Rabu, 07 Mei 2008

PELAJARAN DAN FAIDAH DARI KISAH

PELAJARAN DAN FAIDAH DARI KISAH

Oleh :

Syaikh DR. Umar Sulaiman bin Abdillah al-’Asyqor Hafidzhahulloh

Di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashabul Ukhdud. Hadis Nabi datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam untuk kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman dengan iman mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api daripada kufur kepada Allah. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana raja thaghut yang sombong, yang mengklaim diri sebagai tuhan.

NASH HADIS

Muslim meriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah bersabda, "Dahulu kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja, 'Sesungguhnya aku sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.' Maka sang raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.

Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, ada seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu lalu duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau takjub. Dan ketika akan mendatangi ahli sihir itu lagi, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di tempatnya. Suatu ketika dia akan mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia memberitahukannya kepada sang pendeta.

Pendeta itu berkata, 'Jika engkau takut pada ahli sihir, (jika dia bertanya) maka katakan, 'Keluargaku menahanku.' Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan, 'Ahli sihir telah menahanku.'

Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang sangat besar yang menahan (perjalanan) orang-orang, maka dia berkata, 'Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik, ahli sihir ataukah pendeta?'

Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata, 'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.' Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka.

Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya, 'Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).'

Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit. Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata, 'Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.' Pemuda itu menjawab, 'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan menyembuhkanmu.' Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan Allah menyembuhkannya.

Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya, 'Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu?'

Dia menjawab, 'Tuhanku.' 'Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?' tanya raja. 'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,' sahutnya. Maka raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian ia minta agar pemuda itu didatangkan. Raja berkata, 'Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.' Maka dia berkata, 'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.'

Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan. Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, 'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.' Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya, 'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.' Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.

Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya, 'Kembalilah kepada agamamu.' Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, 'Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka jangan apa-apakan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.' Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, 'Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.' Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.

Kemudian raja bertanya kepadanya, 'Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?' Dia menjawab, 'Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.' Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, 'Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.' Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, 'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu.' Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.

Dan raja berkata kepadanya, 'Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu tadi?' Dia menjawab, 'Allah yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari kejahatan mereka.' Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja, 'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat membunuhku hingga kamu mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu.'

'Apa yang harus aku kerjakan?' tanya raja itu. Pemuda itu menjawab, 'Kamu harus mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah, 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.' Lalu lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan dapat membunuhku'.

Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang. Dia menyalib pemuda itu di atas sebatang pohon , lalu mengambil satu anak panah dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada busurnya, kemudian mengucapkan Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini). Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia. Pada saat itu orang-orang berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'

Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya, 'Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.' Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata, 'Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke dalam parit itu.' Atau akan dikatakan kepadanya, 'Ceburkanlah dirimu.' Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya, 'Wahai Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran."

Dalam Sunan Tirmidzi dari Shuhaib berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Ada seorang raja. Raja ini memiliki dukun yang berpraktek untuknya. Dukun ini berkata, 'Pilihkan untukku seorang pemuda yang mengerti – atau dia berkata, 'Pemuda yang pandai lagi mudah diajari.' Aku akan mengajarkan ilmuku ini kepadanya, karena aku takut tiba-tiba mati, ilmu ini terputus dan tidak ada yang mewarisinya di antara kalian."

Nabi bersabda, "Lalu mereka memilih seorang pemuda seperti yang dia minta dan memerintahkannya untuk menghadap dukun itu. Maka pemuda ini mulai sering mendatangi dukun itu. Sementara itu di perjalanan pemuda ini menuju dukun, terdapat seorang pendeta di sebuah kuil."

Ma'mar berkata, "Menurutku, para penghuni kuil pada hari itu adalah orang-orang muslim."

Nabi melanjutkan, "Pemuda itu mulai bertanya kepada sang pendeta setiap kali dia melewatinya. Pemuda itu terus bertanya hingga pendeta itu bercerita. Pendeta itu berkata, 'Aku hanyalah seorang hamba Allah'. Selanjutnya pemuda ini duduk di depan pendeta dan datang terlambat kepada sang dukun. Maka dukun itu bertanya kepada keluarga si pemuda itu, bahwa dia jarang menghadiri majlisnya. Pemuda ini menceritakan hal itu kepada si pendeta. Maka pendeta itu berkata kepada pemuda, 'Jika dukun itu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di rumah. Dan jika keluargamu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di tempat sang dukun."

Nabi melanjutkan, "Ketika pemuda itu dalam keadaan demikian, dia melewati sekumpulan orang dalam jumlah yang banyak yang tertahan oleh seekor binatang. Sebagian dari mereka berkata, 'Binatang itu adalah seekor singa.' Lalu pemuda ini mengambil sebuah batu dan berkata, 'Ya Allah jika apa yang diucapkan oleh pendeta itu adalah benar, maka aku memohon kepada-Mu agar bisa membunuh binatang ini." Nabi melanjutkan, "Pemuda itu melempar dan membunuh binatang itu. Orang-orang bertanya, 'Siapa yang membunuhnya?' Mereka menjawab, 'Seorang pemuda.' Orang-orang pun terkejut. Mereka berkata, 'Pemuda itu telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun."

"Lalu seorang buta mendengar kisah tentang pemuda ini. Orang buta ini berkata kepadanya, 'Jika kamu dapat mengembalikan penglihatanku, maka aku memberimu ini dan ini.' Pemuda ini menjawab, 'Aku tidak menginginkan pemberianmu. Akan tetapi, jika penglihatanmu kembali kepadamu, apakah kamu bersedia beriman kepada yang mengembalikannya kepadamu?' Dia menjawab, 'Ya'." Nabi bersabda, "Lalu pemuda itu berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Orang buta itu bisa melihat dan dia pun beriman."

Hal itu diketahui oleh raja, maka mereka dihadapkan kepada raja. Raja berkata, "Masing-masing dari kalian akan aku bunuh dengan cara yang berbeda." Lalu raja memerintahkan pendeta dan laki-laki yang pernah buta itu agar dihadapkan. Sebuah gergaji diletakkan di ubun-ubun salah satu dari keduanya dan raja membunuhnya (dengan cara itu), sementara yang lain dibunuh dengan cara yang lain. Kemudian raja memerintahkan atas si pemuda dengan berkata, "Bawalah pemuda ini ke gunung ini dan ini, lemparkan dia dari puncaknya." Lalu para tentara raja membawanya ke gunung yang disebut oleh raja. Ketika mereka tiba di tempat di mana mereka akan melemparkan pemuda itu, tiba-tiba mereka terpelanting dan berjatuhan dari gunung itu, sehingga yang tersisa hanyalah sang pemuda.

Nabi melanjutkan, "Kemudian pemuda itu pulang. Raja menangkapnya dan memerintahkan bala tentaranya agar membuangnya ke laut. Pemuda ini dibawa ke laut. Dan Allah menenggelamkan bala tentara raja yang membawanya dan menyelamatkannya.

Pemuda itu berkata kepada raja, "Engkau tidak akan bisa membunuhku sebelum engkau menyalibku dan memanahku, lalu engkau berkata ketika memanahku, 'Bismillah Tuhan pemuda ini.' Nabi melanjutkan, "Lalu pemuda ini disalib. Raja menyiapkan anak panahnya dan berkata, 'Bismillah, Tuhan pemuda ini.' Pemuda ini memegang pelipisnya ketika panah mengenainya dan dia pun mati.

Maka orang-orang berkata, 'Pemuda ini telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh seorang pun. Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'

Maka ada yang berkata kepada raja, 'Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu. Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.' Nabi bersabda, "Maka raja menggali parit, kemudian kayu bakar dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada mereka diserukan, 'Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan barangsiapa tetap memegang agamanya, maka kami akan melemparkan dia ke dalam api.' Maka bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam parit-parit tersebut."

Allah berfirman, "Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu bakar… sampai pada firmannya, 'Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Al-Buruj: 4-8). Dia berkata, "Pemuda itu dikubur." Dan katanya, bahwa pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya pada zaman Umar bin Khattab sementara tangannya masih berada di pelipisnya seperti ketika dia dibunuh.

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadis hasan gharib."

TAKHRIJ HADIS

Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war Raqaiq, bab kisah Ashabul Ukhdud (4/2299), no. 3005.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, tafsir surat Al-Buruj (4/437).

PENJELASAN HADIS

Dahulu para raja mengandalkan para tukang sihir untuk memantapkan kekuasaan. Para tukang sihir bekerja menundukkan manusia kepada penguasa dengan tipuan dan taktik yang mereka lakukan. Lebih dari itu, tukang sihir merupakan pilar penopang tiang-tiang kekuasaan dan menegakkan para raja sebagai tuhan yang disembah selain Allah.

Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir yang sudah berumur lanjut. Dia takut ilmunya lenyap, sehingga tukang sihir ini meminta kepada raja agar mengutus kepadanya seorang pemuda yang cerdas lagi pintar agar dia bisa mewarisi ilmu dan kesesatannya. Raja memenuhi permintaannya dan mengirim seorang pemuda kepadanya.

Pemuda ini melewati seorang pendeta manakala dia pulang pergi kepada penyihir. Pemuda ini duduk dan mendengar kepada sang pendeta. Pendeta ini memberikan taktik kepada si pemuda manakala penyihir mulai mencurigainya disebabkan seringnya dia terlambat setelah mampir pada sang pendeta. Pendeta ini berkata kepada pemuda, "Jika tukang sihir itu bertanya kepadamu tentang keterlambatanmu, maka jawablah keluargamu menahanmu. Jika keluargamu yang bertanya, maka katakan bahwa tukang sihir yang membuatmu terlambat." Dengan ini pemuda itu terbebas dari celaan tukang sihir dan celaan keluarganya.

Suatu hari seekor binatang besar menghalang-halangi jalan orang-orang. Binatang besar ini mungkin binatang buas, seperti singa atau ular yang besar. Pemuda ini melihat bahwa inilah peluang untuk mengetahui kebenaran, apakah pendeta atau tukang sihir. Pemuda ini lalu mengambil batu dan melemparkannya kepada binatang buas itu sambil memohon kepada Tuhannya agar membunuh binatang itu jika perkara pendeta lebih dia cintai daripada perkara penyihir. Binatang itu ternyata mati akibat lemparan batunya. Maka orang-orang mengira bahwa pemuda ini membunuh binatang itu dengan sihirnya yang mumpuni.

Manakala pendeta mengetahui apa yang dilakukan oleh pemuda itu, ilmunya mengatakan kepada dirinya bahwa pemuda ini akan diuji. Pemuda ini tidak melakukan dakwah yang tenang seperti yang dilakukan oleh pendeta, akan tetapi perlawanan yang terbuka. Pendeta ini meminta kepada pemuda agar tidak menunjukkan namanya jika dia diuji. Seorang mukmin memohon keselamatan kepada Allah. Tetapi jika diuji, dia harus bersabar.

Allah telah menyembuhkan orang-orang sakit lewat tangan pemuda ini. Dia menyembuhkan – dengan izin Allah – kebutaan dan penyakit sopak. Dia menyampaikan kepada manusia bahwa penyembuh adalah Allah, dan bahwa barangsiapa beriman kepada-Nya, maka Dia menyembuhkannya. Pemuda ini menjadikan pengobatan sebagai sarana penyebaran dakwah dan iman.

Salah seorang kepercayaan raja, di mana orang itu buta, mendengar berita tentang pemuda ini. Dia datang kepada pemuda ini dengan hadiah-hadiah besar agar si pemuda mengobatinya. Pemuda ini memberitahukan kepadanya bahwa penyembuh adalah Allah dan barangsiapa beriman kepada-Nya maka pemuda itu akan berdoa kepada-Nya hingga Dia menyembuhkannya. Orang kepercayaan raja ini beriman, maka pemuda itu berdoa dan dia bisa melihat kembali.

Orang buta ini yang telah normal kembali datang kepada majlis raja. Raja terkejut karenanya. Dia bertanya, "Siapa yang telah membuatmu melihat?" Orang ini menjawab, "Tuhanku." Raja bertanya, "Adakah tuhan lain selain diriku?" Orang ini menjawab, "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."

Raja murka. Dia mencium cikal bakal fitnah dalam ucapan laki-laki ini yang dapat mengancam kekuasaan dan kerajaannya. Raja thaghut ini telah mendudukkan dirinya sebagai tuhan yang disembah selain Allah. Dia mengklaim bahwa dirinya adalah tuhan manusia. Tukang sihir dan para pembantu raja yang rusak bekerja siang malam untuk menancapkan keyakinan seperti ini di hati penduduk kerajaan ini. Oleh karena itu, hati raja tergoncang. Dia takut terhadap kekuasaan dan kerajaannya. Maka dia menangkap laki-laki itu dan terus menyiksanya sampai akhirnya dia menyebut nama pemuda itu.

Ketika pemuda itu dihadapkan kepada raja, raja mengira bahwa dia telah menguasai sihir yang sangat tinggi. Akan tetapi, akhirnya raja menyadari bahwa dugaannya meleset. Pemuda ini mengingkari sihir dan penyihir. Pemuda ini tidak memakai ilmunya untuk menopang kerajaannya dan menjadikan rakyat menjadi hamba raja. Pemuda ini mengajak kepada kekufuran kepada raja dan menyeru agar beriman kepada Allah yang Maha Esa.

Raja ingin mengenal akar fitnah yang muncul di daerah kekuasaannya agar bisa mencabutnya. Maka dia menyiksa anak muda itu sampai dia menunjuk si pendeta. Apa yang ditakutkan oleh pendeta itu benar-benar terjadi padanya, padahal sebelumnya dia telah berpesan kepada pemuda itu agar tidak menyebut namanya jika dia diuji. Pendeta ini diuji agar meninggalkan agamanya tetapi dia menolak. Dia sabar di bawah siksaan. Tubuhnya digergaji oleh orang-orang zhalim hingga terbelah menjadi dua. Begitu pula nasib penasihat raja. Dua orang ini bersabar memikul siksaan. Begitulah laki-laki sejati pada saat menghadapi ujian dan cobaan, mereka membayar harga iman dengan hidup mereka.

Mereka, walaupun mati di depan kezhaliman dan kebengisan, akan tetapi pada hakikatnya mereka menang karena memperoleh ridha Allah dengan itu, meraih Surganya, dan selamat dari Neraka-Nya. Dan pada hari Kiamat Allah membalas untuk mereka dengan mencampakkan musuh-musuh mereka ke dalam Neraka.

Raja berusaha untuk membujuk pemuda itu agar meninggalkan agamanya. Raja melihat pemuda ini adalah laki-laki yang bisa diandalkan untuk memperkokoh kerajaannya jika pemuda ini membuang imannya. Pemuda ini memiliki keistimewaan-keistimewaan dan sifat-sifat, dan bisa jadi bapaknya termasuk punggawa kerajaan.

Raja tidak ingin membuat orang tuanya dan kaumnya marah. Manakala cara halus tidak berguna, raja berusaha membunuhnya dengan berbagai cara. Dalam setiap cara raja meminta bala tentaranya agar membawa pulang pemuda itu kepadanya, jika dia murtad dari agamanya. Raja mengira cara ini membuat pemuda itu takut lalu meninggalkan agamanya.

Suatu kali raja mengirim pemuda ini ke puncak gunung yang tinggi agar dilemparkan dari puncaknya ke lembah yang dalam. Pemuda ini berdoa kepada Tuhannya, maka gunung itu terguncang, dan bala tentara raja terjerembab menggelinding ke bawah, sementara pemuda itu pulang kepada raja dengan selamat. Pemuda ini menceritakan apa yang terjadi padanya dan bala tentara raja. Lalu raja mengirimnya dengan perahu ke tengah laut agar dia dibuang di tengah laut jika tidak murtad dari agamanya. Pemuda ini berdoa kepada Tuhannya, maka laut menelan bala tentara raja thaghut dan pemuda itu pulang dengan selamat kepada raja.

Kita lihat bahwa pemuda ini tidak berlari menghindari raja setelah Allah menyelamatkannya. Bahkan dia kembali kepada raja untuk menantangnya. Hal ini karena pemuda ini tidak mencari keselamatan untuk dirinya, akan tetapi yang dia cari adalah pembelaan terhadap agama Allah dan menjunjung tinggi kalimat-Nya.

Dan tentu saja orang-orang pasti mengikuti langkah-langkah pemuda ini. Mereka menunggu apa yang terjadi dengannya. Bisa jadi perbuatannya menjadi buah bibir di setiap pertemuan dan perkumpulan Lebih-lebih, pemuda ini menghadapi raja thaghut yang kejam tanpa rasa takut dan gentar. Orang-orang belum pernah menyaksikan hal ini. Raja seperti raja ini adalah raja yang bengis. Dia tidak segan-segan menumpahkan darah dan berbuat kerusakan di muka bumi.

Raja melihat kelemahan dirinya. Dia tidak berhasil membunuh pemuda itu, padahal dia telah mengklaim dirinya sebagai tuhan. Akhirnya pemuda itu menyampaikan cara yang dengannya raja bisa membunuhnya. Pemuda ini menegaskan bahwa cara apa pun untuk membunuhnya pasti gagal kecuali cara yang akan dia berikan.

Pemuda ini meminta raja mengumpulkan rakyat di satu tempat. Dia sendiri disalib di sebatang kayu lalu raja mengambil anak panah dari kantong sang pemuda dan melepaskannya sambil berucap, "Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini." Lalu panah pun dilepas.

Begitulah yang terjadi. Panah tepat menembus pelipis sang pemuda. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya lalu mati.

Pemuda ini mati setelah membeberkan cara membunuh dirinya kepada raja, dan setelah menegaskan kepada raja yang mengklaim diri sebagai tuhan bahwa dia tidak mungkin membunuhnya kecuali dengan cara yang telah diletakkannya. Pemuda ini meminta raja mengumpulkan rakyat di tanah lapang lalu mengambil anak panah, bukan sembarang anak panah, tetapi anak panah dari busur pemuda itu, lalu berkata, "Dengan nama Allah Tuhan pemuda." Kemudian lepaslah anak panah itu. Jika ini tidak dilakukan, maka raja akan tetap tidak mampu membunuhnya.

Jika ini terjadi pada saat sekarang, niscaya ada sebagian orang yang dangkal pemahamannya terhadap syariat yang menggugat perbuatan pemuda ini. Apakah dia boleh membeberkan cara membunuh dirinya kepada raja? Bukankah itu berarti bunuh diri? Mungkin sebagian orang yang minim ilmunya akan beranggapan demikian.

Bunuh diri adalah perbuatan seseorang yang putus asa dan berlari dari kehidupan. Lain dengan pemuda ini dan yang sepertinya, mereka mengorbankan diri mereka demi menyebarkan iman dan Islam, melawan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat, orang-orang kafir, dan orang-orang zhalim.

Pemuda ini tidak bodoh mencari mati. Dia rela mati dengan cara seperti ini, karena dia mencari iman manusia. Orang-orang selalu mengikuti perkembangan sepak terjangnya. Pemuda ini ingin membongkar tembok pembatas yang membuat rakyat takut menghadapi para thaghut yang merusak. Ketakutan terhadap kematian menghalangi manusia mengikuti kebenaran dan menyuarakannya. Pemuda ini datang untuk memberi contoh bagi rakyat. Dia mengorbankan dirinya, padahal dia selalu terjaga dari raja dan para pengikutnya. Mereka tidak bisa sedikit pun mencelakainya, lalu dia membocorkan suatu cara yang dengannya raja bisa membunuhnya.

Hanya sesaat setelah pemuda itu mati, raja pun bernafas lega. Menurut perkiraannya, dia telah memadamkan fitnah dan mencabut akarnya. Tiba-tiba para prajuritnya tergopoh-gopoh melapor, "Apa yang engkau takutkan telah terjadi. Rakyat telah beriman."

Apa yang dicari dan diinginkan oleh pemuda itu telah terwujud. Pemuda ini telah merobohkan sekat penghalang yaitu rasa takut pada diri rakyat. Sekarang mereka tidak lagi peduli kepada raja dan bala tentaranya. Pengorbanan di jalan Allah menjadi impian orang-orang yang bertauhid.

Kemarahan raja memuncak melebihi batas-batasnya. Raja memerintahkan agar parit-parit digali dan api dinyalakan di dalamnya. Setiap yang kokoh mempertahankan agamanya, maka dia harus dilepaskan ke dalamnya atau dia sendiri yang mencebur.

Orang-orang rela dengan Neraka dunia untuk melindungi diri mereka dari Neraka Akhirat. Manakala ada seorang wanita yang enggan untuk masuk ke dalam api dan dia hampir mundur, tiba-tiba Allah membuat anaknya bisa berbicara. Dia meminta ibunya agar bersabar, karena dia berada di atas kebenaran. Itu menjadi tanda besar yang dengannya Allah meneguhkan hati orang-orang mukmin.

Allah telah menyampaikan berita Ashabul Ukhdud dalam surat Al-Buruj. Apa yang dilakukan oleh orang-orang zhalim lagi lalim terhadap orang mukmin. Allah menjelaskan bahwa sebab dibakarnya orang-orang mukmin adalah karena iman mereka.

"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. Al-Buruj: 8-9)

Begitulah orang-orang zhalim dan para thaghut membakar rakyat jika mereka membelot dari jalan yang telah mereka rumuskan. Perkara paling penting dan utama adalah tegaknya kerajaan mereka agar mereka tetap berkuasa. Jika tidak, maka mereka akan membakar yang basah maupun yang kering dan menghancurkan segala sesuatu.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS

1. Di antara rentang waktu tertentu Allah menyiapkan orang-orang yang menegakkan menara agamanya dan menyebarkannya di muka bumi. Sebagaimana Dia menyiapkan pemuda ini untuk menjadi sebab berimannya kaumnya. Hal seperti ini terjadi pula pada umat ini dalam bentuk yang lebih agung dan lebih besar. Allah telah menyiapkan orang-orang yang menyebarkan, menjaga, dan membela agamanya.

2. Raja memilih pemuda ini untuk dididik menjadi penyihir yang dapat menopang kekuasaannya, akan tetapi Allah menghendakinya menjadi seorang dai shalih yang menghancurkan kerajaannya dan memberi petunjuk manusia kepada agama yang benar. Dan hal ini mengandung pelajaran bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. Allah menyiapkan untuk agama-Nya orang-orang yang tumbuh di rumah para thaghut agar mereka menjadi dai-dai pemberi petunjuk.

3. Iman tidak memerlukan waktu yang lama untuk bersemayam di dalam jiwa dan hidup di dalam hati. Kaum pemuda itu yang rela dengan siksa Neraka dunia, maka iman mereka hanya berlangsung beberapa saat saja. Sama dengan mereka adalah para tukang sihir Fir'aun. Ancaman siksa Fir'aun tidak menyurutkan mereka dari iman.

4. Kadangkala Allah menampakkan karomah melalui sebagian wali-Nya untuk mendukungnya dengannya dan meneguhkan iman dan keyakinannya. Pemuda ini bukanlah sembarang pemuda. Allah telah menjawab doanya sehingga binatang itu mati karenanya. Allah menyembuhkan orang buta dan berpenyakit sopak melalui tangan sang pemuda, juga mengobati orang-orang sakit. Allah menjawab doanya sehingga dia terbebas dari usaha pembunuhan dan justru bala tentara raja yang diperintahkan untuk membunuhnya, merekalah yang mati.

5. Mengorbankan jiwa fi sabilillah bukan sedikit pun termasuk bunuh diri. Pemuda ini membeberkan cara yang dengannya raja bisa membunuhnya. Sebagian dari orang-orang mukmin ada yang dilempar ke dalam api, ada pula yang terjun sendiri. Tujuan mereka bukanlah bunuh diri, akan tetapi hal itu mengandung penghinaan kepada para thaghut dan keridhaan dari Rabbul alamin.

6. Kuatnya permusuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin. Raja dan bala tentaranya telah menggergaji penasihatnya dan pendeta, lalu mereka membakar manusia dengan api.

7. Penjagaan Allah terhadap para wali-Nya dan penghinaan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya. Allah telah menjaga pemuda ini dari usaha pembunuhan, menjawab doanya, dan membinasakan orang-orang yang hendak mencelakainya.

8. Kewajiban sabar atas cobaan yang menimpa pada jalan Allah sebagaimana sikap pendeta, penasihat raja, dan pemuda ini yang bersabar sebagaimana orang-orang mukmin dibakar api dengan kesabaran.

9. Dibolehkan berdusta dalam perang dan yang sejenisnya. Pendeta ini menunjukkan kepada pemuda itu cara menjawab penyihir jika dia menanyakan keterlambatannya dan cara menjawab keluarganya jika dia menanyakan keterlambatannya.

10. Allah menampakkan kepada orang-orang zhalim akan kelemahan dan ketidakmampuan mereka. Pemuda ini telah membuat raja pengklaim ketuhanan ini benar-benar mati kutu. Dia tidak mampu membunuhnya, walaupun dia sangat lalim dan bengis. Kelemahananya semakin kentara manakala dia menuruti petunjuk pemuda itu agar bisa membunuhnya.

11. Penegak akidah terkadang melemah dalam memikul siksaan. Karena kerasnya penyiksaan, dia mungkin membocorkan rahasia yang semestinya tidak boleh dibocorkannya. Di bawah kerasnya siksaan, penasihat raja yang sembuh dari kebutaan itu menunjuk nama si pemuda. Begitu pula si pemuda, dia menyebut nama pendeta ketika berada di bawah kerasnya siksaan. Walaupun demikian, pengakuan ini tidak menurunkan kedudukan keduanya. Keduanya memikul siksaan yang menjadi sebab kematian mereka manakala keduanya diminta untuk mundur dari akidah dan kafir kepada Allah.

12. Murid bisa saja afdhal dari gurunya. Pemuda ini mewujudkan apa yang tidak diwujudkan oleh pendeta, namun pemuda itu menjadi seperti itu karena petunjuk pendeta.

13. Hadis ini membantah orang-orang yang mengklaim bahwa berbuat baik tidak akan bermanfaat dalam dakwah kepada Allah dan bahwa kewajiban kaum muslimin adalah menegakkan hukum Islam. Adapun menyibukkan diri dengan memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, membangun masjid-masjid dan rumah-rumah sakit, maka semua itu sia-sia belaka. Hadis ini membantah mereka. Allah telah membuat pemuda ini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti kebutaan dan penyakit sopak. Hal itu menjadikan orang-orang berkait dengannya dan menerima dakwahnya.

14. Di muka bumi terdapat para raja lalim yang mengklaim diri sebagai tuhan. Mereka mengiklankan diri mereka sebagai tuhan lain selain Allah, seperti Fir'aun, Namrud, dan raja bengis yang membakar orang-orang mukmin.

15. Para penyokong kejahatan selalu berusaha agar kejahatan mereka berlangsung terus sesudah mereka, seperti penyihir ini yang berusaha mewariskan ilmunya yang rusak agar tetap hidup dan menyesatkan manusia.

Tidak ada komentar: