh kami yang mulia, bahwa masalah ini tidaklah terlalu menggangguku seperti mengganggunya terhadap urusan jihad. Sebab saya hanyalah salah satu anggota kaum muslimin, yang barangkali sebentar lagi akan memenuhi panggilan Robbku. Tetapi yang sangat-sangat saya sedihkan adalah dampaknya terhadap jihad yang kini sedang berlangsung; yang berkahnya mulai nampak bagi setiap yang memiliki mata, bangunan jihad ini akan dirobohkan. Jika itu terjadi -kita berlindung kepada Alloh-maka Anda punya andil besar di dalamnya. Saya memohonkan perlindungan kepada Alloh untukmu jika engkau sampai mengikuti langkah-langkah setan, sehingga Anda akan binasa. Berhati-hatilah, wahai Syaikh kami yang mulia, dari makar musuh-musuh Alloh. Waspadalah, jangan sampai mereka menggiring Anda setahap demi setahap untuk memecah belah barisan mujahidin. Apakah Anda tidak menyadari, betapa besar perhatian mass media terhadap wawancara yang tidak tepat timing dan isinya ini? Tidak pernah terbetikkah di dalam benak Anda bahwa “corong pemberitaan bayaran” itu tidak akan pernah berusaha menampakkan kebenaran dan menyerang kebatilan? Pembawa acara yang mengadakan wawancara dengan Anda tampil di hadapan kami dalam acara: Ma waro’a `l-khobar (Inside Story), ia mengatakan: “Aparat keamanan menghubungi Syaikh Al-Maqdisi sementara saya ada di sampingnya, mereka meminta beliau melakukan wawancara dengan sebuah stasiun televisi.” Taukah Anda apa maksud kata-kata ini, wahai Syaikh kami yang mulia? Tahukah Anda, bekas apa yang akan ditinggalkan oleh kata-kata ini dalam benak kaum muslimin? Ketahuilah wahai syaikh kami yang mulia: Terkadang saya masih meragukan kapasitas agamaku, akan tetapi aku sama sekali tidak meragukan kapasitas agama Anda. Namun, wahai Abu Muhammad, mengapa Anda lupa dengan hadits Shofiyah berikut ini? “Dari `Ali bin Husain, bahwasanya Nabi SAW bersama isteri-isterinya di masjid. Kemudian masing-masing dari mereka pulang, maka Nabi SAW bersabda kepada Shofiyah: “Jangan terburu-buru, aku akan pergi mengantarmu.” Kebetulan rumah Shofiyah ada di perkampungan Usamah. Akhirnya Nabi SAW pergi bersama Shofiyah, tiba-tiba beliau berpapasan dengan dua orang shahabat Anshor. Mereka melihat ke arah Nabi SAW lalu mempercepat langkahnya. Maka Nabi SAW mengatakan kepada mereka: “Kemarilah, ini adalah Shofiyah binti Huyaiy.” Mereka berkata: “Subhanalloh, wahai Rosululloh.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya setan mengalir pada diri anak Adam pada aliran darah, dan aku khawatir setan membisikkan sesuatu dalam diri kalian.” Mengapa Anda memberi kesempatan kepada musuh untuk menyerang saudara-saudaramu sendiri? Hasbunalloh wa ni`ma `l-Wakil. Sebelum diakhiri, tetap harus saya katakan: Syaikh Al-Maqdisi -hafidzohulloh-termasuk orang yang harus dihormati hak dan bala’ yang pernah beliau alami, beliau adalah orang yang harus kita berbaik sangka kepadanya, beliau adalah orang yang paling layak diterima udzurnya dan dimaafkan ketergelincirannya. Dan menurut saya, tidak ada seorang muwahid pun di zaman sekarang kecuali Syaikh Al-Maqdisi memiliki peran lebih terhadapnya. Bukan berarti ketika beliau menyatakan pendapat tidak benar dalam suatu masalah, kemudian terhapus kedudukannya, keilmuannya dan perintisan beliau dalam menapaki dakwah ini serta cobaan yang beliau alami. Dan kalau bukan karena rawannya ucapan yang beliau katakan dan dampak yang akan ditimbulkannya terhadap jihad dan mujahidin, tentu jawaban saya ini tidak perlu ada. Semoga Alloh memaafkan saya dan beliau, mengampuni saya dan beliau, menutup akhir kehidupan saya dan beliau dengan kebaikan, dan tidak memberi kesempatan bagi musuh-musuh-Nya untuk mencelakai kami dan beliau. Dan limpahkanlah sholawat, Ya Alloh, kepada Sayyidina Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Abu Mus’ab Az Zarqawy TANZIMUL-QO’IDAH FIE BILADIR-ROFIDAIN

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh" (QS Ash Shaff (61) : 4)

Ketika Mujahidah Ditinggal Suami Pergi Berjihad

Sesungguhnya tidak ada yang tak sepakat diantara para ulama` bahwa ibadah jihad adalah ibadah yang sangat berat, dia adalah ibadah yang paling tinggi nilainya dalam Islam , untuk itu perlu keseriusan dan kesabaran dalam menjalankan ibadah ini. Apalagi menjadi seorang istri mujahid, tidak gampang, tidak mudah, antara banyaknya kebaikan yang ia terima dan tanggungjawab yang harus dipikul ... itulah seni bersuamikan seorang mujahid ...

Permasalahan yang pokok untuk menjadi istri seorang mujahid adalah bila suami bepergian menunaikan kewajiban ibadah jihad sebagai komitmen terhadap tuntunan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam .

Disana ada beberapa akhlak untuk istri-istri yang ditinggal suaminya pergi berjihad, atau ketika suami diuji oleh Allah berlari-lari menjauh dari kejaran musuh Allah yang selalu tidak rela terhadap seorang mukmin yang selalu komitmen dalam perjalanan untuk mencari ridho Allah, maka inilah akhlak-akhlak sederhana semoga membantu para mujahidah yang sepanjang kurun dan sampai akan datang tidak akan berhenti untuk melahirkan para mujaid yang berarti, seperti syekh Abdulloh Azzam , Ibnu Khottob, Yahya Ayyas dan lainnya .....

Adapun akhlaq-akhlaq tersebut adalah :

1. Akhlaq terhadap Allah Subhanahu wa Ta`ala 2. Akhlaq terhadap anak didiknya 3. Akhlaq terhadap suami sebelum bepergian 4. Akhlaq terhadap tetangga 5. Akhlaq terhadap orang tua 6. Akhlaq terhadap mertua 7. Akhlaq terhadap Jama`ah 8. Akhlaq terhadap sesama kaum muslimin 9. Akhlaq ketika suami datang dari berjihad

1 - Akhlaq terhadap Allah Subhanahu wa Ta`ala:

Seorang Akhwat yang ditinggal suaminya berjihad hendaklah ia berakhlaq sebagai berikut :

» Banyak berdoa untuk suaminya karena doa seorang dalam keadaan ghaib (tidak kelihatan ) sangat banyak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala.

» Ikhlash dengan perginya suami ke medan tempur, ikhlash karena Allah Subhanahu wa Ta`ala , dengan menyadari, sesungguhnya semua amal akan menjadi sia- sia bila tidak ada dua syarat pokok : Pertama : Ikhlas Kedua : Sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosul-Nya ..... Ibadah jihad ini sesuai dengan tuntunan Allah dan rosul-Nya, maka diperlukan syarat ikhlash.

» Bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.

Berkata Ibnu Qoyyim : " Sesungguhnya tawakkal itu ada dua pertama bertawakkal yang disengaja dan kedua bertawakkal karena keterpaksaan ". Bertawakkal yang disengaja lebih utama daripada bertawakkal karena keterpaksaan. Contoh : Seorang yang bertawakkal dengan terpaksa, ketika ia mendapat musibah banjir kematian ....kemudian ia bertawakkal, maka tawakkalnya terpaksa karena ada musibah yang memaksa ia bertawakkal, namun di sana ada seorang yang bertawakkal dengan sengaja ..... karena ia mengetahui resiko-resiko akibat yang ia kerjakan. Seorang berda`wah dan berjihad ia sudah menyadari bahwa resikonya mati syahid ..... maka ia kerjakan ibadah tadi. Inilah yang lebih afdhol.

Sebagaimana bertawakkal, begitu pula bersabar. Ibnu Qoyyim membaginya dengan dua sebagaimana diatas tadi. Ciri-ciri seorang yang bersabar bila ditinggal suaminya; » Tidak banyak mengeluh dengan ditinggalnya suami, baik mengeluh kepada akhwat atau yang lainnya » Tidak kecewa akan keberangkatan suaminya dengan menyadari bahwa ini adalah pilihan untuk akherat kelak » Tidak menyalahkan orang lain atas keberangkatan suami ke medan perang karena menyadari bahwa resiko ini akan berbuah di akherat nanti .

2-Akhlaq terhadap anak didiknya :

Anak adalah amanah Alloh yang diberikan kita semua, seorang istri yang mempunyai anak momongan dan ditinggal suaminya berjihad hendaklah ia berakhlaq sebagai berikut ;

» Mendidiknya dalam naungan Al-Qur`an dan As Sunnah

» Mengawasi anak dalam bergaul sesama mereka.

» Kalau dahulu ada abi`-nya yang mengawasi, kini ia harus berekstra untuk lebih diawasi. Ada beberapa keluarga mujahid sementara ditinggal abi-nya pergi dan keadaan anaknya tak karuan .

» Kalau tak bisa mengantar sekolah. Jauh-jauh hari bisa di musyawarahkan dengan abi-nya, dan Insya Alloh ikhwan yang lain akan memikirkan hal ini, kecuali ada hal hal yang imigrensi.

3-Akhlaq terhadap suami sebelum bepergian ;

» Menyiapkan segala keperluan suami saat mau bepergian baik pakaian, celana ....dll

» Melunasi seluruh tanggungan, hutang piutang suami bila ada, karena dalam sebuah hadist yang artinya : " Seluruh amalan seorang syahid diterima oleh Allah kecuali hutang ".

» Berpesan kepada suami, agar membuat surat wasiat sebelum berangkat, karena mati itu tidak menentu ...wasiat untuk keluarga ..wasiat untuk istri, wasiat untuk anak, untuk Jama`ah, wasiat untuk segenap ummat Islam

» Mendoakan suami mendapat ridho Alloh

» memberikan spirit, mendorong agar teguh dalam komitmen terhadap Islam .

4. Akhlaq terhadap tetangga :

Seorang tidak mungkin hidup menyendiri, itulah fithrah dari Alloh. Hidup dengan tetangga, sebaiknya berakhlaq sebagai berikut:

» Memberikan hak tetangga sesuai dengan porsinya

» Bila tetangga seorang kafir harus hati hati menyimpan rahasia kepergian suami

» Bila tetangga seorang muslim taat, diceritakan dengan kalimat yang umum, dengan tujuan berda`wah semoga suaminya bisa berangkat

» Disarankan untuk tidak terlalu mendetel menceritakan kepada anak, karena anak akan cepat bersosialisasi dengan tetangga sehingga tetangga tahu kepergian suami dari anak

» Tidak sering berintraksi dengan tetangga walaupun ia seorang muslim karena akan cenderung ghibah, sehingga dikhawatirkan membuka rahasia suami.

5. Akhlaq terhadap orang tua :

Dengan orang tua dan keluarga sabaiknya berakhlaq sebagai berikut:

» Bila orang tua muslim yang taat apalagi multazim hendaknya diceritakan apa adanya kecuali tehadap ibu, karena ibu jarang yang bisa memahami akan aktifitas suami

» Bila seorang yang belum mengerti, diceritakan dengan kalimat yang global

» Memohon doa dari orang tua semoga cepat pulang dan selamat

6. Akhlaq terhadap mertua :

» Bila mertua orang yang mengerti, diceritakan apa adanya dan tidak terlalu mendetail

» Mengajak anak anak untuk kunjung ke mertua dan tidak berlama -lama, karena dirumah mertua sudah dipastikan ketemu ipar-ipar, sedang sabda baginda rosululloh yang artinya : " Ipar itu membuat mati ".

» Bila ditanya tentang khabar suami, dijawab seperlunya, tidak menceritakan berita sedih tentang suami, salah satu cobaan yang berat bila suami syahid, ini mempunyai adab sendiri untuk meceritakan hal ini, dan jama`ah yang akan memahamkan berita ini .

7. Akhlaq terhadap Jama`ah:

BerJama`ah atau menggabungkan diri dengan sebuah Jama`ah apalagi Jama`ah jihad bukan berarti ta`ashub dengan jama`ah tadi. Sseorang istri jauh jauh sudah memahami aktifitas suami apalagi lembaga yang ikut mengatur rotasi ibadah jihad ini. Untuk itu seorang mujahidah dalam berakhlaq dengan sebuah jama`ah hendaklah berperangai sebagai berikut:

» Berhusnudhon terhadap Jama`ah, kepergian suami semata-mata karena untuk meringankan beban dalam menyeleseikan problematika ummat yang paling besar adalah " Cinta dunia dan takut mati"

» Tidak sering-sering menanyakan akan kepulangan suami. Insya Allah Jama`ah sudah mempunyai standar dalam merotasikan ibadah ini. Minimal empat atau enam bulan. Sesuai dengan kejadian pada masa umar rodhiyallahu 'anhu, ada seoranag wanita muslimah yang di tinggal suaminya berjihad dan tidak pulang-pulang, maka Umar bertanya kepada muslimah tadi : " Sebenarnya...berapa lama seorang muslimah kuat ditinggal suaminya ? " jawab wanita tadi : " Empat bulan ". ( Ini ketika jihad fardhu kifayah. Akan tetapi ketika fardhu 'ain maka tidak ada batasnya sampai hokum jihad itu berubah menjadi fardhu kifayah ).

» Tidak menerima informasi kecuali dari Jama`ah atau ikhwan yang ditugasi dalam menyampaikan informasi,sehingga tidak menyesal dikemudian hari. Sesungguhnya salah satu problem dalam Jama`ah ini kurang teraturnya lalu-lintas informasi sehingga banyak bias dari informasi yang benar atau banyak tafsiran-tafsiran yang akhirnya menimbulkan kesalah-pahaman sesama keluarga ikhwan

» Tidak menyalahkan Jama`ah bila suami mengalami ujian dari Allah Subhanahu wa Ta`ala

» Tidak terlalu membanggakan suami dengan kepergiannya ke medan perang (dengan mengumbar cerita sesama akhwat).

» Menghadiri pertemuan ummahat bila tidak memberatkan, karena dengan tatap muka sesama akan menjadi perekat Jama`ah.

8. Akhlaq terhadap sesama kaum muslimin :

Terhadap segenap kaum muslimin hendaklah berakhlaq sebagai berikut:

» Peduli akan ummat. Dengan selalu membaca berita tentang tertindasnya dhuafa`ul muslimin ( kaum muslimin yang lemah) di penjuru dunia

» Mendukung segala aktifitas ummat dalam tahridhuljihad (program mengumandangkan jihad).

» Membenci musuh musuh Islam dan muslimin dengan tidak membeli prodak- prodak musuh-musuh Allah terutama Yahudi dam Amerika.

» Berdoa untuk ummat Islam yang tertindas.

9. Akhlaq ketika suami datang dari berjihad :

Setelah lama ditinggal, maka seorang istri mujahidah hendaklah dalam menjemput kedatangan suami mempunyai akhlaq sebagai berikut:

» Menaburkan senyum pertama, sebagai ungkapan rindu berat karena lama ditinggal.

» Menuangkan segala keluh kesah dihadapan suami tanpa berlebihan

» Menceritakan kepada anak-anak bahwa abi-nya baru dari jihad agar dikemudian hari anak ketularan senang berjuang dijalan Allah.

» Mendorong suami untuk lebih semangat lagi dalam urusan jihad .

» Mengajak suami untuk bekerja keras mencari nafkah guna membiayai jihad yang akan datang. Sebagaimana para mujahidin Afghanistan. Bila dalam satu keluarga ada empat maka digulir yang dua berangkat yang lainnya mencari nafkah, dengan waktu min imal empat bulan. Inilah rotasi yang indah dikehidupan mujahidin ...

» Senantisa berdoa semoga suaminya tetap istiqomah karena tidak sedikit suami yang datang dari jihad malah tidak aktif lagi karena dikecewakan oleh personal anggota Jama`ah. Dengan menyadari bahwa ukuran sebuah Jama`ah bukan di ukur oleh personal yang ada, namun konsepnya apakah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosululloh shollallhu 'alaihi wasallam.

Demikianlah sekilas serpihan dari untaian akhlaq muslimah, mujahidah, multazimah terhadap ajakan Allah dan Rosul-Nya. Khususnya ibadah jihad ini.

Kepada ummahat yang ditinggal suaminya..... Inilah indahnya bersuamikan seorang mujahid ...

Kepada ummahat yang suaminya belum berangkat ..... akan lebih indah kehidupan berumah tangga bila suami berangkat. Karena hikmah dari indahnya perjalanan ini bahwa sangat tidak enak bila suami selalu berdampingan terus, bila di tinggal, maka akan menumbuhkan kehidupan yang baru dan menambah kesetiaan terhadap suami .

Untuk akhwat yang belum menikah.....apapun kekurangan mujahidin maka dia masih mempunyai nilai plus dibanding yang lainnya, ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala dalam surat An nisa` dan Sabda Rosululloh bahwa, sebaik -baik ibadah setelah beriman kepada Allah adalah berjihad di jalan Allah. Indah nya hidup bersama mujahid ..... ketika harus bersusah payah dalam mencari ridhoAllah ...

Indahnya hidup bersama mujahid ..... ketika ia hidup dalam naungan Al Qur`an dan As Sunnah ..... Indahnya bersuamikan seorang mujahid..... ketika ia harus mempertaruhkan segala kehidupan dunia untuk kehidupan akherat kelak. Hiduplah semau kamu karena itu akan engkau tinggalkan Cintailah semua yang engkau cintai ..... Ingatlah semua itu akan berpisah ... Berbuatlah apa saja yang ingin anda berbuat ..... Ingatlah semua itu akan ada balasan nya....

Wallahu 'Alam Bisshowab

Wanita-Wanita Militan

Ummu Sulaim R.A.

Ibnu Ishaq mengatakan Abdulloh bin Abu Bakr berkata kepadanya bahwa Rosululloh SAW menoleh, kemudian melihat Ummu Sulaim binti Milhan yang ketika itu ikut berperang bersama suaminya, Abu Tholhah.

Ummu Sulaim mengikat pinggangnya dengan kain burdahnya, yang ia sedang mengandung Abdulloh bin Abu Tholhah, dan menaiki onta milik Abu Tholhah. Ia khawatir terlempar dari ontanya, untuk itu, ia mendekatkan kepala unta kepadanya dan masukkan tangannya ke gelang di sisi hidung onta. Rosululloh SAW bersabda kepada Ummu Sulaim, "Hai, Ummu Sulaim." Ummu Sulaim berkata, "Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rosululloh! Aku akan membunuh mereka yang melarikan diri darimu sebagaimana engkau membunuh orang-orang yang memerangimu, karena mereka layak mendapatkannya."

Rosululloh SAW bersabda, "Bukanlah Alloh sudah cukup, wahai Ummu Sulaim?"

Ketika itu, Ummu Sulaim hanya membawa pisau. Abu Tholhah berkata kepada Ummu Sulaim. "Kenapa engkau membawa pisau seperti ini, hai Ummu Sulaim?" Ummu Sulaim menjawab, "Pisau ini sengaja aku bawa. Jika salah seorang kaum musyrikin mendekat kepadaku, aku akan menikamnya dengan pisau ini." Abu Tholhah berkata, "Wahai Rosululloh, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan Ummu Sulaim Ar Rumaisha?"

Tidakkah engkau mendengar wahai para muslimat!

Dinukil dari kitab Siroh Ibnu Hisyam hal. 416.

Shofiyyah binti Abdul Mutholib

Ibnu Ishaq berkata, "Yahya bin Abbad bin Abdulloh bin Az Zubair berkata kepadaku dari ayahnya yaitu Abbad yang berkata bahwa Shofiyyah binti Abdul Muthollib ra berada di benteng tinggi milik Hasan bin Tsabit. Shofiyyah binti Abdul Mutholib berkata, 'Hassan bin Tsabit berada di benteng tersebut bersama para wanita dan anak-anak. Tiba-tiba salah seorang Yahudi berjalan melewati kami mengelilingi benteng. Bani Quroidhoh telah mengumumkan perang dan membatalkan perjanjian dengan Rosululloh SAW. Tidak ada seorangpun yang bisa melindungi kami dari mereka, karena Rosululloh SAW dan kaum muslimin sedang menghadapi musuh hingga tidak bisa pergi ke tempat kami jika seseorang datang menyerang kami.

Aku berkata, "Hai Hassan, orang Yahudi ini seperti engkau lihat mengelilingi benteng. Demi Alloh, aku khawatir ia menyebarkan aurat kita kepada orang-orang Yahudi di belakang kita. Rosululloh SAW dan sahabat-sahabatnya sibuk hingga tidak bisa mengurusi kita, oleh Karena itu, turunlah engkau kepadanya dan bunuhlah dia!" Hassan bin Tsabit berkata, "Semoga Alloh mengampuni dosa-dosamu, hai anak Abdul Muthollib, demi Alloh, engkau tahu bahwa aku tidak ahli untuk tugas tersebut."

Ketika Hassan bin Tsabit berkata seperti itu dan aku tidak melihat sesuatu padanya, aku mengencangkan kainku, kemudian mengambil tongkat besi. Setelah itu, aku turun dari benteng menuju orang yahudi tersebut dan memukulnya dengan tongkat besiku hingga tewas. Setelah membunuhnya aku naik ke atas benteng dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, "Hai Hassan, turunlah engkau ke jenazah orang Yahudi tersebut, kemudian ambillah apa yang dikenakannya, karena tidak ada yang menghalangiku untuk mengambil apa yang ia kenakannya, melainkan ia orang laki-laki." Hassan bin Tsabit berkata, "Aku tidak butuh untuk mengabil barang-barangnya, hai putri Abdul Mutholib."

Kesabaran Shofiyyah

Ibnu Ishaq berkata, "Shofiyyah binti Abdul Mutholib - seperti dikatakan kepadaku - datang untuk melihat Hamzah bin Abdul Mutholib, saudara sekandungnya. Rosululloh SAW bersabda kepada anak Shofiyyah, Az Zubair bin Awwam, "Temui ibumu dan suruh dia pulang agar tidak melihat apa yang terjadi pada saudaranya." Az Zubair bin Al Awwam berkata kepada ibunya, Shofiyyah, "Ibu, sesungguhnya Rosululloh SAW menyuruhmu pulang." Shofiyyah berkata, "Kenapa Rosululloh SAW menyuruhku pulang, padahal aku mendapat informasi bahwa saudaraku dicincang-cincang dan itu terjadi di jalan Alloh?

Tidak ada yang melegakanku selain itu. Aku pasti mengharap pahala Alloh dan pasti bersabar insyaAlloh." Az Zubair bin Al Awwam menghadap Rosululloh SAW dan menceritakan hasil pertemuan dengan ibunya, kemudian beliau bersabda, "Biarkan dia!" Shofiyyah pun datang ke jenasah saudaranya, Hamzah bin Abdul Mutholib, kemudian melihat, menyolatinya, istirja' (mengucapkan inna lillahi wa inna ilahi rojiun), dan memintakan ampun untuknya. Setelah itu Rosululloh SAW memerintahkan pemakaman jenazah Hamzah bin Abdul Mutholib." (Siroh ibnu Hisyam II/62)

Seorang Wanita dari Bani Ghiffar.

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Sulaiman bin Suhaim berkata kepadanya dari Umaiyyah binti Abu Ash Shalt dari seorang wanita dari Bani Ghifar yang berkata, "Aku datang kepada Rosululloh bersama rombongan wanita dari Bani Ghifar dan berkata, "Wahai Rosululloh, kami ingin keluar bersamamu ke tempat yang engkau tuju - ketika beliau sedang berangkat ke Khoibar -, agar kami bisa mengobati orang-orang yang terluka dan membantu kaum muslimin semampu kami." Rosululloh SAW bersabda,"Dengan berkah Alloh, silahkan." Kami pun berangkat bersama beliau.

Ketika itu, aku gadis yang baru menginjak usia dewasa. Rosululloh SAW menempatkanku di kantong pelana kudanya. Demi Alloh beliau turun dari unta hingga waktu subuh dan menghentikan untanya. Aku pun turun dari kantong pelana unta beliau ternyata di dalamnya terdapat darah. Itulah darah haidku yang pertama kali. Aku melompat ke arah unta dan merasa malu.

Ketika beliau melihatku dan melihat darah, beliau bersabda, "apa yang terjadi denganmu, barangkali engkau baru haid?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Perbaikilah dirimu, ambillah tempat air, masukkan garam ke dalamnya, besihkan kantong pelana unta yang terkena darah dengan air tersebut, kemudian kembalilah ke kendaraanmu." Ketika Rosululloh SAW berhasil menaklukkan Khoibar, beliau memberi kami sedikit dari harta fay'I, mengambil kalung yang kalian lihat dileherku ini, memberikannya kepadaku, dan memasangkannya ke leherku. Demi Alloh kalung ini tidak berpisah denganku selama-lamanya." (Siroh Ibnu Hisyam II/311).

Seorang Wanita dari Bani Dinar.

Ibnu Ishaq berkata, "Abdul Wahid bin Abu Aun berkata kepadaku dari Ismail bin Muhammad bin Sa'ad bin Abu Waqqosh yang berkata, "Rosululloh SAW berjalan melewati seorang wanita Bani Dinar yang kehilangan suami, saudara dan ayahnya di perang Uhud. Ketika kesyahidan ketiganya disampaikan kepadanya, ia berkata, "Bagaimana dengan kabar Rosululloh SAW?" Para sahabat berkata. "Beliau baik-baik saja, hai ibu si Fulan. Beliau alhamdulillah seperti yang engkau inginkan." Wanita dari Bani Dinar tersebut berkata, "Perlihatkan Rosululloh SAW agar aku bisa melihat beliau!" wanita tersebut pun dibawa kepada Rosululloh SAW. Sesudah melihatnya, ia berkata, "Semua musibah sesudahmu itu kecil tidak ada artinya.". (Siroh Ibnu Hisyam II/65).

Seorang wanita kalangan bani Abdud Daar ketika sampai kepadanya kabar kesyahidan suaminya dan saudaranya serta bapaknya, lalu dia berkata: "Apa yang terjadi dengan Rosululloh SAW?" Mereka berkata: "Dia baik-baik saja". Wanita tersebut berkata: "Setiap musibah selain pada dirimu wahai Rosululloh SAW adalah kecil" artinya "remeh dan sepele".

Rubai' binti Muawwidz

Telah disebutkan di dalam hadits shohih dari Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dari Rubai' binti Muawwidz ra dia berkata: "Kami berperang bersama Nabi SAW, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka, mengembalikan yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah".

Asma' binti Abu Bakar

Ibnu Ishaq berkata, "Tak ketinggalan, Asma binti Abu Bakr rodliyallohu 'anha. juga mengirim makanan yang dibutuhkan oleh keduanya di waktu sore. Asma berkata, `Ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abu Bakar, kami didatangi oleh beberapa orang Quraisy, di antara mereka ada Abu Jahal bin Hisyam, mereka berdiri di depan pintu rumah Abu Bakar, maka aku keluar menemui mereka. Mereka berkata, "Di mana ayahmu, hai putri Abu Bakar?" aku katakan, "Demi Alloh saya tidak tahu di mana ayahku?" Asma melanjutkan, `Lalu Abu Jahal mengangkat tangannya --- padahal dia adalah orang yang jahat lagi bengis --- lantas ia tampar pipiku hingga anting-antingku terlempar, baru kemudian mereka pergi.

Ibnu Ishaq berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abbad bin `Abdulloh bin Zubair bahwa ayahnya bercerita tentang neneknya, Asma, ia berkata: "Tatkala Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam keluar bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa seluruh hartanya yang berjumlah lima ribu atau enam ribu dirham, ia pergi dengan membawa semua harta tadi.

Asma melanjutkan, "Kemudian kakekku, Abu Quhafah masuk menemui kami, saat itu beliau sudah buta, ia mengatakan, `Demi Alloh, sungguh aku melihat Abu Bakar telah membuat kalian sedih dengan harta dan diri yang ia bawa." Aku menimpali, "Sama sekali tidak wahai Abah! Beliau justeru telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Asma berkata lagi, "Kemudian aku mengambil banyak batu lalu kutaruh di dalam sebuah kantong di dalam rumah yang biasa ayahku menaruh hartanya, kemudian aku letakkan kain di atasnya dan kutarik tangan kakekku, aku katakan, "Hai abah, letakkan tanganmu di atas harta ini."

Asma melanjutkan, "Maka iapun meletakkan tangannya di atasnya lalu berkata, "Tidak apa-apa, kalau ia meninggalkan harta seperti ini buat kalian, berarti ia telah berbuat baik dan ini cukup bagi kalian." Padahal, demi Alloh, ayahku tidak meninggalkan apa-apa buat kami, tapi saya hanya ingin menenangkan orang tua ini.

'Aisyah berkata: Dan kami mempersiapkan keduanya dengan persiapan yang paling cepat, dan kami letakkan rangsum makanan untuk keduanya di dalam sebuah kantong kulit. Lalu Asma' binti Abi Bakar memotong ikat pinggangnya kemudian ia ikat kantong kulit tersebut dengannya. Lalu Asma' bin ti Abi Bakar memotong ikat penggangnya lagi untuk ia jadikan tali pada mulut geriba (tempat air / susu yang terbuat dari kulit). Oleh karena itulah Asma' binti Abi Bakar dijuluki dengan Dzatun Nithoqoin (yang memiliki dua ikat pinggang).

Kepada Setiap Wanita Yang Diuji Dengan Kepergian Suaminya

Dia kembali dari rumahnya ke rumah keluarganya dengan menangis dan penuh pengaduan. Belum genap dua tahun bersama suaminya kemudian tiba-tiba dia kembali, dia kembali bersama anaknya yang masih kecil dan membawa pulang seluruh apa yang dia miliki.

Apakah kamu melihat dimana suaminya? Kenapa dia meninggalkannya? Atau dia menceraikannya?.

Ketika ditanya dia berkata: "Sesungguhnya dia telah mengucapkan perpisahan kepada kami selama-lamanya, dia telah pergi keluar untuk berjihad fi sabilillah seperti yang dia katakan!" seandainya dia berpergian ke negeri yang jauh, tapi dia akan berjihad di sini! Di negeri kita ini!!

Keluarga dan para kerabatnya terguncang: Dia itu memang gila! Bodoh! Ceroboh! Dan lain-lain. Bagaimana dia bisa pergi dan meninggalkan keluarganya begitu saja? Jika dia belum menikah itu pasti baik baginya, tapi bagaimana dia rela istrinya menjadi janda dan anaknya menjadi yatim? Bagaimana dia meninggalkan pekerjaannya? Padahal dia berusaha untuk bekerja dengan tekun. Dia bisa duduk sambil beramal di bidang dakwah untuk membela agama Alloh jika dia jujur, maka dia bisa ikut di dalam bidang yang masih sedikit orang yang menekuninya, beramal dengan pena itukan juga jihad!

Teman wanitanya berkata: "Aku tahu apa faktor yang menyebabkan dia meninggalkanmu, karena kamu tidak berbuat baik kepadanya dan tidak suka bersolek dihadapannya!!! Jika kamu rajin dan tekun dalam hal itu tentu dia tidak akan pergi meningggalkanmu".

Saudaranya berkata kepadanya: "Aku sudah memperingatkanmu dari menikah dengan pemuda, sesungguhnya mereka itu tidak mampu bertanggung jawab, dan tidak dapat menjaga semangatnya".

Saudariku: Jangan kau hiraukan orang-orang itu. Tetap teguhlah, sungguh kamu berada di atas kebenaran. Suamimu telah keluar untuk berjihad, bukan karena tidak suka denganmu, akan tetapi untuk menegakkan kewajiban Alloh dan kecintaannya pada pahala yang kamu akan ikut mendapatkannya jika kamu bersabar dan tabah. Janganlah kamu tertipu dengan sedikitnya orang-orang yang menempuh jalan ini, sesungguhnya itu merupakan keteransingan yang telah disebutkan oleh Rosululloh SAW:

طوبى للغرباء

"Maka berbahagialah orang-orang yang asing".

Apa yang telah kamu dengarkan itu hanya sedikit saja dari rasa sakit yang pernah dialami oleh Rosululloh SAW sebaik-baik manusia dan istri-istrinya serta anak-anaknya. Nabi telah berhijroh dan meninggalkan anak-anaknya di Makkah, begitu juga Abu Bakar Ash Shiddiq, sesungguhnya itu bagian dari agama yang kita tidak diciptakan kecuali untuk itu, dan segala sesuatu itu remeh selain agama.

Janganlah engkau tertipu dengan syaikh yang memakai pakaian jubah dan nampak di layar televisi dan berkata: "Jihad itu fitnah". Sebenarnya fitnah itu adalah keikut sertaanmu wahai corong-corong penguasa dengan penguasa kalian, bahkan janganlah kamu memuji dengan banyaknya para syaikh tersebut. Alloh SWT berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ

" Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya, mereka itu hanya mengikuti persangkaan-persangkaan belaka" (QS. Al An'am : 116).

Apakah engkau melihat dia mengatakan apa-apa yang menjadi agama Alloh? Ataukah engkau melihat mereka bersikap toleran dengan para penguasa?

Jika engkau mengatakan: "Dia akan meninggalkanku selamanya". Ini adalah tidak benar. Tidak! Dia tidak pergi untuk selamanya, di sana ada hari dimana engkau akan bertemu dengannya di jannah jika engkau tidak berubah pendirian.

Dan tidak samar lagi bagimu bahwa setiap manusia harus meninggalkan keluarganya, hanya saja perpisahanmu dengan suamimu telah dipercepat oleh Alloh. Dan pada beberapa manusia telah ditakdirkan untuk sedikit bersenang-senang dengan orang-orang yang dicintainya kemudian berkesudahan dengan perpisahan. Maka teman kamu pasti akan berpisah dengan suaminya yang dia kira bahwa suaminya tidak akan meninggalkannya karena dia mencintainya. Dia pasti akan pergi walaupun dia membenci kepergian itu. Ya! Dia akan mati, atau istrinya yang akan mati dahulu dan dia kemudian menikah lagi dan melupakannya.

Inilah sunnah kehidupan, pasti akan fana, sedangkan diakherat maka disana kehidupan yang kekal, kekal abadi dan tidak akan fana, maka pejamkanlah matamu dari finah dunia ini dan dari kesusahannya dan kemiskinan dan beramallah, bersungguh-sungguhlah dalam beramal sampai kamu bertemu dengan Robbmu dan Dia dalam keadaan ridho denganmu, untuk mempersiapkan pertemuanmu dengan orang-orang yang engkau cintai: bapakmu, suamimu dan saudara-saudaramu.

“ Dimanakah Ummat yang satu?? “

Di manakah kalian wahai ulama’ umat?

Sampai kapankah kalian mundur?

Sampai kapan kalian enggan melaksanakan kebenaran?!

Masih sajakah dalih mashlahat dan mafsadah menjadi agama dan manhaj kalian?!

Belum tibakah saatnya bagi kalian untuk kembali kepada agama kalian?!

Dari Ibnu ‘Umar ra ia berkata, Rosululloh SAW bersabda: “Jika kalian telah berjual beli dengan sistem ‘Inah (sejenis riba, penerj.), kalian mengambil ekor-ekor sapi, kalian suka bercocok tanam, dan kalian meninggalkan jihad, maka Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akan Dia cabut sampai kalian mau kembali kepada agama kalian.”

Sabda beliau: “…sampai kalian mau kembali kepada agama kalian,” menunjukkan bahwa tidak ikut dan berpaling dari jihad serta lebih mengutamakan dunia itu keluar dari lingkup ajaran agama, dan cukuplah ini sebagai dosa dan kesalahan yang nyata.

Belum tibakah saatnya kalian terbangun dari kelalaian-kelalaian kalian?

Belum saatnyakah gelapnya malam berubah menjadi terang?

Fitnah apa lagi yang kalian bahas?

Mashlahat apa lagi yang kalian diskusikan?

Wahai ulama ummat, adakah fitnah yang lebih besar daripada fitnah yang sekarang menimpa kita?

Sesungguhnya fitnah tersebut adalah kemusyrikan.

Fitnah itu adalah berkuasanya kebatilan di atas kebenaran.

Fitnah itu adalah disia-siakannya hukum Alloh di muka bumi.

Fitnah itu adalah berkumpulnya singa-singa Islam di balik jeruji penjara, di Kuba (Guantanamo) dan yang lainnya....

Syaikh Abu Mus'ab Az-Zarqawy – rahimahullahu

Ya Alloh...........

Akan tetapi aku meminta ampunan kepada Alloh Yang Mahapengasih.

Serta mencari tebasan dengan pukulan keras yang menghantam buih

Atau tikaman panas yang menimpa kedua tangan ku dengan tombak yang menembus isi perut dan jantung

Supaya orang yang melewati mayatku mengatakan: Semoga Alloh memberimu petunjuk hai orang yang berperang Dan sungguh ia telah mendapat petunjuk

Duhai robbku, jika memang tiba jelang kematianku Jangan sampai terbungkus kain kafan sutera yang hijau

Tetapi jadikan kubur tempat istirahatku di dalam perut burung nasar Yang berada di angkasa bersama gerombolan burung nasar lainnya

Aku ingin memasuki waktu sore dalam kondisi mati syahid bersama satu golongan yang terbunuh di dataran bumi yang mencekam

Kuda-kuda Baghdad dikumpulkan oleh ketakwaan kepada Alloh, mereka terjun ke kancah pertempuran

Meninggalkan dunia bagi mereka adalah meninggalkan penyakit Mereka pulang ke negeri yang dijanjikan dalam Al-Qur?fan

Engkaulah majikanku, tidak ada lagi majikan selain-Mu ya Alloh

Tidak ada lagi, ya robbi, yang lebih baik bagiku daripada Engkau

Aku serahkan daya dan kekuatanku kepada-Mu

Maka jadilah Engkau sebagai kekuatan dan dayaku dalam menggapai tujuanku

Curahkanlah ridho-Mu untukku, aku tidak mencari selain itu

Meskipun diriku harus menghadapi kengerian di malam harinya Ya Alloh, jadikanlah para mujahidin berkuasa di muka bumi.

Ya Alloh, jadikanlah ahli tauhid berkuasa di muka bumi.

Ya Alloh, siapkanlah pasukan mereka, dan kirimlah ekspedisi-ekpsedisi mereka.

Ikhlaskanlah niat-niat mereka, palingkanlah intaian mata-mata dari mereka.

Ya Alloh, mudahkanlah semua kebaikan untuk mereka.

Ya Alloh, lindungilah persenjataan mereka dan hiburlah keterasingan mereka.

Jadilah Engkau sebagai pemberi bantuan dan penolong mereka, sungguh, mereka adalah orang-orang yang kuat karena Engkau ya Alloh, robb semesta alam.

Ya Alloh, sesungguhnya Amerika telah datang dengan pasukan berkuda dan pejalan kakinya, menentang Alloh dan rosul-Nya, Ya Alloh, lindungilah esok hari, Ya Alloh, lindungilah esok hari.

Ya Alloh, sebagaimana Engkau telah cerai beraikan kerajaan Kaisar, maka cerai beraikanlah kerajaan Bush.

Ya Alloh, kacau balaukanlah persatuan mereka, pecah belahlah kesatuan mereka, dan jadikanlah mereka sebagai ghonimah bagi kaum muslimin.

Ya Alloh, laknatilah thoghut-thoghut arab dan ajam.

Ya Alloh, hancurkanlah para penguasa yang murtad.

Ya Alloh, sedikitkanlah jumlah mereka, bunuhlah mereka, dan jangan sisakan satupun dari mereka.

Ya Alloh, Amin.

Asy-Syahid Syaikh Abu Mus'ab Az Zarqawy - Rahimahullahu

Wahai Manusia!

Wahai manusia!

Mengapakah kalian lupakan agama kalian?

Mengapakah kalian menanggalkan harga diri kalian?

Mengapa kalian tidak mau menolong agama Alloh sehingga Allohpun tidak menolong kalian?

Kalian kira harga diri ('izzah) itu milik orang musyrik, padahal Alloh telah jadikan harga diri itu milik Alloh, rosul-Nya dan orang-orang beriman.

Celaka kalian! Tidak pedih dan terlukakah hati kalian melihat musuh Alloh dan musuh kalian menyerang tanah air kalian yang telah disuburkan oleh bapak-bapak kalian dengan darah.

Musuh menghina dan memperbudak kalian padahal kalian dulu adalah para penguasa dunia. Tidakkah hati kalian bergetar dan emosi kalian meledak menyaksikan saudara-saudara kalian dikepung dan disiksa dengan berbagai siksaan oleh musuh?

Hanya makan minum dan bernikmat-nikmat dengan kelezatan hidup sajakah kalian, sementara saudara-saudaramu di sana berselimutkan jilatan api, bergelut dengan kobarannya dan tidur di atas bara?

Wahai manusia!

Sungguh perang suci telah dimulai, penyeru jihad telah memanggil, pintu-pintu langit telah terbuka.

Jika kalian tidak mau menjadi pasukan berkuda dalam perang, bukalah jalan untuk kaum wanita agar mereka bisa berperang; pergi saja kalian dan ambillah kerikil dan celak mata... wahai wanita-wanita bersurban dan berjenggot! Jika tidak, pergilah mengambil kuda-kuda, inilah dia tali kekangnya untuk kalian...

Wahai manusia!

Tahukah kalian dari apa tali kendali dan kekang ini dibuat?

Kaum wanita telah memintalnya dari rambut mereka karena mereka tidak lagi punya apa-apa selain itu.

Demi Alloh, ini adalah gelungan rambut wanita-wanita pingitan yang belum pernah tersentuh oleh sinar matahari karena mereka sangat menjaga dan melindunginya; mereka terpaksa memotongnya karena zaman bercinta sudah selesai dan babak perang suci telah dimulai, babak baru perang di jalan Alloh.

Jika kalian masih tidak sanggup mengendalikan kuda, ambil saja tali kekang ini dan jadikanlah sebagai kucir dan gelung rambut kalian, sebab tali kekang itu terbuat dari rambut wanita, sungguh berarti tidak ada lagi perasaan dalam diri kalian."

Setelah itu, Ibnul Jauzi melempar tali kekang itu dari atas mimbar di hadapan khalayak ramai seraya berteriak lantang:

"Bergeraklah wahai tiang-tiang masjid, retaklah wahai bebatuan, dan terbakarlah wahai hati, sungguh hati ini sakit dan terbakar, para lelaki telah menanggalkan kejantanan mereka"

Kupinang Engkau Dengan Syahadah

Wahai saudaraku ….

Andai kau tahu Debu yang menempel pada kakimu fie sabilillah Dapat menyelamatkanmu dari neraka Jahannam Kenapa kau tinggalkan jihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau faham Sekejap dalam medan jihad Dapat mengharuskanmu menikmati kenikmatan dan keindahan Jannatun Na’im Kenapa memilih selain jihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau mengerti Berak dan kencingnya kudamu fie sabilillah Bernilai pahala bagimu disisi Robmu Kenapa bimbang untuk berjihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau tahu Timah panas yang mengoyak tubuhmu dapat menghantarkanmu memeluk mesra Bidadari jelita Kenapa takut berjihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau faham Dentuman Bom yang mencabik-cabik dagingmu dapat menyibukkanmu bercanda ria di pangkuan Bidadari jelita selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan Kenapa ragu untuk berjihad …..???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau mengerti Ledakan Mortir yang meremukkan tulang belulangmu dapat menghantarkanmu berbaring mesra di atas kasur dalam kamar mempelai bersama bidadari yang tidak pernah hilang keprawanannya Kenapa enggan berjihad …..???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau faham Tetesan darah pertama yang kau tumpahkan di medan jihad dapat menghapuskan semua dosa-dosamu Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad …..???!!!

Duhai saudaraku …..

Seandainya engkau faham …… Seandainya engkau mengerti …… Seandainya engkau tahu ….. Seandainya engkau berakal ….. Engkau pasti memilih jihad …..

“Ya Alloh ! hidupkanlah kami dalam kemuliaan dan matikanlah kami dalam kesyahidan dan kumpulkanlah kami dengan Almusthofa Shollallahu ‘alaihi wasallam”

“Ya Alloh ! Berikanlah kepadaku keutamaan (mati syahid) sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang sholih”

Surat Ummu Khalid Al Islambuly ”

Setelah sembilan tahun hidup bersama Muhajirin dan Mujahidin Umi syahid Khalid Al Islambuly kendati telah sepuh masih menyempatkan diri menulis surat khusus kepada situs 'alemarh' sesaat sebelum kembali ke negaranya. (Khalid Islambuly adalah pahlawan Islam yang telah berhasil membunuh fir'aun modern, Anwar Sadat presiden Mesir saat parade militer)

Segala puji bagi Allah.

Shalawat dan salam atas Rasulullah dan siapa saja yang mengikutinya. Anak-anakku tercinta: Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Saya tulis surat ini sesaat sebelum kepulanganku ke negara Mesir. Dan Allah lebih mengetahui sejauh mana kerinduan dan kecintaan yang ada dalam hatiku kepada kalian semua. Demi Allah, sungguh terasa sangat berat bagiku berpisah dengan kalian. Namun saya masih sedikit terhibur di mana saya meninggalkan kalian dalam lindungan dan pemeliharaan Allah. Saya tidak akan melupakan selamanya penghormatan yang telah kalian berikan pada saya, perhatian kalian yang lebih dan selalu menanyakan kondisi saya. Kendati saya belum pamitan kepada kalian semua sebelum saya pergi namun saya doakan kalian semua semoga tetap dijaga dan dipelihara oleh Allah. Nasehat saya pada kalian hendaknya saling bahu membahu di atas satu hati dan janganlah kalian berpecah belah. Hendaknya persoalan kalian diselesaikan dengan cara syura antara kalian. Tidak ada yang besar dan kecil di antara kalian karena kalian semua satu sama lain bagaikan bangunan kokoh "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjihad di jalan-Nya dengan bershaf rapi bagaikan bangunan kokoh". Ketahuilah wahai anak-anakku, sesungguhnya jihad nafs (memerangi hawa nafsu) pada era ujian yang tengah kalian jalani ini merupakan sesuatu yang besar lagi agung. Kalian tengah berada pada limpahan karunia Allah. Untuk itu pergunakanlah sebaik-baiknya dan berpeganglah dengan karunia dan hidayah Allah atas kalian. Kalian berada dalam kebenaran dan Allah bersama kalian. Dia akan memperkuat kalian, menjaga kalian dan menunjukkan kalian pada kebaikan hamba-Nya. Anak-anakku; berapa lama lagi saya mendambakan bisa menyertai kalian dalam memerangi musuh-musuh Allah namun ini sudah merupakan kehendak Allah. Saya memohon kepada Allah semoga menjadikanku dapat selalu berkhidmat terhadap Mujahidin. Saya akan tetap mendoakan buat kalian hingga saya berjumpa Robbku. Dan saya memohon kepada Allah semoga menghimpunku di surga Firdaus A'la bersama semua orang yang saya cintai yang telah lebih dahulu mati syahid. Pada detik-detik terakhir sebelum safarku ini saya gunakan kesempatan untuk mendoakan seorang lelaki sholeh, Amirul Mukminin yang telah berkorban dengan kerajaan dan kekhilafahannya demi berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang benar. Saya memohon kepada Allah kiranya mengembalikan lagi kepemimpinan dan kekhilafahannya dan memuliakannya di dunia sebelum di akhirat. Saya sampaikan salam penghormatan dan doa tulusku untuk seluruh Mujahidin. Terkhusus putraku tersayang dan terhormat, sang Mujahid Abu Abdillah Usamah. Saya memohon kepada Allah semoga menjaga saudara-saudara dan anak-anaknya dari segala keburukan dan menghindarkannya dari makar musuh. Salamku buat semua ikhwah di setiap tempat yang pernah saya temui, mereka mengenal saya dan saya kenal mereka. Saya titipkan kalian kepada Allah yang tidak akan tersia-siakan titipan-Nya. Saya tinggalkan kalian pada pemeliharaan dan penjagaan Allah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu kalian semua, Umi Khalid Al Islambuly Rabu 25 Shafar 1423 H/8 Mei 2002

Eksekutor Anwar "Fir'aun" Sadat

Sejarah Islam mengabadikan bahwa Mesir adalah sebuah negeri yang melahirkan Fir'aun. Sebuah nama yang diabadikan Allah untuk mewakili manusia yang mengaku dirinya TUhan. Fir'aun yang terlahir di negeri ini ternyata tidak hanya di zaman nabi Musa 'alaihi salam saja, namun sampai detik inipun Fira'un-Fir'aun baru masih bercokol di pucuk pimpinan Mesir. Allah Maha Adil. Allah melahirkan 'Fir'aun', Allah pun menurunkan 'Musa' sebagai sosok Mujahid yang gagah berani menentang kedzaliman.

Adalah Khalid Islambuly, seorang pemuda gagah berani yang menorehkan sejarah emas perjuangan Islam. 'Azzamnya yang kuat melahirkan sejarah baru pergerakan Islam. Di tangan timnyalah Sadat berhasil di'eksekusi'. Khalid terlahir sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Ia terbina dalam keluarga yang ta'at. Menurut keterangan ibunya, Khalid paling menjaga shalat

lima

waktunya, perwatakannya senantiasa jujur dan amanah. Sejak kecil hatinya senantiasa terbakar mendengar kebengisan Yahudi terhadap kaum Muslimin.

Tahun 1978, Khalid lulus dari akademi militer Mesir. Namun jiwa kemiliterannya tidak membuat luntur 'azzamnya yang kuat dalam memerangi Yahudi. Keterlibatannya dalam sebuah tandzim menghantarkannya kepada pemahaman, bahwa Islam ini bukanlah hanya sekadar shalat dan puasa saja, namun kesempurnaan Islam juga meliputi jihad, pengorbanan, dan tanggung jawab.

Khalid masuk menjadi anggota militer Mesir. Prestasinya cukup gemilang, sehingga menghantarkannya di jajaran elite militer Sadat. Tanggal 6 Oktober merupakan hari yang paling bersejarah bagi Khalid. Hari itu militer Mesir mengadakan sebuah perhelatan akbar berupa devile dan demonstrasi persenjataan. Dalam kesempatan ini, Khalid terpilih menjadi salah satu bagian dari devile itu. Dalam hatinya ia berkata, "Baru kali ini aku dilibatkan dalam momen seperti ini, pastilah Allah memberi hikmah yang besar pada diriku."

Setelah merenung beberapa saat, terdetik dalam hatinya untuk melaksanakan tugas suci; membunuh Sadat. Hatinya sesak melihat kelakuan Sadat yang sudah melewati batas. Sadat telah kafir, meninggalkan hukum Allah, kerja sama dengan Yahudi dalam memerangi kaum Muslimin dan memenjarakan ulama'-ulama' yang mukhlis.

Hari itu cuaca Mesir cukup cerah. Menurut rencana, perhelatan ini akan dihadiri langsung oleh Anwar Sadat. Sudah menjadi peraturan kemiliteran Mesir, bahwa dalam acara seperti ini tak satupun boleh membawa peluru tajam. Namun Khalid dan timnya tidak kehabisan akal, puluhan peluru ia masukkan ke pakaian dalamnya. Khalid berada dalam sebuah barisan pasukan tank yang telah terkondisikan sebelumnya. Setelah keluar dari markas militer, peluru segera ia masukkan ke dalam magazine senjata laras panjangnya.

Tank tepat melewati depan kursi Sadat. Komando dari luar telah berkumandang. Dengan langkah cepat, Khalid segera muncul ke permukaan sembari memberondongkan pelurunya ke arah Sadat. Ketika itu Sadat sedang asyiknya menikmati demonstrasi pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Mesir. Khalid tidak sendiri di

sana

, ada tim yang ikut menembaki Sadat. Satu peluru tepat menembus leher Sadat. Belum yakin Sadat tewas, dengan tenangnya Khalid turun dari tank dan mengulangi berondongannya ke tubuh Sadat. Tak satupun ada yang melawan, karena peluru tajam hanya di senapan Khalid dan timnya. Beberapa bulan Khalid sempat menjadi buron militer Mesir. Semua taqdir di tangan Allah. Khalid tertangkap dan dipenjarakan di penjara militer Mesir. Sedikitpun tak nampak kesedihan di wajah Khalid. Bahkan tatkala sang ibunda menjenguknya di penjara, Khalid tersenyum sembari mengatakan, "Sungguh aku telah membunuh Fir'aun Mesir Anwar Yahudi, karena ia telah mengingkari Allah, meninggalkan hukum syariat, bekerja sama dengan Yahudi dalam memerangi Islam dan berkhianat terhadap masjidil Aqsha."

Akhirnya Khalid Islambuly dieksekusi Mahkamah Militer Mesir pada tanggal 8 Maret 1982. Tatkala berbajukan merah, baju ekseskusi, Khalid berkata, "Wahai ibuku, bagaimana pendapatmu tentangku?" Ibunya berkata, "Ilbas jadiidan wa 'isy sa'iidan wa mut syahiidan." (Selamat mengenakan pakaian baru. Hiduplah mulia dan matilah sebagai seorang syuhada').

“ Tafsir Al-Qur’an Gaya Rasul Baru (Membongkar Kesesatan Al-Qiyadah Al-Islamiyah)”

Ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah yang dicetuskan oleh Ahmad Moshaddeq yang mengaku sebagai Rasul Baru, didalamnya penuh dengan penyimpangan dan kesesatan.

Walaupun Ahmad Moshaddeq bersama 6 teman kepercayaannya hari ini (senin malam 29/10/07, yang mengklaim memiliki 41.000 pengikut yang 60% diantaranya adalah mahasiswa) telah menyerahkan diri, namun penyimpangan dan kesesatannya tetap harus kita waspadai.

Diantara kesesatan Al Qiyadah Al Islamiyah Ahmad Moshaddeq, adalah penafsiran Al Qur’an dengan cara pena’wilan yang bathil dan mencampuradukkan antara Islam dengan Kristen, dan menganggap bathil seluruh tafsir Al Qur’an yang ada dan yang benar adalah tafsir dengan ta’wil dari dirinya.

Tafsir Al-Quran Gaya Rasul Baru (Membongkar Kesesatan Al-Qiyadah Al-Islamiyah)

Penulis: Lajnah pembela sunnah, memerangi bid’ah, dan kesyirikan Ahli

Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- dalam muqadimah kitab tafsirnya menyatakan tentang kaidah menafsirkan Al-Qur’an. Beliau -rahimahullah- menyampaikan bahwa cara menafsirkan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Metodologi ini merupakan yang paling shalih (valid) dalam menafsirkan Al-Qur’an.

2. Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah. Kata beliau -rahmahullah-, bahwa As-Sunnah merupakan pensyarah dan yang menjelaskan tentang menjelaskan tentang Al-Qur’an. Untuk hal ini beliau -rahimahullah- mengutip pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i -rahimahullah- : “Setiap yang dihukumi Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, maka pemahamannya berasal dari Al-Qur’an. Allah -Subhanahu wata’ala- berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) membela orang-orang yang khianat.” (An-Nisaa’:105)

3. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pernyataan para shahabat. Menurut Ibnu Katsir -rahimahullah- : “Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, kami merujuk kepada pernyataan para shahabat, karena mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui sekaligus sebagai saksi dari berbagai fenomena dan situasi yang terjadi, yang secara khusus mereka menyaksikannya. Merekapun adalah orang-orang yang memiliki pemahaman yang sempurna, strata keilmuan yang shahih (valid), perbuatan atau amal yang shaleh tidak membedakan diantara mereka, apakah mereka termasuk kalangan ulama dan tokoh, seperti khalifah Ar-Rasyidin yang empat atau para Imam yang memberi petunjuk, seperti Abdullah bin Mas’ud -radliyallahu anhu-.

4. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pemahaman yang dimiliki oleh para Tabi’in (murid-murid para shahabat). Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah atau pernyataan shahabat, maka banyak dari kalangan imam merujuk pernyataan-pernyataan para tabi’in, seperti Mujahid, Said bin Jubeir. Sufyan At-Tsauri berkata : “Jika tafsir itu datang dari Mujahid, maka jadikanlah sebagai pegangan”.

Ibnu Katsir -rahimahullah- pun mengemukakan pula, bahwa menafsirkan Al-Qur’an tanpa didasari sebagaimana yang berasal dari Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallam- atau para Salafush Shaleh (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) adalah haram. Telah disebutkan riwayat dari Ibnu Abbas -radliyallahu ‘anhuma- dari Nabi -shallallahu’alaihi wasallam-:

“Barangsiapa yang berbicara (menafsirkan) tentang Al-Qur’an dengan pemikirannya tentang apa yang dia tidak memiliki pengetahuan, maka bersiaplah menyediakan tempat duduknya di Neraka.” (Dikeluarkan oleh At Tirmidzi, An Nasa’i dan Abu Daud, At Tirmidzi mengatakan : hadist hasan).

Al-Qiyadah Al-Islamiyyah sebagai sebuah gerakan dengan pemahaman keagamaan yang sesat, telah menerbitkan sebuah tulisan dengan judul “Tafsir wa Ta’wil”. Tulisan setebal 97 hal + vi disertai dengan satu halaman berisi ikrar yang menjadi pegangan jama’ah Al-Qiyadah Al-Islamiyyah.

Sebagai gerakan keagamaan yang menganut keyakinan datangnya seorang Rasul Allah yang bernama Al-Masih Al-Maw’ud pada masa sekarang ini, mereka melakukan berbagai bentuk penafsiran terhadap Al-Qur’an dengan tanpa kaidah-kaidah penafsiran yang dibenarkan berdasarkan syari’at, ayat-ayat Al-Qur’an dipelintir sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai dalil bagi pemahaman-pemahamannya yang sesat. Sebagai contoh, bagaimana mereka menafsirkan ayat:

“Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera dibawah penilikan dan petunjuk Kami.” (Al-Mu’minuun :27)

Maka, mereka katakan bahwa kapal adalah amtsal (permisalan,ed) dari qiyadah, yaitu sarana organisasi dakwah yang dikendalikan oleh Nuh sebagai nakoda. Ahli Nuh adalah orang-orang mukmin yang beserta beliau, sedangkan binatang ternak yang dimasukkan berpasang-pasangan adalah perumpamaan dari umat yang mengikuti beliau. Lautan yang dimaksud adalah bangsa Nuh yang musyrik itu….. (lihat tafsir wa ta’wil hal.43).

Demikianlah upaya mereka mempermainkan Al-Qur’an guna kepentingan gerakan sesatnya. Sungguh, seandainya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah -shallallahu ‘alihi wasallam- boleh ditafsirkan secara bebas oleh setiap orang, tanpa mengindahkan kaidah-kaida penafsiran sebagaiman dipahami slaful ummah, maka akan jadi apa islam yang mulia itu ditengah pemeluknya ? Al-Qiyadah Al-Islamiyyah hanya sebuah sample dari sekian banyak aliran/paham yang melecehkan Al-Qur’an dengan cara melakukan interpretasi atau tafsir yang tidak menggunakan ketentuan yang selaras dengan pemahaman yang benar.

Buku Tafsir wa Ta’wil ini berusaha menyeret pembaca kepada pola pikir sesat melalui penafsiran ayat-ayat mutasyabihat menurut versi Al-Qiyadah Al-Islamiyyah sebagaimana diungkapkan pada hal. iii poin 4 : “Kegagalan orang-orang memahami Al-Qur’an adalah mengabaikan gaya bahasa Al-Qur’an yang menggunakan gaya bahasa alegoris. Bahasa simbol untuk menjelaskan suatu fenomena yang abstrak.”

Mutasyabihat dianggap sebagai majazi sebagaimana pada hal. 39 alenia terakhir.

Penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

A. Secara garis besar ayat-ayat mutasyabihat (menurut versi mereka) ialah yang berbicara tentang Hari Kiamat dan Neraka dianggap simbol dari hancurnya struktur tentang penentang Nabi dan Rasul, dan pada masa Rasulullah hancurnya kekuasaan jahiliyyah Quraisy yang dihancurkan oleh Rasul dan para shahabatnya.

Lihat:

1. Tafsir Al-Haqqah:16;21

2. Tafsir ayat 6 dari surat Al-Ma’arij hal 30.

3. Tafsir ayat 17 dari surat Al-Muzammil hal. 62.

B. Pengelompokan manusia menjadi tiga golongan:

1. Ashabul A’raf adalah Assabiqunal awwalun.

2.Ashabul yamin adalah golongan anshar.

3. Ashabul syimal golongan oposisi yang menentang Rasul, lihat hal. 24.

C. Penafsiran Malaikat yang memikul ‘Arsy pada surat Al-Haqqah ayat 17 diartikan para ro’in atau mas’ul yang telah tersusun dalam tujuh tingkatan struktur serta kekuasaan massa yang ada dibumi. Lihat hal. 24.

D. Penafsiran (man fis samaa’/siapakah yang ada di langit) dalam surat Al-Mulk ayat 16 diartikan benda-benda angkasa dan pada ayat 17 diartikan yang menguasai langit, menunjukkan bahwa mereka tidak tahu sifat ‘uluw/ketinggian Allah atau bahkan mereka mengingkarinya.

E. Penafsiran (As-Saaq/betis) pada surat Al-Qalam ayat 42, dengan dampak dari perasaan takut ketika menghadapi hukuman atau adzab, lihat hal 18, ini menunjukkan bahwa mereka tidak tahu bahwa Allah memiliki betis atau mengingkarinya.

F. Kapal Nuh adalah bahasa mutasyabihat dari Qiyadah yaitu sarana organisasi dakwah yang dikendalikan oleh Nuh sebagai nakoda ….lihat hal. 42 dan 43.

G. Mengingkari hakekat jin dan diartikan sebagai manusia jin yaitu jenis manusia yang hidupnya tertutup dari pergaulan manusia biasa, yaitu manusia yang mamiliki kemampuan berpikir dan berteknologi yang selalu menjadi pemimpin dalam masyarakat manusia. Golongan jin yang dimaksud pada surat Al-Jin adalah orang-orang Nasrani yang shaleh yang berasal dari utara Arab, lihat tafsir surat Al-Jin hal.16…dst. Dan raja Habsyi yang bernama Negus termasuk golongan manusia jin yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Jin, lihat hal.52.

H. Mengingkari pengambilan persaksian dari anak-anak Adam dialam ruh atas rububiyah Allah yang merupakan penafsiran surat Al-A’raf ayat 173, lihat tafsir surat Al-Insan hal. 85.

I. Menyatakan bahwa penciptaan Adam dan Isa bin Maryam adalah unsur-unsur mineral menjadi kromosom yang kemudian diproses menjadi sperma, lihat hal. 85.

Dan masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan yang lainnya.

Selanjutnya melalui buletin ini kami menghimbau kepada seluruh kaum muslimin dimana saja berada untuk senantiasa waspada dan mewaspadai gerakan sesat ini yang menamakan dirinya dengan Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, diantara ciri-ciri mereka ialah tidak menegakkan shalat lima waktu, berbicara agama dengan dengan menggunakan logika, mencampuradukan antara Islam dengan Kristen,… dll.

Sumber: LPPI (Lembaga Pengkajian & Penelitian Islam), Jakarta

Baca juga:

Ajaran Rasul Baru Meresahkan Yogya

Jeritan Hati Seorang Pemuda..”

Suara sendu seorang wanita pecah tatkala gerobak kelontongannya dihancurkan oleh sekelompok orang di siang hari. Sang suami tak dapat berbuat apa-apa ketika sekerumunan orang berpakaian muslim memecahkan kaca dan merusak peralatan dagangnya. Mata mereka berbinar memohon ampun, namun sayang beribu sayang, suara itu hanya terdengar di telinga mereka..

Katanya bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah..

Waktu yang paling tepat bagi setiap Muslim untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan kebaikan. Saat yang sangat dinantikan, penuh dengan berbagai keistimewaan. Dan di sanalah semua do’a seakan dikabulkan..

Katanya pula bulan Ramadhan adalah bulan yang suci..

Waktu yang dipenuhi dengan kedamaian. Yang seyogyanya dijaga dengan akhlaq mulia. Karena di dalamnya seorang Muslim dapat mensucikan dirinya dari segala dosa..

Katanya.. Ada dua golongan yang merugi..

Orang yang bertemu dengan kedua orangtuanya, namun ia tidak sempat meminta maaf dari keduanya..

Dan orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan, tetapi ia tidak mendapatkan ampunan darinya..

Sungguh, benar-benar merugi orang tersebut!

Apalagi jika ia mengisi Ramadhan ini dengan hal-hal yang dianggap baik, namun hakekatnya justru merusak keindahan Islam sendiri..

Apatah artinya sebuah ormas Islam jika menghancurkan geladak orang kecil yang menjual makanan di siang hari.. Meski tujuannya adalah amar ma’ruf nahi munkar..

Karena tujuan yang baik tidak melegalkan cara yang bathil..

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhu..

Keburukan itu tetaplah jelek meski kebanyakan orang menganggapnya baik..

Demikian pula yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu..

Betapa banyak orang yang melakukan kebaikan, namun tidak mendapatkan apa pun..

Sebuah klise nyata di zaman ini, saat diriku melihat dengan mata kepala sendiri, saudara-saudara seiman saling menzhalimi saudara lainnya dengan cara yang bathil..

Karena memang tidak ada istilah menzhalimi dengan cara yang haq..

Namun inilah yang terjadi saat ini. Menutup celah kezhaliman dengan kezhaliman. Saya tak mungkin bisa membohongi diri sendiri. Walaupun penjual makanan di siang hari bisa disalahkan atas kenekadannya, namun tindakan anarkis yang dilakukan oleh separatis Islam seperti ini juga keliru.

Islam tidaklah semakin indah di mata umat manusia. Ia seakan-akan nampak seperti bom waktu yang siap menggilas kaum lemah yang tak berdaya dan tak berilmu. Seperti roda bergerigi yang melumatkan apa saja yang dilewatinya..

Islam yang demikian agungnya telah memberikan rambu-rambu dalam amar ma’ruf nahi munkar. Hanyalah penguasa kaum Muslimin yang berhak memberikan sanksi semacam ini. Kalau pun seandainya tidak dilakukan, maka dosanya kembali kepada mereka (para penguasa tersebut)..

Tidakkah hati mereka trenyuh dibuatnya? Tentang sebuah potret hidup yang memilukan..

Tatkala melintas di protokol jalan besar yang panas, saya sempat melihat beberapa pengendara motor dengan leganya menikmati segelas es degan di siang hari. Bahkan ada di antara mereka yang menyediakan botol untuk dibawa pulang..

Oh.. mungkin mereka adalah orang-orang non Muslim..

Atau mereka adalah musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh..

Dan tak jauh dari situ...

Nampak beberapa orang pemuda yang sedang nongkrong menghisap sebatang rokok. Lalu setelah itu mereka pun melancarkan aksinya di jalanan. Menggetarkan senar-senar kecil di balik sebuah gitar demi mengharapkan beberapa ratus perak..

Oh.. mungkin mereka belum tahu kalau puasa itu wajib..

Atau mereka belum tahu kalau merokok itu membatalkan puasa..

Kadang saya bertanya-tanya dalam hati. Bisa jadi mereka lebih baik dari saya, dan hal itu mungkin sekali terjadi. Bagaimana mungkin saya bisa menghukumi sesuatu tanpa ada hujjah atas mereka, sementara saya hanya terdiam di atas motor..?

Mungkin saja..

Di antara pengendara motor itu ada yang lupa, jika ia tengah berpuasa. Dan saat ia ingat, ia memohon ampun kepada Robbnya. Dan Alloh menjadikan puasanya tetap sempurna..

Atau di antara pemuda itu, ada yang belum tahu tentang hukum sebatang rokok, dan tatkala ia tahu, ia tersungkur sujud seraya beristighfar mengucapkan, "Robbighfirlii.."

Sungguh indah ucapan itu.. apalagi jika dibarengi dengan kebeningan hati dan kemauan yang kuat..

Ternyata ada di antara mereka, yang di mata manusia dinilai salah menurut adat dan agama, tidak mengetahui bahwa hal itu salah..

Dan ternyata ada di antara mereka, yang mengetahui kesalahan itu, menggunakan cara-cara yang tidak diridhoi oleh adat dan agama..

Hidup memang tak selamanya indah, namun jika kita berupaya mengusahakannya, tidak ada hal yang mustahil terjadi..

Yaitu..

Saat orang-orang yang terlanjur menganggap dirinya baik, tidak merubah keburukan dengan tangan mereka yang nista..

Dan saat orang-orang yang terjerumus dalam nista, mau mengangkat derajatnya dengan memohon ampun kepada Alloh Azza wa Jalla..

Ya Alloh… berikanlah diriku hidayah, yang dengannya bisa kubedakan mana emas di dalam lumpur dan kotoran kucing di atas bejana emas…

Balaa Syahidnaa..

Masih teringat jelas dalam ingatan

Sebuah kisah memilukan dalam diriku

Perjalanan yang membuatku merinding

Bahkan mungkin ini yang disebut ‘reinkarnasi’

Gelayut keringat masih saja membasahi sekujur tubuh. Panas yang menyerang semakin ganas membakar, membuat tubuhku tak kuat lagi menahan rasa sakit di kepala dan perut. Kubalikkan tubuhku ke kanan dan ke kiri, namun tak jua kudapatkan sepotong kenikmatan. Inilah rasanya menderita akibat sakit..

Saat malam berkisah tentang dirinya. Bayangan gelap seakan menghampiri. Berdiri tegak di balik pepohonan, mengintip dari balik jendela yang kelam. Mengincar sesuatu yang ada pada diriku. Malaikat maut, mungkin itu dia. Apakah ia membawa

surat

dari Tuhanku malam ini?

Surat

undangan bertemu dengan-Nya..

Segera kusingkap kain selimut ke seluruh tubuh. Aku terus berdzikir, berharap semua

kan

sirna tatkala aku tidur. Dalam lamunan malam, aku mendengar suara-suara kecil memanggilku. Tapi ternyata bukan diriku. Ia seakan ingin berbicara dengan jiwaku. Suara yang seakan tak asing bagiku. Namun, aku tak tahu siapa mereka.

Keesokan pagi, dalam sujud penuh pengharapan, aku memohon kepada Alloh, untuk meringankan rasa sakit yang kuhadapi. Panas dan mules telah membuat tubuhku semakin tak kuat untuk sekedar berdiri menghadap-Nya. Aku berharap semuanya

kan

segera berlalu.

Suara-suara itu kembali menguat dalam diriku. Aku mendengar rintihan lemah mereka. Semakin lama semakin jelas. Mereka mengucapkan kalimat yang indah, namun aku tetap tak mengerti. Hingga akhirnya suara itu menghilang dalam tetesan embun..

Hari ini, di desaku berpijak. Dalam musholla tempatku bersujud kepada-Nya, sebuah kajian diadakan. Rasa panas yang membenamkan diriku dalam lautan keringat, membuat aku tak bisa melanjutkan tidur panjang. Dengan lantunnya, aku pun menyimak kajian itu. Dan di sinilah, ternyata Alloh menjawab pertanyaanku dengan janji-Nya..

Balaa Syahidnaa..

Alloh telah memanggilku dengan bahasa yang sangat halus, namun aku tak bisa menangkap maksudnya. Ia seakan hendak menegurku, namun aku terlalu jauh dari-Nya. Dialah Robb yang telah menciptakan diriku, dan Dialah yang mengambil sumpah dariku, lalu mengapa aku begitu lengah melupakan dirinya?

Kalimat ini adalah kalimat persaksian. Perjanjian antara aku dengan Dia. Kalimat yang hampir membuatku lupa bernafas. Tatkala suara parauku kembali berulah dan rasa sakit yang meradang, hilang seketika. Entah mengapa, semua anggota tubuhku menyatu dalam raga. Aku seakan dilahirkan kembali. Aku tak sanggup berkata-kata, cukuplah air mata yang berkaca-kaca..

Ya Alloh, sungguh durhakanya diriku. Saat di alam ruh, aku begitu setianya menjawab panggilan-Mu. Namun saat aku dilahirkan ke dunia, aku melupakanMu. Bahkan saat Engkau memanggilku, aku malah tak mengerti maksudMu..

Benar, kami bersaksi..

Waktu pun berlalu. Rasa panas pun mereda. Tubuhku kembali seperti semula. Dan aku bersyukur Alloh telah mengembalikan kekuatanku. Namun satu hal yang takkan pernah kulupakan. Alloh sedang mengawasiku, dan Ia begitu dengan dengan hamba-Nya..

Ya Alloh… Tunjukkanlah diriku jalan untuk lebih mengenalMu. Jika sakit ini semakin membuatku dekat denganMu, maka panjangkanlah derita ini. Agar aku dapat menyesali semua kekhilafanku. Supaya aku bisa menangisi kemaksiatan-kemaksiatan yang berlalu, dan agar aku bisa kembali menjadi hambaMu yang fithroh seperti dahulu..

Ya Alloh, saksikanlah! Sesungguhnya aku seorang Mu’min, insyaAlloh..

Ya Alloh, benarlah Engkau Robb kami, dan kami menjadi saksi atas hal ini..

Aku dilahirkan dalam keadaan Mu’min dan akan kembali dalam keadaan Mu’min karena sumpahku telah terpatri dalam Lauhul Mahfuzh sebagai bukti kesetiaanku padaMu..

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al A`roof ayat 172)

Cinta, Apakah Dia..?

Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita melihat yang ada di depan.

Kita lahir dengan dua telinga, satu kiri dan satu kanan sehingga kita dapat mendengar dari kedua sisi. menangkap pujian maupun kritikan, dan mendengar mana yang benar.

Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga bagaimanapun miskinnya kita, kita tetap kaya. Tak seorangpun yang dapat mencuri isi otak kita, yang lebih berharga dari segala permata yang ada

Kita dilahirkan dengan dua mata, dua telinga, namun cukup satu mulut. Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam, yang dapat melukai, memfitnah, bahkan membunuh. Lebih baik sedikit bicara tentang hal-hal yang tidak bermanfaat, tapi banyak mendengar dan melihat ayat-ayat Alloh.

Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita untuk menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar untuk mencintai dan menikmati dicintai, tetapi jangan mengharapkan orang lain untuk mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang sudah anda berikan..

Kita telah diciptakan oleh-Nya dengan segala kelebihan dan kekurangan kita, patutlah kita mensyukurinya anugrah yang telah Alloh berikan.

Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka Anda akan menemukan bahwa hidup ini akan menjadi lebih indah.

Dikutip dari artikel seorang sahabatku...

Tulisan ini dikumpulkan Oleh:

Al-Ustadz Abu Hanifah Muhamad Faishal alBantani al-Jawy, Spd, I

{ Dari DPP. Harokah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami (HASMI) }

Editor:

Al-Akh Muhammad Lukman As-Sundawy, SH, I & Al-Akh Ovry K Adrianto, S, Kom

Tidak ada komentar: